Lingsir Wengi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Leo Widhiarto (bicara | kontrib)
'Lingsir Wengi' merupakan istilah dalam Bahasa Jawa yang banyak digunakan sebagai judul lagu berbahasa Jawa. Namun ada kalanya istilah ini disalahartikan sebagai judul lagu lain yang sama-sama mengandung kata "wengi" (Bahasa Indonesia: malam).karena
Tag: tanpa kategori [ * ]
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 29 Maret 2024 03.36

Lingsir Wengi Awal. Berasal dari khasanah Bahasa Jawa, secara Semantik istilah 'Lingsir Wengi' mengandung makna 'saat dimana malam mulai menyusut'1 namun ada juga yang mengartikannya sebagai 'saat menjelang tengah malam'. Masyarakat mengenal istilah ini dari sebuah tembang Jawa Campursari, kemudian juga dari lagu dalam film 'Kuntilanak'. Ada pula sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa terdapat konotasi antara 'Lingsir Wengi' dengan 'Rumekso ing Wengi', sebuah kidung karya Sunan Kalijaga.2 Riwayat. 'Lingsir Wengi' adalah sebuah lagu pop Jawa Campursari yang diciptakan oleh Sukap Jiman dan dipopulerkan oleh penyanyi Nurhana (1995, produksi Daksa Records). Bagi penciptanya lagu 'Lingsir Wengi' ini merupakan kenangan kisah cintanya kepada Waliem, istrinya yang telah meninggal dunia.3 Kemudian di tahun 2006, sebuah lagu berjudul 'Lingsir Wengi' yang diciptakan oleh Rizal Mantovani bersama dengan Ngatirin dan Sri Supatmi,4 muncul dalam film 'Kuntilanak' (2006, MVP Pictures) karya sutradara Rizal Mantovani. Lagu ini digubah dalam bentuk kidung Macapat bermetrum Durma.5 Di film 'Kuntilanak' lirik lagu ini mengandung makna semacam mantra pemanggil Kuntilanak. Sebagian masyarakat ada yang mengasosiasikan 'Lingsir Wengi' dengan kidung 'Rumekso ing Wengi' karya Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga (1450-1592) adalah seorang pendakwah dimasa awal penyebaran agama Islam di Jawa yaitu dimasa setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit di abad ke-15. Mengikuti jejak Sunan Bonang gurunya, Sunan Kalijaga dikenal senang menggunakan pendekatan seni-budaya dalam syiar Islamnya. Digubah dalam bentuk kidung Macapat bermetrum Dandhanggula,6 'Rumekso ing Wengi' berisi do'a permohonan kepada Allah SWT agar seseorang terhindar dari penyakit, pencurian, serangan sihir dan teluh, serta gangguan jin dan setan.7 Siapa yang mengamalkan do'a ini akan sentosa hidupnya karena mendapatkan penjagaan dari malaikat dan para nabi.8 Referensi. [1] [2] [3]3. [4] [5] [6] [7] [8]

  1. ^ 1. Puspasari Setyaningrum, Penyebutan Waktu dalam Bahasa Jawa, Kompas,com, 5 November 2023
  2. ^ 2. Nurul Layli, Makna Lirik Lagu Lingsir Wengi Karya Sunan Kalijaga (Analisis Semiotika Roland Barthes), Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2020
  3. ^ 3. Ari Purnomo, detiknews, 23 November 2021
  4. ^ 4. Surat Pencatatan Ciptaan No. EC 00201824932, 24 Agustus 2018
  5. ^ 5. Wahyu Gilang Putranto, Urutan 11 Tembang Macapat Bermakna Perjalanan Hidup Manusia: Maskumambang hingga Pucung, www.tribunnews.com, 2 November 2022
  6. ^ 6. M. Sakdullah, Kidung Rumekso ing Wengi Karya Sunan Kalijaga dalam Kajian Teologis, UIN Walisongo, Semarang, 2014
  7. ^ 7. Savitra Oktavia, Lirik Lingsir Wengi, Tembang Jawa Perlindungan Jiwa Karya Sunan Kalijaga, detiknews, 25 Oktober 2023
  8. ^ 8. Faiz Saroni, Pesan Dakwah dalam Serat Kidung Rumeksa ing Wengi Karya Sunan Kalijaga (Analisis Semiotika Ferdinand de Saussure), Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2020