Kecapi (buah): Perbedaan antara revisi
Idioma-bot (bicara | kontrib) k r2.6.3) (bot Menambah: mrj:Сантол |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(34 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Kotak info spesies}} |
|||
{{Taxobox |
|||
| color = lightgreen |
|||
| name = Kecapi |
|||
| image = Sandoricum koetjape Blanco1.127.png |
|||
| image_width = 250px |
|||
| image_caption = Kecapi, pelat botani dari Blanco |
|||
| regnum = [[Plant]]ae |
|||
| divisio = [[Flowering plant|Magnoliophyta]] |
|||
| classis = [[Magnoliopsida]] |
|||
| ordo = [[Sapindales]] |
|||
| familia = [[Meliaceae]] |
|||
| genus = ''[[Sandoricum]]'' |
|||
| species = '''''S. koetjape''''' |
|||
| binomial = ''Sandoricum koetjape'' |
|||
| binomial_authority = [[Elmer Drew Merrill|Merr.]] |
|||
| synonyms = ''S. indicum'' dan ''S. nervosum'' |
|||
}} |
|||
⚫ | '''Kecapi''', '''sentul''' atau '''ketuat''' adalah nama sejenis buah dan juga pohon penghasilnya. Nama-nama lainnya adalah ''kechapi'' ([[Malaysia|Mal.]]), ''sentol'', ''santol'' atau ''wild mangosteen'' ([[bahasa Inggris|Ingg.]]), ''santor'' ([[Filipina|Fil.]]) dan lain-lain. Nama ilmiahnya ''Sandoricum koetjape'' (Burm.f.) Merr. |
||
[[File:Sandoricum koetjape Blanco1.127.png|thumb|250px|Kecapi, pelat botani dari Blanco]] |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | '''Kecapi''', '''sentul''', atau '''ketuat''' adalah nama sejenis buah dan juga pohon penghasilnya. Nama-nama lainnya adalah ''kechapi'' ([[Malaysia|Mal.]]), ''sentol'', ''santol'' atau ''wild mangosteen'' ([[bahasa Inggris|Ingg.]]), ''santor'' ([[Filipina|Fil.]]), dan lain-lain. Nama ilmiahnya ''Sandoricum koetjape'' (Burm.f.) Merr. |
||
⚫ | |||
== Spesifikasi == |
|||
Pohon kecapi merupakan pohon yang rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi 30 [[meter|m]], meski umumnya di pekarangan hanya mencapai sekitar 20-an meter. Batang dapat mencapai diameter 90 [[sentimeter|cm]], bergetah seperti susu. |
Pohon kecapi merupakan pohon yang rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi 30 [[meter|m]], meski umumnya di pekarangan hanya mencapai sekitar 20-an meter. Batang dapat mencapai diameter 90 [[sentimeter|cm]], bergetah seperti susu. |
||
Daun majemuk berselang-seling, bertangkai s/d 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, |
Daun majemuk berselang-seling, bertangkai s/d 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, 6–26 × 3–16 cm; membulat atau agak runcing di pangkal, meruncing di ujung; hijau berkilat di sebelah atas, hijau kusam di bawahnya. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari tangkai anak daun sampingnya. |
||
Bunga dalam malai di ketiak daun, berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek; kelopak bertaju 5; mahkota 5 helai, kuning hijau, lanset sungsang, |
Bunga dalam malai di ketiak daun, berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek; kelopak bertaju 5; mahkota 5 helai, kuning hijau, lanset sungsang, 6–8 [[milimeter|mm]]; samar-samar berbau harum. |
||
Buah buni bulat agak gepeng, |
Buah buni bulat agak gepeng, 5–6 cm, kuning atau kemerahan jika masak, berbulu halus seperti [[beludru]]. Daging buah bagian luar tebal dan keras, menyatu dengan kulit, kemerahan, agak masam; daging buah bagian dalam lunak dan berair, melekat pada [[biji]], putih, masam sampai manis. Biji 2–5 butir, besar, bulat telur agak pipih, cokelat kemerahan berkilat; keping biji berwarna merah. |
||
== Penyebaran dan hasilnya == |
== Penyebaran dan hasilnya == |
||
Kecapi diperkirakan berasal dari [[Indocina]] dan [[Semenanjung Malaya]]. Berabad-abad yang silam, tumbuhan ini dibawa dan dimasukkan ke [[India]], [[Indonesia]] ([[Borneo]], [[Maluku]]), [[Mauritius]], dan [[Filipina]], di mana tanaman buah ini kemudian menjadi populer, ditanam secara luas dan mengalami [[naturalisasi]]. |
Kecapi diperkirakan berasal dari [[Indocina]] dan [[Semenanjung Malaya]]. Berabad-abad yang silam, tumbuhan ini dibawa dan dimasukkan ke [[India]], [[Indonesia]] ([[Borneo]], ([[Sulawesi]]),[[Maluku]], [[Tapanuli]]), [[Mauritius]], dan [[Filipina]], di mana tanaman buah ini kemudian menjadi populer, ditanam secara luas dan mengalami [[naturalisasi]], dalam bahasa [[Batak]] disebut [[Sotul]] atau dalam bahasa [[Toraja]] disebut [[Katapi]]. |
||
Pohon ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya, yang berasa manis |
Pohon ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya, yang berasa asam sepat dan kadang terdapat tekstur manis ketika sudah matang. Kulit buahnya yang berdaging tebal dengan biji di bagian dalam mirip buah [[manggis]]. Buahnya kerap dimakan dalam keadaan segar atau dimasak lebih dulu, dijadikan bumbu masakan, manisan, [[rujak]], atau [[marmalade]]. Masyarakat [[Toraja]] di [[Sulawesi Selatan]] menggunakan buah tanaman ini sebagai bumbu masakan penguat rasa masam segar untuk hidangan kuah ikan, dll. |
||
Kayu kecapi bermutu baik sebagai bahan konstruksi rumah, bahan perkakas atau kerajinan, mudah dikerjakan dan mudah dipoles. |
Kayu kecapi bermutu baik sebagai bahan konstruksi rumah, bahan perkakas atau kerajinan, mudah dikerjakan, dan mudah dipoles. |
||
Berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat [[obat]]. Rebusan daunnya digunakan sebagai penurun [[demam]]. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan [[cacing gelang]]. Akarnya untuk obat [[kembung]], sakit perut dan [[diare]]; serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan. |
Berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat [[obat]]. Rebusan daunnya digunakan sebagai penurun [[demam]]. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan [[cacing gelang]]. Akarnya untuk obat [[kembung]], sakit perut, dan [[diare]]; serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan. |
||
Kecapi ada dua macam, yakni dengan daun tua sebelum gugur berwarna kuning dan yang berwarna merah. Dahulu, kedua [[varietas]] ini dianggap sebagai [[spesies]] yang berbeda (''Sandoricum indicum'' berdaun kuning dan ''S. nervosum'' berdaun merah). |
Kecapi ada dua macam, yakni dengan daun tua sebelum gugur berwarna kuning dan yang berwarna merah. Dahulu, kedua [[varietas]] ini dianggap sebagai [[spesies]] yang berbeda (''Sandoricum indicum'' berdaun kuning dan ''S. nervosum'' berdaun merah). |
||
⚫ | |||
<gallery> |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
</gallery> |
|||
== Bahan Bacaan == |
== Bahan Bacaan == |
||
Baris 46: | Baris 35: | ||
* [[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981. ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. Pradnya Paramita, Jakarta. |
* [[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981. ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. Pradnya Paramita, Jakarta. |
||
* Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. ''Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan''. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. |
* Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. ''Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan''. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. |
||
* Fajar Andriyanto (2001). Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Buah Sotul (Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr.) Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Makanan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
Baris 51: | Baris 41: | ||
* [http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/santol.html Fruits of Warm Climates: Santol] |
* [http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/santol.html Fruits of Warm Climates: Santol] |
||
* [http://www.tradewindsfruit.com/santol.htm www.tradewindsfruit.com] |
* [http://www.tradewindsfruit.com/santol.htm www.tradewindsfruit.com] |
||
* [http://www.ars-grin.gov/cgi-bin/npgs/html/tax_search.pl?Sandoricum%20koetjape GRIN Page] |
* [http://www.ars-grin.gov/cgi-bin/npgs/html/tax_search.pl?Sandoricum%20koetjape GRIN Page]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} |
||
* [http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16719/F01FAN.pdf?sequence=1 Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Buah Sotul (Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr.) Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Makanan - repository.ipb.ac.id] |
|||
{{Taxonbar|from=Q913452}} |
|||
[[Kategori:Pohon]] |
|||
[[Kategori:Buah-buahan]] |
[[Kategori:Buah-buahan]] |
||
[[Kategori:Pohon buah]] |
[[Kategori:Pohon buah]] |
||
[[Kategori:Pohon kayu]] |
[[Kategori:Pohon kayu]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Sandoricum]] |
||
[[Kategori:Flora Indonesia]] |
|||
[[bcl:Santol]] |
|||
[[ca:Santol]] |
|||
[[en:Santol (fruit)]] |
|||
[[mrj:Сантол]] |
|||
[[nl:Santol (plant)]] |
|||
[[pam:Santul]] |
|||
[[ru:Сантол]] |
|||
[[su:Sentul]] |
|||
[[th:กระท้อน]] |
|||
[[tl:Santol]] |
|||
[[war:Santol (bunga)]] |
Revisi terkini sejak 28 Desember 2023 08.04
Kecapi
| |
---|---|
Sandoricum koetjape | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 61803664 |
Taksonomi | |
Divisi | Tracheophyta |
Subdivisi | Spermatophytes |
Klad | Angiospermae |
Klad | mesangiosperms |
Klad | eudicots |
Klad | core eudicots |
Klad | Superrosidae |
Klad | rosids |
Klad | malvids |
Ordo | Sapindales |
Famili | Meliaceae |
Genus | Sandoricum |
Spesies | Sandoricum koetjape Merr. |
Tata nama | |
Basionim | Melia koetjape |
Kecapi, sentul, atau ketuat adalah nama sejenis buah dan juga pohon penghasilnya. Nama-nama lainnya adalah kechapi (Mal.), sentol, santol atau wild mangosteen (Ingg.), santor (Fil.), dan lain-lain. Nama ilmiahnya Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.
Spesifikasi[sunting | sunting sumber]
Pohon kecapi merupakan pohon yang rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi 30 m, meski umumnya di pekarangan hanya mencapai sekitar 20-an meter. Batang dapat mencapai diameter 90 cm, bergetah seperti susu.
Daun majemuk berselang-seling, bertangkai s/d 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, 6–26 × 3–16 cm; membulat atau agak runcing di pangkal, meruncing di ujung; hijau berkilat di sebelah atas, hijau kusam di bawahnya. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari tangkai anak daun sampingnya.
Bunga dalam malai di ketiak daun, berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek; kelopak bertaju 5; mahkota 5 helai, kuning hijau, lanset sungsang, 6–8 mm; samar-samar berbau harum.
Buah buni bulat agak gepeng, 5–6 cm, kuning atau kemerahan jika masak, berbulu halus seperti beludru. Daging buah bagian luar tebal dan keras, menyatu dengan kulit, kemerahan, agak masam; daging buah bagian dalam lunak dan berair, melekat pada biji, putih, masam sampai manis. Biji 2–5 butir, besar, bulat telur agak pipih, cokelat kemerahan berkilat; keping biji berwarna merah.
Penyebaran dan hasilnya[sunting | sunting sumber]
Kecapi diperkirakan berasal dari Indocina dan Semenanjung Malaya. Berabad-abad yang silam, tumbuhan ini dibawa dan dimasukkan ke India, Indonesia (Borneo, (Sulawesi),Maluku, Tapanuli), Mauritius, dan Filipina, di mana tanaman buah ini kemudian menjadi populer, ditanam secara luas dan mengalami naturalisasi, dalam bahasa Batak disebut Sotul atau dalam bahasa Toraja disebut Katapi.
Pohon ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya, yang berasa asam sepat dan kadang terdapat tekstur manis ketika sudah matang. Kulit buahnya yang berdaging tebal dengan biji di bagian dalam mirip buah manggis. Buahnya kerap dimakan dalam keadaan segar atau dimasak lebih dulu, dijadikan bumbu masakan, manisan, rujak, atau marmalade. Masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan menggunakan buah tanaman ini sebagai bumbu masakan penguat rasa masam segar untuk hidangan kuah ikan, dll.
Kayu kecapi bermutu baik sebagai bahan konstruksi rumah, bahan perkakas atau kerajinan, mudah dikerjakan, dan mudah dipoles.
Berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat obat. Rebusan daunnya digunakan sebagai penurun demam. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan cacing gelang. Akarnya untuk obat kembung, sakit perut, dan diare; serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan.
Kecapi ada dua macam, yakni dengan daun tua sebelum gugur berwarna kuning dan yang berwarna merah. Dahulu, kedua varietas ini dianggap sebagai spesies yang berbeda (Sandoricum indicum berdaun kuning dan S. nervosum berdaun merah).
Galeri[sunting | sunting sumber]
-
Buah kecapi
-
Mengumpulkan buah di bawah pohon (Zamboanga del Sur, Mindanao, Filipina)
Bahan Bacaan[sunting | sunting sumber]
- Rasadah, M. A. et al (2004). Anti-inflammatory agents from Sandoricum koetjape Merr. Phytomedicine. 11:2 261-3.
- Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. Pradnya Paramita, Jakarta.
- Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.
- Fajar Andriyanto (2001). Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Buah Sotul (Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr.) Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Makanan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.