Konferensi Kairo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Halaman pengalihan

Konferensi Kairo (bernama kode Sextant[1]) dari 22-26 November 1943, diadakan di Kairo, Mesir, membahas posisi Sekutu melawan Jepang pada Perang Dunia II dan membuat keputusan tentang Asia setelah perang. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat Franklin Roosevelt, Perdana Menteri Britania Raya Winston Churchill, dan Generalissimo Chiang Kai-shek dari Republik China. Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin tak hadir di konferensi tersebut karena pertemuannya dengan Chiang menyebabkan pergesekan antara Uni Soviet dan Jepang. (Pakta Netralitas Soviet-Jepang tahun 1941 adalah sebuah perjanjian netralitas lima tahun antara dua negara tersebut; pada 1943, Uni Soviet tidak berperang dengan Jepang, sementara Tiongkok, Inggris dan AS berperang dengan Jepang.)

Pertemuan Kairo tersebut dioadakan di kediaman Dubes Amerika untuk Mesir, Alexander Kirk, dekat kompleks Piramida.[2]

Dua hari kemudian, Stalin bertemu dengan Roosevelt dan Churchill di Tehran, Iran untuk Konferensi Tehran.

Deklarasi Kairo yang dikeluarkan pada 27 November 1943 dan dirilis dalam Cairo Communiqué melalui radio pada 1 Desember 1943,[3] menyebut tujuan Sekutu adalah untuk melanjutkan pengiriman pasukan militer sampai Jepang menyerah tak terkondisi. Klausa-klausa utama dari Deklarasi Kairo adalah bahwa tiga sekutu besar bertarung dalam perang tersebut untuk melawan dan menghukum agresi Jepang, mereka tak menyanjung diri mereka sendiri dan tidak melibatkan mereka sendiri dalam perang perluasan wilayah setelah konflik tersebut, "Jepang mencaplok seluruh pulau di Pasifik yang ia rebut atau duduki sejak permulaan [[Perang Dunia I|Perang Dunia Pertama pada 1914", "seluruh kawasan yang Jepang telah rampas dari Tiongkok, termasuk Manchuria, Formosa, dan Pescadores, harus dikembalikan kepada Republik Tiongkok", Jepang juga akan diusir dari seluruh kawasan lainnya yang ia ambil dengan cara kekerasan dan menyatakan bahwa "karena alasan tersebut, Korea harus bebas dan merdeka".