Miosis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PutraHP (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Mata menggunakan HotCat
PutraHP (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Oftalmologi menggunakan HotCat
Baris 72: Baris 72:


[[Kategori:Mata]]
[[Kategori:Mata]]
[[Kategori:Oftalmologi]]

Revisi per 24 Februari 2022 13.55

Miosis
Miosis yang diakibatkan oleh opiat dosis tinggi. Pasien juga memperlihatkan ptosis kedua kelopak mata dan pandangan yang tidak terfokus, yang merupakan tanda perubahan kesadaran karena efek obat penenang.
Informasi umum
Nama lainMyosis
Pelafalan
  • /maɪˈoʊ sɪs/
SpesialisasiOftalmologi Sunting ini di Wikidata

Miosis adalah pengecilan pupil mata yang berlebihan secara tidak terkendali. Istilah miosis berasal dari Yunani kuno yaitu μύειν mūein, yang berarti "menutup mata". Pupil mata yang mengalami miosis ukurannya akan mengecil hingga kurang dari 2 mm.[1] Pupil adalah lingkaran hitam yang berada di tengah-tengah bola mata. Miosis dapat terjadi pada satu atau kedua mata.

Penyebab

Ukuran pupil dikontrol oleh dua otot yang bekerja berlawanan yaitu otot dilator pupilae dan otot sfingter pupilae. Permasalahan miosis biasanya disebabkan oleh gangguan pada otot sfingter atau saraf yang mengontrol otot tersebut. Saraf yang mengontrol otot sfingter berasal dari otak yang merupakan bagian dari sistem saraf parasimpatis.[2][3]

Usia

Bayi yang baru lahir ukuran pupil matanya tetap kecil selama kurang lebih 2 minggu. Pupil juga cenderung mengecil saat seseorang menua karena otot yang mengatur ukuran pupil mengalami kelemahan.[3]

Penyakit

Obat

Beberapa jenis obat dapat menyebabkan miosis.[3]

  • Obat kolinergik untuk pengobatan alzheimer seperti piridostigmin.[7][9]
  • Antipsikotik atipikal seperti olanzapin (merek Zyprexa)[7]
  • Obat tetes mata yang biasanya digunakan untuk mengobati glaukoma[7]
  • Obat antipsikotik atau neuroleptik seperti haloperidol dan quetiapin.[7]
  • Antidepresan serotonergik atau noradrenergik seperti mirtazapin.[7]

Genetik

Seseorang yang lahir tanpa otot yang mengontrol pupil atau yang pembentukan ototnya tidak sempurna akan menderita miosis kongenital atau mikrokoria. Kondisi ini diwariskan dari satu atau kedua orang tua dan dapat terjadi pada satu atau kedua mata.[3][4]

Diagnosis

Diagnosis dibuat dengan melihat dan mengukur diameter pupil di dalam ruangan gelap. Yang dinilai pada pemeriksaan ini adalah bentuk dan ukuran pupil, kesimetrisan antara pupil kiri dan kanan, letak pupil pada bola mata, dan reaksi pupil terhadap cahaya terang.[3][10]

[1][3]

Peralatan yang paling sederhana pada pemeriksaan pupil adalah penlight, pengukur pupil dan oftalmoskop. Alat pengukur pupil terdiri dari beberapa lingkaran dengan ukuran diameter 1,5-6 mm, tiap lingkaran memiliki beda ukuran 0,5 mm. Bila ada, pemeriksaan pupil dapat pula menggunakan slit-lamp. Ruangan dipersiapkan dengan pencahayaan yang mudah dikontrol. Pada pasien dengan iris yang sangat gelap sehingga pupil sulit terlihat, dapat menggunakan oftalmoskop untuk melihat red reflex, yaitu warna jingga kemerahan yang muncul pada pemeriksaan fundus.[11][12]

Inspeksi. Pupil normal berukuran antara 2-4 mm dalam kondisi ruangan terang dan 4-8 mm di dalam ruangan yang gelap.[1][3] Pupil terletak di tengah iris, berbentuk bulat, berwarna hitam, isokor (ukuran kiri dan kanan sama besar), dan reguler.[13][14]

Pemeriksaan refleks cahaya. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat kecepatan dan kesimetrisan kedua pupil terhadap respons cahaya. Pemeriksa berdiri di samping orang yang akan diperiksa dan memintanya untuk melihat jauh. Penlight diayunkan melewati batang hidung dari satu pupil ke pupil yang sebelahnya dengan berhenti kurang lebih selama 1 detik pada setiap pupil.[15][16]

Pengobatan

Pengobatan yang diberikan akan didasarkan pada kondisi yang menyebabkan terjadinya miosis. Miosis yang disebabkan oleh obat, maka obat yang sedang dikonsumsi harus dihentikan dan diganti dengan obat alternatif dengan fungsi yang sama.[5][7]

Pencegahan

Metode pencegahan yang paling baik adalah dengan mengenali faktor risiko penyebab miosis. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah mengenakan alat proteksi, rutin melakukan pemeriksaan mata jika seseorang berhubungan dengan paparan pestisida atau agen saraf dari pekerjaan, dan berkonsultasi dengan dokter apabila mendapatkan terapi pengobatan dengan obat-obatan yang dapat menyebabkan miosis disertai dengan pengawasan rutin.[7]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j Hecht, Marjorie (21 Februari 2019). "Miosis: Causes, Treatment, and Diagnosis of Constricted Pupils". Healthline. Diakses tanggal 24 Februari 2022. 
  2. ^ "Examining the Eyes of an Older Person". www.medscape.org. Diakses tanggal 24 Februari 2022. 
  3. ^ a b c d e f g h i j Ellis, Rachel Reiff. "What Is Eye Miosis?". WebMD. Diakses tanggal 24 Februari 2022. 
  4. ^ a b c d e Stöppler, Melissa Conrad (10 Desember 2020). "Pinpoint Pupils (Miosis): Symptoms & Signs". www.medicinenet.com. Diakses tanggal 24 Februari 2022. 
  5. ^ a b c "Pinpoint Pupils Adalah? - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati". HonestDocs. Diakses tanggal 24 Februari 2022. 
  6. ^ a b c d Han, Seunggu (15 Maret 2018). "Pinpoint pupils: Causes, symptoms, and treatment". www.medicalnewstoday.com. Diakses tanggal 24 Februari 2022. 
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Why Do I Have Pinpoint Pupils? 6 Causes". NVISION Eye Centers. Diakses tanggal 24 Februari 2022. 
  8. ^ "Miosis: What causes constricted pupils?". All About Vision. Diakses tanggal 24 Februari 2022. 
  9. ^ Pula, John H.; Kao, Angela M.; Kattah, Jorge C. (November 2013). "Neuro-ophthalmologic side-effects of systemic medications" (PDF). Current Opinion in Ophthalmology. 24 (6): 540–549. doi:10.1097/01.icu.0000434557.30065.a7. ISSN 1531-7021. PMID 24100367. 
  10. ^ Spector, Robert H. (1990). Walker, H. Kenneth; Hall, W. Dallas; Hurst, J. Willis, ed. The Pupils (edisi ke-3rd). Boston: Butterworths. ISBN 978-0-409-90077-4. PMID 21250222. 
  11. ^ Couret, David; Boumaza, Delphine; Grisotto, Coline; Triglia, Thibaut; Pellegrini, Lionel; Ocquidant, Philippe; Bruder, Nicolas; Velly, Lionel (13 Maret 2016). "Reliability of standard pupillometry practice in neurocritical care: An observational, double-blinded study". Critical Care. 20. doi:10.1186/s13054-016-1239-z. 
  12. ^ Chiou, Piao-Yi; Chien, Chih-Yin; Lai, Yi-Horng; Chun, Chang Feng (7 November 2018). "The effect evaluation of advanced penlight". PLOS ONE. 13 (11): e0205978. doi:10.1371/journal.pone.0205978. ISSN 1932-6203. PMC 6221280alt=Dapat diakses gratis. PMID 30403695. 
  13. ^ Tomy, Rita Mary (27 Agustus 2019). "Pupil: Assessment and diagnosis". www.kjophthal.com. Diakses tanggal 24 Februari 2022. 
  14. ^ Jeffery, Rachel C. Heath; Young, Braden; Swann, Peter G.; Lueck, Christian J. (Februari 2019). "Unequal pupils: Understanding the eye's aperture". Australian Journal of General Practice. Volume 48 (1-2). doi:10.31128/AJGP-07-18-4641. 
  15. ^ Broadway, David C (2012). "How to test for a relative afferent pupillary defect (RAPD)". Community Eye Health. 25 (79-80): 58–59. ISSN 0953-6833. PMC 3588138alt=Dapat diakses gratis. PMID 23520419. 
  16. ^ "The assessment of pupils and pupillary reactions". Eye News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-24.