Mudik Lebaran
Mudik Lebaran | |
---|---|
Sutradara | Muchyar Syamas |
Produser | Raam Punjabi |
Ditulis oleh | Away Kilmer |
Pemeran | Irwansyah Wiwid Gunawan Ray Sahetapy Melly Zamri Irfan Penyok Leroy Osmani Sonya |
Distributor | Multivision Plus |
Tanggal rilis | 8 September 2011 |
Negara | Indonesia |
Mudik Lebaran merupakan film komedi Indonesia yang dirilis pada 8 September 2011 yang disutradarai oleh Muchyar Syamas serta dibintangi oleh Irwansyah dan Wiwid Gunawan.
Sinopsis
[sunting | sunting sumber]Selama tiga tahun di ibu kota GUNADI masih juga menganggur. Sementara bapaknya memintanya Lebaran tahun ini harus pulang kampung. Sudah tiga tahun, Lestari menunggu segera dinikahi. Orangtua Lestari sudah merestui, mereka juga tidak meminta maskawin yang banyak cukup perlengkapan shalat, tunai!
Keluarga Iskandar, pejabat di Kementerian Sarana Publik, dianggap warga desa Wonosalam, Yogyakarta, sebagai orang sukses. Iskandar tiap tahun mengadakan open-house. Iskandar juga yang menyediakan kurma ‘Tanah Arab – meskioun dibelinya di Tanah Abang. Juga perangkat salat yang dibagi merata kepada semua warga desa.
Martono, diminta istrinya pulang dan menjalani puasa di kampungnya di Wonogiri. Namun Martono menolak, ia kali ini ingin menjalani puasa di ibu kota. Banyak rezeki yang tidak boleh dilewatkan. Istri Martono yang tengah hamil tua, membutuhkan banyak uang hasil untuk membiayai persalinan.
Sudah delapan tahun, Kuncoro selalu mengajak keluarganya mudik ke Jawa Tengah. Padahal, Yustina belum sekalipun menikmati Lebaran hari pertama di kampungnya, Bukit Tinggi. Dua anaknya, juga belum sekalipun sungkeman dengan kakek-nenek mereka pada hari pertama Lebaran. Kuncoro begitu dominan.
Bisakah tokoh-tokoh di atas menjalani ritual mudik sebagaimana mereka jalani selama ini? Tiap tahun mereka rasakan semua kesulitan, kesusahan dan kesengsaraan, tetapi sebagai ritual budaya, mudik tidak sekadar dipandang sebagai perjalanan dari kota-kota besar menuju kota-kota lebih kecil, tetapi sebuah mobilisasi manusia yang tengah mencari identias kemanusiaannya. Mudik di tengah-tengah menjalani puasa, juga tidak ubahnya seperti ibadah itu sendiri. Mudik tidak ubahnya uji kesabaran dan penyerahan diri yang hasilnya tidak ada yang tahu. Pasrahkan saja kepada ALLAH SWT![1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Laman Mudik[pranala nonaktif permanen], diakses pada 18 Agustus 2011
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]