Keberfungsian sosial
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Keberfungsian Sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam melaksanakan fungsi sosialnya atau kapasitas seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan status sosialnya.[1] Dengan kata lain keberfungsian sosial adalah kemampuan untuk melaksanakan peran sosial seperti yang diamanahkan oleh nilai-nilai yang ada di masyarakat.[2] Peranan merupakan seperangkat harapan tentang tindakan yang seharusnya dilakukan seseorang, kelompok, atau masyarakat pada status tertentu.[2] Sebagai contoh, seorang ayah dapat dikatakan melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik, jika ia mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mampu menjadi pendidik, pelindung, dan pembimbing segenap anggota keluarganya.[1] Sebaliknya jika seorang ayah yang karena suatu sebab tidak mampu menjalankan peranannya, ia dikatakan tidak berfungsi sosial atau mengalami disfungsi sosial.[1]
Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi kebutuhannya.[3] Keberfungsian sosial merujuk pada cara individu-individu atau kolektivitas seperti keluarga, perkumpulan, komunitas dan sebagainya berperilaku untuk dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan mereka dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.[3] Karena orang berfungsi dalam arti peranan-peranan sosial mereka, maka keberfungsian sosial menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dipandang pokok untuk pelaksanaan beberapa peranan yang karena keanggotaannya dalam kelompok-kelompok sosial, setiap orang diminta untuk melakukannya.[4] Peranan sosial, misalnya peranan sebagai suami, adalah pola tugas yang diharapkan dan perilaku lain yang berhubungan dengan status sosial. setiap orang menduduki beberapa status sosial sekaligus, misalnya status sebagai suami, sebagai ayah, sebagai pegawai, sebagai warga masyarakat, dan sebagainya. setiap status sosial disertai oleh peranan sosial tertentu, dan pelaksanaan peranan-peranan sosial ini menunjukkan keberfungsian sosial.[4]
Keberfungsian sosial menunjukkan keseimbangan pertukaran, kesesuaian, kecocokan, dan penyesuaian timbal balik antara orang, secara individual atau secara kolektif, dan lingkungan mereka.[4] Keberfungsian sosial dinilai berdasarkan apakah keberfungsian sosial tersebut memenuhi kebutuhan dan memberikan kesejahteraan kepada orang dan komunitasnya, dan apakah keberfungsian sosial itu normal dan dibenarkan secara sosial.[4]
Ide dasar dari uraian tentang keberfungsian sosial ini adalah bahwa dalam konteks perubahan masyarakat yang semakin lama semakin cepat, terjadi pergeseran norma-norma sosial di dalam masyarakat karena proses interaksi dengan masyarakat-masyarakat lain, sementara di sisi lain masyarakat tersebut memegang nilai-nilai sosio-budayanya sendiri yang memang seharusnya dipertahankannya sebagai fondasi kehidupan bermasyarakat itu sendiri.[2] Dalam dinamika sosial tersebut, banyak terjadi kesulitan penyesuaian diri pada warga masyarakat yang mengakibatkan masalah bagi mereka untuk dapat melaksanakan peran (perilaku yang seharusnya) sesuai dengan status sosial yang disandangnya.[2]
Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi kebutuhannya.[5] Konsep ini pada intinya menunjuk pada kapabilitas individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya.[5] Baker, Dubois dan Miley (1992) menyatakan bahwa keberfungsian sosial berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.[5] Konsepsi ini mengedepankan nilai bahwa manusia adalah subyek dari segenap proses dan aktivitas kehidupannya.[5] Bahwa manusia memiliki kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan.[5] Bahwa manusia memiliki dan/atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Abu Huraerah (2005). "Pekerjaan Sosial Dalam Menangani Kemiskinan". Pikiran Rakyat.
- ^ a b c d Budhi Wibhawa (2010). Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial. Widya Padjadjaran.
- ^ a b Marx Siporin (1975). Introduction to Social Work Practice. MacMillan.
- ^ a b c d Adi Fahrudin (2012). Pengantar Pekerjaan Sosial. PT Refika Aditama.
- ^ a b c d e f "PEKERJAAN SOSIAL DAN PARADIGMA BARU KEMISKINAN". Kementrian Sosial. Diakses tanggal 6 April 2014.