Malino, Tinggimoncong, Gowa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
FoxBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: nl:Malino
→‎Lain-lain: #1Lib1Ref #1Lib1RefID
 
(36 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{kelurahan
Kawasan wisata '''Malino''' merupakan salah satu [[objek wisata]] [[alam]] yang mempunyai daya tarik luar biasa, jaraknnya sekitar 90 km dari [[kota Makassar]], tepatnya di [[Tinggimoncong, Gowa|Tingimoncong]] [[kabupaten Gowa]].
|peta =
|nama =Malino
|provinsi =Sulawesi Selatan
|dati2 =Kabupaten
|nama dati2 =Gowa
|kecamatan =Tinggimoncong
|kode pos =92174
|luas = ... km²
|penduduk = ... jiwa
|kepadatan = ... jiwa/km²
}}


{{kegunaanlain|Malino}}
Terletak di sebelah selatan kota Makassar, dengan gunung-gunung yang sangat kaya dengan pemandangan batu [[Gamping]] dan [[pinus]]. Berbagai jenis [[tanaman Tropis]] yang indah,tumbuh dan berkembang di kota yang dingin ini. Selain itu, Malino pun menghasilkan buah-buahan dan [[sayuran]] khas yang tumbuh dilereng [[gunung Bawakaraeng]]. Sebagian masyarakat [[Sulawesi Selatan]] masih mengkulturkan gunung itu sebagai tempat suci dan keramatkan.


[[Berkas:Malino.JPG|jmpl|Monumen di Malino]]
Malino adalah kawasan wisata di Kabupaten Gowa. Perjalanan dari kota Makassar menuju daerah ini memakan waktu sekitar 2 jam. Wisata air terjun seribu tangga, [[Air Terjun Takapala]], [[Kebun Teh Nittoh]], [[Lembah Biru]] dan [[Gunung Bawakaraeng]] menjadi ciri khas kota Malino. Oleh-oleh khas daerah ini adalah [[buah Markisa]] ,[[dodol ketan]], [[Tenteng Malino]], [[apel]], [[wajik]], dll. Malino juga menjadi daerah penghasil beras bagi wilayah [[Sulawesi Selatan]].
[[Berkas:Kebun_Teh_Malino.jpg|jmpl|250px|Kebun Teh Malino]]
[[Berkas:Malino Waterfall.jpg|jmpl|250px|Air terjun Malino]]


'''Malino''' adalah [[kelurahan]] yang terletak di [[Tinggimoncong, Gowa|Kecamatan Tinggimoncong]], [[Kabupaten Gowa]], [[Sulawesi Selatan]]. Daerah yang terletak 64 km dari [[Kota Makassar]] ke arah timur laut ini merupakan salah satu [[objek wisata]] [[alam]] yang mempunyai daya tarik luar biasa, baik bagi masyarakat Sulawesi Selatan maupun pengunjung dari luar provinsi.
== Lain-lain ==
Di kawasan ini pada bulan 16 - 22 Juli 1946 pernah dilaksanakan [[Konferensi Malino]] yang bertujuan untuk membahas gagasan berdirinya [[Negara Indonesia Timur]] (NIT).


Di kawasan wisata Malino sendiri, terdapat hutan wisata, berupa pohon pinus yang tinggi berjejer di antara bukit dan lembah. Jalan menanjak dan berkelok-kelok dengan melintasi deretan pegunungan dan lembah yang indah bak lukisan alam, akan mengantarkan Anda ke kota Malino. Kawasan tersebut terkenal sebagai kawasan rekreasi dan wisata sejak zaman penjajahan Belanda.
{{indo-stub}}

Malino memiliki gunung-gunung yang sangat kaya dengan pemandangan batu [[gamping]] dan [[pinus]]. Berbagai jenis [[tanaman tropis]] yang indah,tumbuh dan berkembang di kota yang dingin ini. Selain itu, Malino pun menghasilkan buah-buahan dan [[sayuran]] khas yang tumbuh di lereng [[gunung Bawakaraeng dan gunung lompobattang]]. Sebagian masyarakat [[Sulawesi Selatan]] masih mengkulturkan gunung itu sebagai tempat suci dan keramat. Suhu di kota Malino ini mulai dari 10 °C sampai 26 °C. dan ketika musim hujan, berhati hati sedang berkendara karena, kota ini sering berkabut dan jarak pandangnya 100meter saja, selain itu sering terjadi tanah longsor.

Perjalanan dari kota Makassar menuju daerah ini memakan waktu sekitar 1.5 jam. Wisata air terjun seribu tangga, [[air terjun Takapala]], [[Kebun Teh malino high land]], [[Lembah Biru]], bungker peninggalan Jepang, dan Gunung Bawakaraeng menjadi ciri khas kota Malino. Oleh-oleh khas daerah ini adalah buah [[Markisa]],[[dodol]] [[ketan]], [[Tenteng Malino]], [[terong belanda]], [[wajik]], dll. sayuran [[daun bawang]], [[sawi putih]], [[kol]], [[kembang kol]], sayur paling khas [[sayur pakis]], dll. Malino juga menjadi daerah penghasil beras bagi wilayah [[Sulawesi Selatan]].

== Sejarah ==
Sebelum muncul nama Malino, dulu rakyat setempat mengenalnya dengan nama kampung ‘Lapparak’. Laparrak dalam bahasa Makassar berarti datar, yang berarti pula hanya di tempat itulah yang merupakan daerah datar, di antara gunung-gunung yang berdiri kokoh. Kota Malino mulai dikenal dan semakin popular sejak zaman penjajahan Belanda, lebih-lebih setelah Gubernur Jenderal Caron pada tahun 1927 memerintah di “''Celebes on Onderhorighodon''” telah menjadikan Malino pada tahun 1927 sebagai tempat peristirahatan bagi para pegawai pemerintah.

== Peristiwa bersejarah ==
Malino menjadi lokasi penyelenggaran [[Konferensi Malino]] yang berlangsung pada tanggal 15–25 Juli 1946.<ref>{{Cite book|last=Aman|date=2015|url=https://staffnew.uny.ac.id/upload/132303695/penelitian/Sejarah%20Indonesia%20Masa%20Kemerdekaan_Dr.Aman,%20M.Pd.pdf|title=Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan: 1945–1998|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Ombak|isbn=978-602-258-312-7|pages=49|url-status=live}}</ref> Tujuan penyelenggaraan [[Konferensi Malino]] untuk membahas gagasan berdirinya [[Negara Indonesia Timur]] (NIT).

== Referensi ==
{{Reflist}}

== Pranala luar ==
* {{id}} [https://www.menjelajah.com/2020/05/tempat-wisata-di-malino-sulawesi-selatan.html Tempat Wisata di Malino Sulawesi Selatan]

{{Commonscat|Malino (Indonesia)}}
{{Tinggimoncong, Gowa}}
{{Authority control}}


[[Kategori:Tempat wisata di Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Tempat wisata di Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Kabupaten Gowa]]



[[en:Malino]]
{{Kelurahan-stub}}
[[nl:Malino]]

Revisi terkini sejak 15 Januari 2024 11.07

Malino
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenGowa
KecamatanTinggimoncong
Kodepos
92174
Kode Kemendagri73.06.04.1001
Kode BPS7306070008
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²


Monumen di Malino
Kebun Teh Malino
Air terjun Malino

Malino adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Daerah yang terletak 64 km dari Kota Makassar ke arah timur laut ini merupakan salah satu objek wisata alam yang mempunyai daya tarik luar biasa, baik bagi masyarakat Sulawesi Selatan maupun pengunjung dari luar provinsi.

Di kawasan wisata Malino sendiri, terdapat hutan wisata, berupa pohon pinus yang tinggi berjejer di antara bukit dan lembah. Jalan menanjak dan berkelok-kelok dengan melintasi deretan pegunungan dan lembah yang indah bak lukisan alam, akan mengantarkan Anda ke kota Malino. Kawasan tersebut terkenal sebagai kawasan rekreasi dan wisata sejak zaman penjajahan Belanda.

Malino memiliki gunung-gunung yang sangat kaya dengan pemandangan batu gamping dan pinus. Berbagai jenis tanaman tropis yang indah,tumbuh dan berkembang di kota yang dingin ini. Selain itu, Malino pun menghasilkan buah-buahan dan sayuran khas yang tumbuh di lereng gunung Bawakaraeng dan gunung lompobattang. Sebagian masyarakat Sulawesi Selatan masih mengkulturkan gunung itu sebagai tempat suci dan keramat. Suhu di kota Malino ini mulai dari 10 °C sampai 26 °C. dan ketika musim hujan, berhati hati sedang berkendara karena, kota ini sering berkabut dan jarak pandangnya 100meter saja, selain itu sering terjadi tanah longsor.

Perjalanan dari kota Makassar menuju daerah ini memakan waktu sekitar 1.5 jam. Wisata air terjun seribu tangga, air terjun Takapala, Kebun Teh malino high land, Lembah Biru, bungker peninggalan Jepang, dan Gunung Bawakaraeng menjadi ciri khas kota Malino. Oleh-oleh khas daerah ini adalah buah Markisa,dodol ketan, Tenteng Malino, terong belanda, wajik, dll. sayuran daun bawang, sawi putih, kol, kembang kol, sayur paling khas sayur pakis, dll. Malino juga menjadi daerah penghasil beras bagi wilayah Sulawesi Selatan.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebelum muncul nama Malino, dulu rakyat setempat mengenalnya dengan nama kampung ‘Lapparak’. Laparrak dalam bahasa Makassar berarti datar, yang berarti pula hanya di tempat itulah yang merupakan daerah datar, di antara gunung-gunung yang berdiri kokoh. Kota Malino mulai dikenal dan semakin popular sejak zaman penjajahan Belanda, lebih-lebih setelah Gubernur Jenderal Caron pada tahun 1927 memerintah di “Celebes on Onderhorighodon” telah menjadikan Malino pada tahun 1927 sebagai tempat peristirahatan bagi para pegawai pemerintah.

Peristiwa bersejarah[sunting | sunting sumber]

Malino menjadi lokasi penyelenggaran Konferensi Malino yang berlangsung pada tanggal 15–25 Juli 1946.[1] Tujuan penyelenggaraan Konferensi Malino untuk membahas gagasan berdirinya Negara Indonesia Timur (NIT).

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Aman (2015). Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan: 1945–1998 (PDF). Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 49. ISBN 978-602-258-312-7. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]