Lompat ke isi

Mikropenis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mikropenis
Mikropenis dalam keadaan lembek
Informasi umum
SpesialisasiUrologi
DurasiPermanen (seumur Hidup)
PrevalensiSekitar 0,6% pria.
Mikropenis diukur dengan penggaris saat ereksi.

Mikropenis adalah suatu kelainan pada pria berupa pertumbuhan penis lebih kecil daripada yang seharusnya.[1] Seorang pria dikatakan memiliki mikropenis apabila panjang penisnya kurang dari 2,5 standar deviasi rata-rata ukuran penis pria normal pada usia tertentu.[1] Acuan ukuran yang dapat dipakai adalah apabila ukuran penis kurang dari 2 cm saat kelahiran, 2,5 cm saat berusia satu tahun, 4 cm pada masa pubertas, dan 10 cm di akhir masa pubertas atau saat dewasa.[1] Hal ini dapat disebabkan karena faktor hormonal sejak seorang anak masih dikandung, salah satunya adalah kekurangan hormon androgen pada kehamilan dini.[2]

Mikropenis dapat diakibatkan oleh zat kimia yang disebut endocrine disrupter chemicals (EDC) yang dapat mengganggu atau mengubah fungsi endokrin sehingga terjadi penghambatan kerja androgen, terutama menggangu substansi yang bertanggung jawab dalam pembentukan organ seksual dan perkembangan karakteristik sekunder laki-laki.[3] Salah satu contoh EDC adalah zat yang terdapat dalam pestisida kimia seperti diklorodifenil-trikloroetan (DDT).[3] Zat pengganggu tersebut dapat bereaksi dengan estrogen atau reseptor androgen serta sebagai senyawa antagonis yang melawan hormon endogen.[3] Dalam dunia kedokteran mikropenis tidak dapat disamakan dengan penis tersembunyi (concealed penis) yang diakibatkan malposisi penis (salah letak) meskipun keduanya menunjukkan abnormalitas ukuran penis.[4] Dalam kasus seperti ini concealed penis, penis tetap memiliki badan uretral, korporal, dan kelenjar yang normal namun letaknya terhalang oleh lemak suprapubis.[4]

Pengobatan

[sunting | sunting sumber]

Untuk pengobatan mikropenis, dapat ditempuh terapi hormon sejak dini, bahkan sejak bayi menggunakan intramuskular testoteron atau gel dihidrotestoteron topikal.[5] Terapi yang dilakukan sebaiknya sebelum masa pubertas atau sebelum berusia 14 tahun. Terapi diberikan 4 kali setiap 3-4 minggu dengan total sebanyak 4 suntikan.[6] Terapi ini memiliki beberapa efek samping seperi seringnya terjadi ereksi, memacu penutupan lempeng tulang, dan memacu pubertas apabila terapi diberikan secara berlebihan.[6] Apabila terapi hormon tidak berhasil dilakukan, pengobatan yang dapat ditempuh adalah bedah orchiopexy.[4] Bedah ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor fisiologis, teknis, dan risiko apabila operasi diadakan terlalu dini.[4] Secara fisiologis, waktu yang tempat untuk melakukan operasi ini adalah saat kelahiran hingga usia 6 bulan.[4] Usia 6-12 bulan, bayi mulai memiliki kesadaran diri dan kewaspadaan akan dipisahkan dengan ibunya.[4] Kewaspadaan ini akan meningkat pada usia 1-3 tahun sehingga apabila anak pada usia tersebut dioperasi maka harus didampingin ibunya.[4] Pada usia 3-6 tahun, akan lebih mudah untuk melakukan operasi namun di atas usia 6 tahun, mereka mulai cemas dengan operasi kelamin yang akan dijalani.[4] Secara teknis, orchiopexy dapat dilakukan oleh ahli pediatrik dengan bantuan bius yang baik.[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c (Inggris) Joachim Thüroff, Markus Hohenfellner (1995). Reconstructive surgery of the lower urinary tract in children. Informa Healthcare. ISBN 978-1-899066-16-2. 
  2. ^ (Inggris) Desai, Meena P., Vijayalakshmi Bhatia, P.S.N. Menon (2001). Pediatric Endocrine Disorders. Orient Longman Limited. ISBN 81-250-2025-X. 
  3. ^ a b c (Inggris) C L Acerini, I A Hughes (2006). "Endocrine disrupting chemicals: a new and emerging public health problem?". Arch Dis Child. 91: 633–641. doi:10.1136/adc.2005.088500. 
  4. ^ a b c d e f g h i (Inggris) Kenneth L. Becker (2001). Principles and Practice of Endocrinology and Metabolism. Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-0781717502. 
  5. ^ (Inggris) Amanda Ogilvy-Stuart, Paula Midgley (2006). Practical neonatal endocrinology Page = 50. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-83849-8. 
  6. ^ a b (Inggris) Menon PS, Khatwa UA (2000). "The child with micropenis". Indian J Pediatr. 67 (6): 455–60. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Klasifikasi
Sumber luar