Lompat ke isi

Minuman berpemanis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Minuman ringan yang dipajang di rak supermarket Woolworths di Brasil

Minuman berpemanis gula (SSB) adalah minuman apa pun yang ditambahkan gula.[1][2] Produk ini digambarkan sebagai "permen cair".[3] Konsumsi minuman berpemanis telah dikaitkan dengan kenaikan berat badan dan peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.[4][5][6][7][8] Menurut CDC, konsumsi minuman berpemanis juga dikaitkan dengan perilaku tidak sehat seperti merokok, kurang tidur dan berolahraga, serta sering mengonsumsi makanan cepat saji dan kurang makan buah secara teratur.[1]

Minuman berpemanis buatan (artificially sweetened beverages atau ASB) didefinisikan sebagai minuman yang mengandung pemanis non-nutrisi dan dipasarkan sebagai pengganti minuman berpemanis.[9][10] Sama halnya dengan minuman berpemanis, minuman ini dikaitkan dengan kenaikan berat badan dan peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.[7][8][9][11]

Implikasi kesehatan dari minuman berpemanis

[sunting | sunting sumber]

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara peningkatan konsumsi minuman berpemanis dan kenaikan berat badan yang mengarah ke obesitas.[4][6] Ada juga hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dan risiko kesehatan seperti penyakit jantung koroner dan diabetes.[12] Karena dampak negatif terhadap kesehatan akibat konsumsi minuman berpemanis yang berlebihan, pajak minuman berpemanis (pajak soda) telah direkomendasikan oleh Institute of Medicine pada tahun 2009.[5]

Beberapa negara telah mencoba mengurangi minuman berpemanis dalam upaya menurunkan asupan kalori cair. Meksiko memberlakukan pajak atas minuman berpemanis (SSB) pada tahun 2014.[13] Minuman yang tidak dikenai pajak meliputi minuman dengan NNS, susu tanpa tambahan gula, dan air putih.[13] Pemerintah negara lain juga aktif dalam membuat kebijakan tentang makan siang sekolah atau minuman yang ditawarkan di kantin sekolah. Aktivitas pemerintah pada akhirnya mencoba untuk memperlambat epidemi obesitas.[13]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Sugar Sweetened Beverage Intake". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-01. 
  2. ^ "Sugar-Sweetened Beverages". State of Rhode Island Department of Health (dalam bahasa Inggris). 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 16, 2023. 
  3. ^ Dianne Hales (1 January 2010). An Invitation to Health: Choosing to Change. Cengage Learning. hlm. 189. ISBN 978-0-538-73655-8. Diakses tanggal 20 April 2013. 
  4. ^ a b Frank Hu Associate Professor of Nutrition and Epidemiology Harvard School of Public Health (20 February 2008). Obesity Epidemiology. Oxford University Press. hlm. 283–285. ISBN 978-0-19-971847-4. Diakses tanggal 20 April 2013. 
  5. ^ a b Travis A. Smith (November 2010). Taxing Caloric Sweetened Beverages: Potential Effects on Beverage Consumption, Calorie Intake, and Obesity. DIANE Publishing. hlm. 13–14. ISBN 978-1-4379-3593-6. Diakses tanggal 20 April 2013. 
  6. ^ a b Nguyen M, Jarvis SE, Tinajero MG, Yu J, Chiavaroli L, Mejia SB, Khan TA, Tobias DK, Willett WC, Hu FB, Hanley AJ, Birken CS, Sievenpiper JL, Malik VS. (2023). "Sugar-sweetened beverage consumption and weight gain in children and adults: a systematic review and meta-analysis of prospective cohort studies and randomized controlled trials". The American Journal of Clinical Nutrition. 117 (1): 160–174. doi:10.1016/j.ajcnut.2022.11.008alt=Dapat diakses gratis. PMID 36789935 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  7. ^ a b Li H, Liang H, Yang H, Zhang X, Ding X, Zhang R, et al. (April 2021). "Association between intake of sweetened beverages with all-cause and cause-specific mortality: a systematic review and meta-analysis". Journal of Public Health. 44 (3): 516–526. doi:10.1093/pubmed/fdab069alt=Dapat diakses gratis. PMID 33837431 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  8. ^ a b Zhang YB, Jiang YW, Chen JX, Xia PF, Pan A (March 2021). "Association of Consumption of Sugar-Sweetened Beverages or Artificially Sweetened Beverages with Mortality: A Systematic Review and Dose-Response Meta-Analysis of Prospective Cohort Studies". Advances in Nutrition. 12 (2): 374–383. doi:10.1093/advances/nmaa110. PMC 8009739alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 33786594 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  9. ^ a b Diaz C, Rezende LFM, Sabag A, Lee DH, Ferrari G, Giovannucci EL, Rey-Lopez JP. (2023). "Artificially Sweetened Beverages and Health Outcomes: An Umbrella Review". Advances in Nutrition. 14 (4): 710–717. doi:10.1016/j.advnut.2023.05.010. PMC 10334147alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 37187453 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  10. ^ "WHO advises not to use non-sugar sweeteners for weight control in newly released guideline". World Health Organization (dalam bahasa Inggris). 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 28, 2024. 
  11. ^ Ruanpeng D, Thongprayoon C, Cheungpasitporn W, Harindhanavudhi T. (2017). "Sugar and artificially sweetened beverages linked to obesity: a systematic review and meta-analysis". QJM: An International Journal of Medicine. 110 (8): 513–520. doi:10.1093/qjmed/hcx068. PMID 28402535. 
  12. ^ Cardiac rehabilitation manual. Springer. 2011. hlm. 55. ISBN 978-1-84882-794-3. Diakses tanggal 20 April 2013. 
  13. ^ a b c Blecher, E (2015). "Taxes on tobacco, alcohol and sugar sweetened beverages: Linkages and lessons learned". Social Science and Medicine. 136–137: 175–179. doi:10.1016/j.socscimed.2015.05.022. PMID 26005761. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]

Templat:Gula