Masjid Agung Nurul Iman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Masjid Agung Nurul Iman
Masjid Agung Nurul Iman dilihat dari Jalan Imam Bonjol, Maret 2020
Lokasi
LokasiKota Padang, Sumatra Barat, Indonesia
Koordinat0°57′17″S 100°21′44″E / 0.9548°S 100.36224°E / -0.9548; 100.36224
Arsitektur
Gaya arsitekturTimur Tengah
Peletakan batu pertama26 September 1958
Biaya konstruksiRp300 juta (pembangunan awal)
Rp18,24 miliar (pembangunan kembali)
Spesifikasi
Kubah1
Menara1
Bahan bangunanBatu bata (bangunan) dan enamel (kubah)
Situs web
mesjidagungnuruliman.or.id

Masjid Agung Nurul Iman,[1] pernah dijuluki sebagai Masjid Presiden, terletak di pertigaan Jalan Imam Bonjol dan Jalan Muhammad Husni Thamrin, Kota Padang, Sumatra Barat. Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar di Kota Padang.

Pembangunan Masjid Nurul Iman dibangun pada 1958. Namun, karena minimnya dana, pembangunan berjalan lamban bahkan sempat terbengkalai. Ketika pembangunan hampir tuntas, sebuah bom meledak di dalam masjid pada 1976.[2]

Mengingat kondisi bangunan yang sudah tidak layak akibat sejumlah kerusakan, masjid ini mulai dibongkar sejak 2004. Pembangunan kembali Masjid Nurul Iman rampung pada 2007. Namun, akibat gempa bumi di Sumatra Barat pada 2009, Masjid Nurul Iman kembali mengalami kerusakan.

Sejarah

Pembangunan

Penampakan Masjid Nurul Iman sebelum dibongkar

Pembangungan Masjid Nurul Iman dimulai pada 26 September 1958, ketika jabatan Gubernur Sumatra Barat dijabat oleh Kaharudin Datuk Rangkayo Basa. Rencana semula, masjid akan diberi nama Nurul Aman yang dimaksudkan sebagai "lambang keamanan", mengingat situasi Padang yang diliputi kekacauan pasca-pergolakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Masjid menempati lahan berukuran 150 x 100 meter, dekat dengan Lapangan Imam Bonjol, sebuah kawasan yang memiliki lahan "mahal" dan "dikuasai oleh tentara".[3][4]

Dana awal pembangunan masjid terutama berasal dari sumbangan Komando Daerah Militer III/17 Agustus dan Kementerian Agama RI. Tahap pertama pembangunan meliputi pengerjaan pondasi yang tuntas pada 1960. Setelah itu, pembangunannya terbengkalai selama bertahun-tahun. Warga enggan menyumbang sehubungan dengan ingatan mereka terhadap operasi militer yang dilancarkan oleh Presiden Soekarno saat memadamkan pergolakan PRRI.[5] Meskipun demikian, pengurus sudah memfungsikan masjid untuk Salat Jumat pada 1962 di tengah kondisi darurat.[6]

Pada akhir 1962, Gubernur Kaharuddin membentuk yayasan berbadan hukum untuk kelanjutan pembangunan masjid. Namun, pembangunan masjid tetap saja terbengkalai, bahkan tonggaknya sudah banyak yang lapuk. Pada 7 Juli 1965, Ketua Panitia Pembangunan Boer Yusuf sempat melayangkan surat ke perminta bantuan dana ke pemerintah pusat.[7]

Setelah sempat terbengkalai, pembangunan masjid dapat dilanjutkan pada masa Orde Baru berkat bantuan pemerintah pusat.[6] Pada 10 Maret 1966, Gubernur Suputro Brotodihardjo mengeluarkan SK tentang penggantian nama masjid menjadi Nurul Iman. Pada 1968, beberapa ruang di lantai pertama masjid sudah dimanfaatkan oleh IAIN Imam Bonjol sebagai kantor rektor, perpustakaan darurat, dan ruang kuliah.[7] Pada 1976, pembangunan sudah mendekati fase penyelesaian.

Pada April 1977, pemakaian Masjid Nurul Iman diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Amirmachmud. Saat itu, bangunannya terdiri dari dua lantai dengan luas masing-masing 2.700 m² dan 1.350 m². Total dana yang sudah digunakan untuk pembangunan sekitar Rp300 juta, termasuk bantuan dari tentara dan infak dari jemaah. Dari jumlah itu, Presiden Soeharto menyumbang sebanyak Rp32,5 juta.[8][9] Soeharto selalu singgah ke Masjid Nurul Iman setiap berkunjung ke Sumatra Barat sehingga membuat masjid ini mendapat julukan Masjid Presiden.[3]

Ledakan bom dan pembongkaran

Pada 11 November 1976 pukul 22.20, sebuah bom meledak di dalam masjid yang menyebabkan loteng di lantai satu rusak dan beberapa jendela kaca pecah. Pihak keamanan menduga, bom diatur untuk meledak ketika pelaksanaan ibadah salat Jumat keesokan harinya, tetapi bom meledak lebih dini. Ledakan bom tidak menimbulkan korban jiwa. Masjid tetap digunakan untuk salat Jumat meski sempat ditutup sementara untuk penyelidikan.[2] Pelakunya yakni Timzar Zubil dari Komando Jihad dengan motif memancing pertentangan antaragama. Pada 1982, dengan status sebagai tahanan, ia datang ke Masjid Nurul Iman untuk meminta maaf atas tindakannya.

Sebagian kerusakan di Masjid Nurul Iman akibat gempa bumi 2009

Pada masa jabatan Gubernur Sumatra Barat dijabat oleh Zainal Bakar, bergulir rencana pembongkaran Masjid Nurul Iman untuk dapat dibangun kembali. Namun, sampai masa jabatannya berakhir pada 2005, pengerjaan pembongkaran berjalan lamban, yang berdampak pada terganggunya proses peribadatan dan menimbulkan kekecewaan dari berbagai kalangan. Pembongkaran kembali dilanjutkan pada masa peralihan tugas Gubernur Sumatra Barat ke tangan Gamawan Fauzi, .

Pembagunan kembali masjid rampung pada 2007 dengan anggaran sekitar Rp18,24 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumatra Barat. Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 7 Juli 2007. Saat upacara peresmian, masjid belum sepenuhnya rampung. Bangunan menara yang lama masih dalam proses pengerjaan.[4]

Dua tahun setelah diresmikan, Masjid Nurul Iman kembali mengalami kerusakan akibat gempa bumi yang melanda Sumatra Barat pada 30 September 2009. Masjid ini merupakan satu dari 608 unit tempat ibadah di Sumatra Barat yang mengalami kerusakan. Kerusakan meliputi runtuhnya sebagian plafon di lantai satu dan keretakan pada dinding.[10]

Arsitektur

Masjid Nurul Iman pada 2011

Masjid Nurul Iman memiliki satu kubah besar di bangunan utama dan menara yang terpisah dari bangunan utama. Bangunannya terdiri dari dua lantai dengan disangga 30 tiang. Enam belas tiang di antaranya adalah tiang penyangga utama yang terletak di tengah bangunan utama. Nuansa warna hijau mendominasi kubah dan menara masjid, dilengkapi dengan hiasan motif bintang segi lima pada ornamen dinding dan pagar masjid. Keunikan dari masjid ini terletak lantai ruang salat yang berupa parket.[11]

Status

Masjid Nurul Iman dibangun bersamaan dengan Masjid Taqwa Muhammadiyah di Pasar Raya Padang, yang pembangunannya dibiayai secara patungan oleh pedagang. Kedua masjid ini hanya terpisah jarak 700 meter. Pada pengujung 1970-an, sebagaimana dicatat Freek Colombijn, terjadi persaingan yang ketat di antara keduanya untuk memenangkan status sebagai "masjid agung". Namun, wacana penentuan status masjid agung menguap seiring insiden beruntun yang menimpa kedua masjid: runtuhnya kubah Masjid Taqwa Muhammadiyah pada 1975 dan meledaknya bom di Masjid Nurul Iman pada 1976.[3]

Pada Agustus 2016, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mengalihkan pengelolaan Masjid Nurul Iman kepada Pemerintah Kota Padang. Hal ini seiring dengan berdirinya Masjid Raya Sumatra Barat sehingga klasifikasi Masjid Nurul Iman ditetapkan menjadi masjid agung, sesuai klasifikasi Dewan Masjid Indonesia (DMI). Sejak pengalihan status, Pemko Padang telah melakukan sejumlah pembenahan terhadap masjid, termasuk pengelolaan parkir dan keberishan.[12][1][13]

Referensi

  1. ^ a b http://mesjidagungnuruliman.or.id/2017/12/02/setahun-kepengurusan-baru-berakhirnya-premanisme-parkir/[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ a b majalah.tempointeraktif.com Bom Di Nurul Imam, 27 November 1976. Diakses pada 18 Maret 2012.
  3. ^ a b c Colombijn, Freek (1993). Nas, P., ed. ThePower of Symbols in the Urban Arena - The Case of Padang (West Sumatra). Urban Symbolism - Studies in Human Society. 8. BRILL. hlm. 86. ISBN 9789004098558. 
  4. ^ a b www.antaratv.com Wapres Tersinggung Fotonya Untuk Tutup Menara (yang) Terbengkalai Diarsipkan 2013-03-24 di Wayback Machine.. Diakses pada 18 Maret 2012.
  5. ^ https://books.google.co.id/books?id=5rPrAAAAMAAJ&dq=padang+riwayatmu+dulu+%22ganting%22&focus=searchwithinvolume&q=ganting
  6. ^ a b https://books.google.co.id/books?id=yQn6DQAAQBAJ&pg=PA223&dq=%22nurul+iman%22+invasi&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwik6vaY9vToAhUPWX0KHfRRBEkQ6AEIKDAA#v=onepage&q=%22nurul%20iman%22%20invasi&f=false
  7. ^ a b Maryulis Max (26 Mei 2006). Pernah Dibom, Malah Kini Masjid Nurul Iman "Porak Poranda". Posmetro Padang.
  8. ^ https://books.google.co.id/books?id=oKjx1r47w6IC&dq=%22brosur%2C+folder+dan+lain+sebagainya.%22&focus=searchwithinvolume&q=nurul+iman
  9. ^ https://books.google.co.id/books?id=-5_xxJr2cYkC&pg=RA7-PA61&dq=%22nurul+iman%22+%22Pelita%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj_tNeCtvXoAhWCbisKHRn9C5kQ6AEIKDAA#v=onepage&q=%22nurul%20iman%22%20%22Pelita%22&f=false
  10. ^ www.harianhaluan.com Masjid Nurul Iman Segera Diperbaiki. Diakses pada 18 Maret 2012.
  11. ^ Masjid Nurul Iman kota Padang, Sumatra Barat. Diakses pada 18 Maret 2012.
  12. ^ http://www.valora.co.id/berita/4998/masjid-nurul-iman-ditetapkan-masuk-level-masjid-agung.html
  13. ^ https://sumbar.antaranews.com/berita/185160/pemkot-anggarkan-rp1-miliar-benahi-nurul-iman

Lihat pula