Lakab: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'Dalam skema nama Arab, '''lakab''' (Arab: {{lang|ar|لقب}}, ''laqab'', plural القاب, ''alqāb'') adalah bagian nama yang merupakan gelar, yang kadang merup...'
 
HaEr48 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
Dalam skema [[nama Arab]], '''lakab''' (Arab: {{lang|ar|لقب}}, ''laqab'', plural القاب, ''alqāb'') adalah bagian nama yang merupakan gelar, yang kadang merupakan gelar kebesaran (terutama di masa Kekhalifahan Abbasiyah dan seterusnya) atau nama ejekan.<ref>{{cite KBBI daring|lakab}}</ref> Praktik menggunakan nama lakab dengan makna netral atau ejekan telah ada sejak sebelum periode Islam di Arab, dan dapat dilihat pada nama-nama penyair Arab pra-Islam. Penggunaan lakab sebagai nama kebesaran dipopulerkan oleh para Khalifah Abbasiyah awal. Khalifah kedua Abbasiyah menamai dirinya dengan lakab [[Al-Mansur|Al-Mansur billah]] ("Sang Pemenang Karena Pertolongan Allah") dan khalifah ketiga menamai dirinya [[Al-Mahdi|Al-Mahdi billah]] ("Yang Diberi Petunjuk oleh Allah"). Para khalifah Abbasiyah kadang memberikan lakab sebagai nama kebesaran untuk para menteri atau pendukung utamanya, misalnya Al-Fadhl bin Sahl yang dijuluki "Dzur-Ri'asatain" (pemilik dua jabatan pemimpin"). Selanjutnya, lakab juga digunakan oleh dinasti-dinasti yang memerintah sebagai raja di luar kekhalifahan.<ref>{{Encyclopaedia of Islam, New Edition|volume=5|title=Laḳab|page(s)=618–631|first=C. E.|last=Bosworth|authorlink=C. E. Bosworth|url=}}</ref>
Dalam skema [[nama Arab]], '''lakab''' (Arab: {{lang|ar|لقب}}, '''''laqab''''', plural القاب, ''alqāb'') adalah bagian nama yang merupakan gelar, yang kadang merupakan gelar kebesaran (terutama di masa Kekhalifahan Abbasiyah dan seterusnya) atau nama ejekan.<ref>{{cite KBBI daring|lakab}}</ref> Praktik menggunakan nama lakab dengan makna netral atau ejekan telah ada sejak sebelum periode Islam di Arab, dan dapat dilihat pada nama-nama penyair Arab pra-Islam. Penggunaan lakab sebagai nama kebesaran dipopulerkan oleh para Khalifah Abbasiyah awal. Khalifah kedua Abbasiyah menamai dirinya dengan lakab [[Al-Mansur|Al-Mansur billah]] ("Sang Pemenang Karena Pertolongan Allah") dan khalifah ketiga menamai dirinya [[Al-Mahdi|Al-Mahdi billah]] ("Yang Diberi Petunjuk oleh Allah"). Para khalifah Abbasiyah kadang memberikan lakab sebagai nama kebesaran untuk para menteri atau pendukung utamanya, misalnya Al-Fadhl bin Sahl yang dijuluki "Dzur-Ri'asatain" (pemilik dua jabatan pemimpin"). Selanjutnya, lakab juga digunakan oleh dinasti-dinasti yang memerintah sebagai raja di luar kekhalifahan.<ref>{{Encyclopaedia of Islam, New Edition|volume=5|title=Laḳab|page(s)=618–631|first=C. E.|last=Bosworth|authorlink=C. E. Bosworth|url=}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 26 Oktober 2020 15.00

Dalam skema nama Arab, lakab (Arab: لقب, laqab, plural القاب, alqāb) adalah bagian nama yang merupakan gelar, yang kadang merupakan gelar kebesaran (terutama di masa Kekhalifahan Abbasiyah dan seterusnya) atau nama ejekan.[1] Praktik menggunakan nama lakab dengan makna netral atau ejekan telah ada sejak sebelum periode Islam di Arab, dan dapat dilihat pada nama-nama penyair Arab pra-Islam. Penggunaan lakab sebagai nama kebesaran dipopulerkan oleh para Khalifah Abbasiyah awal. Khalifah kedua Abbasiyah menamai dirinya dengan lakab Al-Mansur billah ("Sang Pemenang Karena Pertolongan Allah") dan khalifah ketiga menamai dirinya Al-Mahdi billah ("Yang Diberi Petunjuk oleh Allah"). Para khalifah Abbasiyah kadang memberikan lakab sebagai nama kebesaran untuk para menteri atau pendukung utamanya, misalnya Al-Fadhl bin Sahl yang dijuluki "Dzur-Ri'asatain" (pemilik dua jabatan pemimpin"). Selanjutnya, lakab juga digunakan oleh dinasti-dinasti yang memerintah sebagai raja di luar kekhalifahan.[2]

Referensi

  1. ^ "lakab". Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. 
  2. ^ Bosworth, C. E. (1986). "Laḳab". Dalam Bosworth, C. E.; van Donzel, E.; Lewis, B.; Pellat, Ch. Encyclopaedia of Islam. Volume V: Khe–Mahi (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. ISBN 978-90-04-07819-2.