Museum Keraton Sumenep
Museum Keraton Sumenep museum | ||||
---|---|---|---|---|
Tempat | ||||
Negara berdaulat | Indonesia | |||
Provinsi di Indonesia | Jawa Timur | |||
Kabupaten di Indonesia | Sumenep | |||
Negara | Indonesia | |||
Geografi | ||||
Bagian dari | Keraton Sumenep | |||
Informasi tambahan | ||||
Kode pos | 69416 | |||
Zona waktu | ||||
Lain-lain | ||||
Situs web | Laman resmi |
꧁𝘕𝘰𝘮𝘰𝘳 𝘞𝘈 𝘢𝘥𝘮𝘪𝘯 0852.1193.3871꧂Museum Keraton Sumenep adalah sebuah museum umum yang beralamat di Jalan Dr. Sutomo Nomor 6, Lingkungan Delama, Pajagalan, Kota sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Museum Keraton Sumenep pada awalnya merupakan pusat pemerintahan pada masa Gusti Ayu Tirtonegoro R. Rasmana & Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindara Saod) yang dibangun tahun 1750 hingga 1762.
Koleksi Museum Keraton Sumenep memiliki ukuran yang beragam mulai dari yang kecil hingga yang besar. Koleksi berukuran kecil berupa keramik dan senjata. Sedangkan koleksi berukuran besar berupa kereta kuda dari Kerajaan Inggris. Koleksi utama di dalam Museum Keraton Sumenep adalah kereta kencana yang pernah dinaiki Arya Wiraraja. Sebagian besar koleksi merupakan peninggalan Sultan Abdurrahman. Keraton Sumenep yang dijadikan sebagai museum dibangun oleh seorang arsitek berkebangsaan Tiongkok yang bernama Louw Phia Ngo. Gaya arsitektur yang dihasilkan merupakan perpaduan antara arsitektur Islam, arsitektur Eropa, Arsitektur Tiongkok, dan arsitektur Jawa. Kepemilikan museum diserahkan kepada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sumenep. Pengelolaannya diberikan kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Keraton Sumenep. Titik koordinatnya di 7°00’31.7” Lintang Selatan dan 113°51’45.5” Bujur Timur. Museum dapat diakses dari Terminal Bus Sumenep dengan jarak tempuh sejauh 3,2 kilometer.[1]
Tata ruang
[sunting | sunting sumber]Museum Keraton Sumenep dibagi menjadi 3 bangunan.
Museum I
[sunting | sunting sumber]Disebut juga Museum Kencana Keraton. Menyimpan dua buah kereta kencana, kursi pertemuan, tempat tidur raja serta ukiran lambang perdamaian antara masyarakat Madura dengan Eropa, Cina dan Arab.
Museum II
[sunting | sunting sumber]Dahulu merupakan kantor raja yang bernama kantor Koneng. Dalam bahasa Madura, koneng berarti kuning. Menggambarkan warna kulit para anggota keluarga Keraton yang kuning langsat, serta dinding keraton yang juga di cat kuning. Di museum II, terpajang berbagai foto lama yang menggambarkan adat dan tradisi seperti pernikahan dan syukuran. Foto ini juga menggambarkan masa-masa masuknya budaya dari Solo, ketika salah satu putri Sultan Abdurrahman menikah dengan mengenakan pakaian khas Kraton Surakarta. Salah satu istri Sultan Abdurrahman sendiri merupakan putri dari Kraton Surakarta. Beberapa arca juga tersimpan di museum ini, yang menggambarkan adanya pengaruh budaya Hindu.
Museum III
[sunting | sunting sumber]Dahulu kala digunakan sebagai gedung untuk meditasi raja. Di dalam gedung ini tersimpan Al-Qur'an yang ditulis oleh Sultan Abdurrahman. Selain itu, ada beberapa daun lontar kering yang diikat menjadi satu. Daun lontar ini ditulisi dengan ajaran-ajaran agama Islam dan tradisi suku Jawa dalam aksara Jawa.[2]
Koleksi
[sunting | sunting sumber]- Sarana pengadilan pada masa Bindara Saod (tahun 1750-1762).
- Kursi goyang pada masa pemerintahan Bindara Saod tahun 1750-1762. Kursi ini berbahan kayu dengan alas rotan.
- Al-Qur'an raksasa dengan ukuran 4 x 5 meter dan berat 500 kg. Ditulis tangan oleh Sultan Abdurrahman, penguasa Kerajaan Sumenep tahu 1811-1854 .[3]
- Ukiran lambang Kerajaan Sumenep.
- Kereta Kencana "Melor" yang terbuat dari kaju jati, dengan bentuk segi enam. Hadiah dari kerjaan Inggris kepada Sultan Abdurahman Pakunataningrat.
- Meja rias marmer yang digunakan para putri raja.
- Pot bunga berbahan keramik dengan tulisan Cina, hasil kerja sama Raja Cina dengan Raja Sumenep pada abad ke XVI – XVII.
- Piring nasi (magic rower),hadiah untuk Sultan Abdurahman Pakunataningrat. [4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 132. ISBN 978-979-8250-67-5.
- ^ ."Museum Keraton Sumenep". humaiz.it.student.pens.ac.id. Diakses tanggal 7 Juli 2021.
- ^ Abdullah, Mohammad Ghali (2019). "PERKEMBANGAN MUSEUM KERATON SUMENEP SEBAGAI OBJEK PARIWISATA TAHUN 1994-2014". Avatara. 7 (1).
- ^ "Museum Keraton Sumenep". Museum Keraton Sumenep (dalam bahasa Indonesia). 2020-07-17. Diakses tanggal 2024-05-21.