Lamut: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 3 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q6684730
k →‎Referensi: clean up
 
(11 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Gusti Nafsiah Sang Pelamut.jpg|thumb|200px|Maestro Lamut, Gusti Nafsiah sedang ''belamut''.]]
[[Berkas:Gusti Nafsiah Sang Pelamut.jpg|jmpl|200px|Maestro Lamut, Gusti Nafsiah sedang ''belamut''.]]
'''Lamut''' adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan [[budaya Banjar]]. Lamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau cianjuran. Bedanya, wayang atau cianjuran dimainkan dengan seperangkat [[gamelan]] dan [[kecapi]], sedangkan lamut dibawakan dengan ''terbang'', alat tabuh untuk seni hadrah.
'''Lamut''' adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan [[budaya Banjar]]. Lamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau cianjuran. Bedanya, wayang atau cianjuran dimainkan dengan seperangkat [[gamelan]] dan [[kecapi]], sedangkan lamut dibawakan dengan ''terbang'', alat tabuh untuk seni hadrah.


Mereka yang baru melihat seni lamut selalu mengira kesenian ini mendapat pengaruh dari [[Timur Tengah]]. Pada masa Kerajaan Banjar dipimpin [[Suriansyah dari Banjar|Sultan Suriansyah]], lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain, seperti [[Dundam]], [[Madihin]], Bakesah, dan Bapantun.<ref name="Tokoh Seni Lamut">[http://nasional.kompas.com/read/2009/01/03/0110455/gusti.jamhar.akbar.tokoh.seni.lamut Kompas Online - Gusti Jamhar Akbar, Tokoh Seni Lamut]</ref>
Mereka yang baru melihat seni lamut selalu mengira kesenian ini mendapat pengaruh dari [[Timur Tengah]]. Pada masa [[Kesultanan Banjar|Kerajaan Banjar]] dipimpin [[Suriansyah dari Banjar|Sultan Suriansyah]], lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain, seperti [[Dundam]], [[Madihin]], Bakesah, dan Bapantun.<ref name="Tokoh Seni Lamut">[http://nasional.kompas.com/read/2009/01/03/0110455/gusti.jamhar.akbar.tokoh.seni.lamut Kompas Online - Gusti Jamhar Akbar, Tokoh Seni Lamut]</ref>


Pelaksanaan Lamut akan dilakukan pada malam hari mulai pukul 22.00 sampai pukul 04.00 atau menjelang subuh tiba. Pembawa cerita dalam Lamut ini diberi julukan ''Palamutan''. Pada acara, Palamutan dengan membawa ''terbang'' besar yang diletakkan dipangkuannya duduk bersandar di ''tawing halat'' (dinding tengah), dikelilingi oleh pendengarnya yang terdiri dari tua-muda laki-perempuan. Khusus untuk perempuan disediakan tempat di sebelah dinding tengah tadi.
Pelaksanaan Lamut akan dilakukan pada malam hari mulai pukul 22.00 sampai pukul 04.00 atau menjelang subuh tiba. Pembawa cerita dalam Lamut ini diberi julukan Palamutan. Pada acara, Palamutan dengan membawa terbang besar yang diletakkan di pangkuannya duduk bersandar di tawing halat (dinding tengah), dikelilingi oleh pendengarnya yang terdiri dari tua-muda, laki-perempuan. Khusus untuk perempuan disediakan tempat di sebelah dinding tengah tadi.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
'''Lamut''' berasal dari negeri [[China]], bahasanya pun semula menggunakan [[bahasa Tionghoa]] kemudian di terjemahkan kedalam [[bahasa Banjar]]. Datangnya lamut di tanah Banjar kira-kira pada tahun 1816 yang di bawa oleh para pedagang [[Tionghoa]] ke Banjar hingga ke [[Amuntai]], konon orang-orang dulu sangat menyukainya karena lamut membawa cerita yang sangat banyak dan merupakan cerita pengalaman di banyak negeri yang di sampaikan secara bertutur<ref name="Tokoh Seni Lamut"></ref>.
'''Lamut''' berasal dari negeri [[China]], bahasanya pun semula menggunakan [[bahasa Tionghoa]] kemudian diterjemahkan kedalam [[bahasa Banjar]]. Datangnya lamut di tanah Banjar kira-kira pada tahun 1816 yang dibawa oleh para pedagang [[Tionghoa]] ke Banjar hingga ke [[Amuntai]], konon orang-orang dulu sangat menyukainya karena lamut membawa cerita yang sangat banyak dan merupakan cerita pengalaman di banyak negeri yang disampaikan secara bertutur.<ref name="Tokoh Seni Lamut"/>


Ceritanya, di [[Amuntai]], Raden Ngabe bertemu pedagang China pemilik kapal dagang Bintang Tse Cay. Dari pedagang itulah ia pertama kali mendengar alunan syair China. Dalam pertemuan enam bulan kemudian, Raden Ngabe mendapatkan salinan syair China tersebut.
Ceritanya, di [[Amuntai]], Raden Ngabe bertemu pedagang China pemilik kapal dagang Bintang Tse Cay. Dari pedagang itulah ia pertama kali mendengar alunan syair China. Dalam pertemuan enam bulan kemudian, Raden Ngabe mendapatkan salinan syair China tersebut.
Baris 13: Baris 13:
Sejak itulah Raden Ngabe mempelajari dan melantunkannya, tanpa iringan terbang. Lamut mulai berkembang setelah warga minta dimainkan setiap kali panen padi berhasil baik. Ketika kesenian hadrah masuk di daerah ini, Lamut mendapat iringan terbang.
Sejak itulah Raden Ngabe mempelajari dan melantunkannya, tanpa iringan terbang. Lamut mulai berkembang setelah warga minta dimainkan setiap kali panen padi berhasil baik. Ketika kesenian hadrah masuk di daerah ini, Lamut mendapat iringan terbang.


Seni bertutur itu disebut lamut karasmin karena menjadi hiburan pada perkawinan, hari besar keagamaan, maupun acara nasional. Lamut juga digunakan dalam proses batatamba (penyembuhan penyakit). Orang yang punya hajat dan terkabul biasanya juga mengundang palamutan. Kata "lamut", konon berasal dari [[bahasa Arab]], ''laamauta'' (<font size=4>ﻻﻤﻭﺕ</font>) yang artinya tidak mati<ref name="Tokoh Seni Lamut"></ref>.
Seni bertutur itu disebut lamut karasmin karena menjadi hiburan pada perkawinan, hari besar keagamaan, maupun acara nasional. Lamut juga digunakan dalam proses batatamba (penyembuhan penyakit). Orang yang punya hajat dan terkabul biasanya juga mengundang palamutan. Kata "lamut", konon berasal dari [[bahasa Arab]], ''laamauta'' (<font size=4>ﻻﻤﻭﺕ</font>) yang artinya tidak mati.<ref name="Tokoh Seni Lamut"/>


== Macam-macam Lamut ==
== Macam-macam Lamut ==
=== Lamut Batatamba ===
=== Lamut Batatamba ===
''Lamut Batatamba'' (Lamut pengobatan) berfungsi sebagai pengobatan, misalnya untuk anak yang sakit panas yang tidak sembuh-sembuh, atau ada orang yang sulit melahirkan dan lain-lain. pertunjukan lamut batatamba haus disertai dengan sejumlah persyaratan, yaitu ''piduduk'' yang terdiri dari perangkat piduduk (sesaji), kemenyan atau perapin (dupa), [[beras]] kuning, [[garam]], [[kelapa]] utuh, [[gula merah]], dan sepasang [[benang]]-[[jarum]]. Setelah itu dilakukan tepung tawar dengan mahundang-hundang (mengundang) roh halus, membacakan doa selamat, dan memandikan air yang telah didoakan kepada si sakit<ref name="Tokoh Seni Lamut"></ref>.
''Lamut Batatamba'' (Lamut pengobatan) berfungsi sebagai pengobatan, misalnya untuk anak yang sakit panas yang tidak sembuh-sembuh, atau ada orang yang sulit melahirkan dan lain-lain. pertunjukan lamut batatamba haus disertai dengan sejumlah persyaratan, yaitu ''piduduk'' yang terdiri dari perangkat piduduk (sesaji), kemenyan atau perapin (dupa), [[beras]] kuning, [[garam]], [[kelapa]] utuh, [[gula merah]], dan sepasang [[benang]]-[[jarum]]. Setelah itu dilakukan tepung tawar dengan mahundang-hundang (mengundang) roh halus, membacakan doa selamat, dan memandikan air yang telah didoakan kepada si sakit.<ref name="Tokoh Seni Lamut"/>


=== Lamut Baramian ===
=== Lamut Baramian ===
Baris 28: Baris 28:
Masyarakat Banjar paling mengharapkan kisah percintaan antara Junjung Masari dan Kasan Mandi. Para penonton hanyut ketika mendengar kisah percintaan kedua tokoh itu dalam syair pantun bahasa Banjar.
Masyarakat Banjar paling mengharapkan kisah percintaan antara Junjung Masari dan Kasan Mandi. Para penonton hanyut ketika mendengar kisah percintaan kedua tokoh itu dalam syair pantun bahasa Banjar.


Lamut juga digemari warga keturunan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] di [[Banjarmasin]]. Mereka kerap minta lamut dimainkan saat hendak sembahyang di [[Pulau Kembang]] di tengah [[Sungai Barito]] di Banjarmasin<ref name="Tokoh Seni Lamut"></ref>.
Lamut juga digemari warga keturunan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] di [[Banjarmasin]]. Mereka kerap minta lamut dimainkan saat hendak sembahyang di [[Pulau Kembang]] di tengah [[Sungai Barito]] di Banjarmasin.<ref name="Tokoh Seni Lamut"/>


== Fungsi Lamut ==
== Fungsi Lamut ==
Lamut berfungsi :
Lamut berfungsi:
# Sebagai media dakwah agama [[Islam]] dan muatan pesan–pesan pemerintah atau pesan dari pengundang Lamut.
# Sebagai media dakwah agama [[Islam]] dan muatan pesan–pesan pemerintah atau pesan dari pengundang Lamut.
# Sebagai hiburan
# Sebagai hiburan
Baris 39: Baris 39:


== Terancam punah ==
== Terancam punah ==
Seni lamut bisa dikatakan bernasib malang karena kini di ambang punah. Satu per satu pelamutan meninggal dunia, sementara proses pewarisan dan regenerasi kesenian itu mandek. Seni berkisah itu juga semakin ditinggalkan karena generasi muda tak lagi tertarik memainkannya. Kini, tak ada organisasi atau lembaga yang peduli kepada lamut, apalagi membina munculnya pelamutan baru<ref name="Tokoh Seni Lamut"></ref>.
Seni lamut bisa dikatakan bernasib malang karena kini di ambang punah. Satu per satu pelamutan meninggal dunia, sementara proses pewarisan dan regenerasi kesenian itu mandek. Seni berkisah itu juga semakin ditinggalkan karena generasi muda tak lagi tertarik memainkannya. Kini, tak ada organisasi atau lembaga yang peduli kepada lamut, apalagi membina munculnya pelamutan baru.<ref name="Tokoh Seni Lamut"/>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

{{budaya-stub}}


[[Kategori:Seni di Indonesia|Lamut]]
[[Kategori:Seni di Indonesia|Lamut]]
[[Kategori:Budaya Indonesia|Lamut]]
[[Kategori:Budaya Banjar|Lamut]]
[[Kategori:Budaya Banjar|Lamut]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]


{{budaya-stub}}

Revisi terkini sejak 18 Desember 2022 01.37

Maestro Lamut, Gusti Nafsiah sedang belamut.

Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau cianjuran. Bedanya, wayang atau cianjuran dimainkan dengan seperangkat gamelan dan kecapi, sedangkan lamut dibawakan dengan terbang, alat tabuh untuk seni hadrah.

Mereka yang baru melihat seni lamut selalu mengira kesenian ini mendapat pengaruh dari Timur Tengah. Pada masa Kerajaan Banjar dipimpin Sultan Suriansyah, lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain, seperti Dundam, Madihin, Bakesah, dan Bapantun.[1]

Pelaksanaan Lamut akan dilakukan pada malam hari mulai pukul 22.00 sampai pukul 04.00 atau menjelang subuh tiba. Pembawa cerita dalam Lamut ini diberi julukan Palamutan. Pada acara, Palamutan dengan membawa terbang besar yang diletakkan di pangkuannya duduk bersandar di tawing halat (dinding tengah), dikelilingi oleh pendengarnya yang terdiri dari tua-muda, laki-perempuan. Khusus untuk perempuan disediakan tempat di sebelah dinding tengah tadi.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Lamut berasal dari negeri China, bahasanya pun semula menggunakan bahasa Tionghoa kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Banjar. Datangnya lamut di tanah Banjar kira-kira pada tahun 1816 yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa ke Banjar hingga ke Amuntai, konon orang-orang dulu sangat menyukainya karena lamut membawa cerita yang sangat banyak dan merupakan cerita pengalaman di banyak negeri yang disampaikan secara bertutur.[1]

Ceritanya, di Amuntai, Raden Ngabe bertemu pedagang China pemilik kapal dagang Bintang Tse Cay. Dari pedagang itulah ia pertama kali mendengar alunan syair China. Dalam pertemuan enam bulan kemudian, Raden Ngabe mendapatkan salinan syair China tersebut.

Sejak itulah Raden Ngabe mempelajari dan melantunkannya, tanpa iringan terbang. Lamut mulai berkembang setelah warga minta dimainkan setiap kali panen padi berhasil baik. Ketika kesenian hadrah masuk di daerah ini, Lamut mendapat iringan terbang.

Seni bertutur itu disebut lamut karasmin karena menjadi hiburan pada perkawinan, hari besar keagamaan, maupun acara nasional. Lamut juga digunakan dalam proses batatamba (penyembuhan penyakit). Orang yang punya hajat dan terkabul biasanya juga mengundang palamutan. Kata "lamut", konon berasal dari bahasa Arab, laamauta (ﻻﻤﻭﺕ) yang artinya tidak mati.[1]

Macam-macam Lamut[sunting | sunting sumber]

Lamut Batatamba[sunting | sunting sumber]

Lamut Batatamba (Lamut pengobatan) berfungsi sebagai pengobatan, misalnya untuk anak yang sakit panas yang tidak sembuh-sembuh, atau ada orang yang sulit melahirkan dan lain-lain. pertunjukan lamut batatamba haus disertai dengan sejumlah persyaratan, yaitu piduduk yang terdiri dari perangkat piduduk (sesaji), kemenyan atau perapin (dupa), beras kuning, garam, kelapa utuh, gula merah, dan sepasang benang-jarum. Setelah itu dilakukan tepung tawar dengan mahundang-hundang (mengundang) roh halus, membacakan doa selamat, dan memandikan air yang telah didoakan kepada si sakit.[1]

Lamut Baramian[sunting | sunting sumber]

Lamut Baramian (Lamut Hiburan) biasa dihadirkan untuk mengisi acara perkawinan, syukuran, khitanan dan acara hiburan lainnya.

Bila pada wayang ada tokoh punakawan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, pada Lamut tokohnya adalah Paman Lamut serta tiga anaknya; Anglung, Angsina, dan Labai Buranta. Sedangkan ceritanya sudah berpakem seperti wayang purwa, tentang kerajaan yang dipimpin Prabu Awang Selenong.

Meski tokoh dan pakem cerita lamut tertentu, pengembangan cerita tetap dimungkinkan sesuai kemampuan si pelamutan dalam meramu. Ramuan cerita itu bisa disadur dari kisah Panji, Andi-andi, atau Tutur Candi, bahkan cerita 1.001 malam. Kisah juga bisa menjadi dramatis dengan lakon yang gagah berani atau romantis.

Masyarakat Banjar paling mengharapkan kisah percintaan antara Junjung Masari dan Kasan Mandi. Para penonton hanyut ketika mendengar kisah percintaan kedua tokoh itu dalam syair pantun bahasa Banjar.

Lamut juga digemari warga keturunan Tionghoa di Banjarmasin. Mereka kerap minta lamut dimainkan saat hendak sembahyang di Pulau Kembang di tengah Sungai Barito di Banjarmasin.[1]

Fungsi Lamut[sunting | sunting sumber]

Lamut berfungsi:

  1. Sebagai media dakwah agama Islam dan muatan pesan–pesan pemerintah atau pesan dari pengundang Lamut.
  2. Sebagai hiburan
  3. Manyampir, yaitu tradisi bagi keturunan palamutan.
  4. Hajat seperti untuk tolak bala atau doa selamat pada acara kelahiran anak, khitanan atau sunatan, mendapat rejeki. Menurut kepercayaan, kalau menyampir dan hajat ini tidak dilaksanakan maka akan membuat mamingit yakni menyebabkan sakit bagi yang bersangkutan.
  5. Sebagai pendidikan terutama mengenai tata krama kehidupan masyarakat Banjar. Biasanya petatah petitih berupa nasihat, petuah atau bimbingan moral.

Terancam punah[sunting | sunting sumber]

Seni lamut bisa dikatakan bernasib malang karena kini di ambang punah. Satu per satu pelamutan meninggal dunia, sementara proses pewarisan dan regenerasi kesenian itu mandek. Seni berkisah itu juga semakin ditinggalkan karena generasi muda tak lagi tertarik memainkannya. Kini, tak ada organisasi atau lembaga yang peduli kepada lamut, apalagi membina munculnya pelamutan baru.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]