Nasakom: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Suatu sistem yang didirikan oleh karl marx (seorang pendiri paham komunisme) tidak mungkin menciptakan suatu keadilan.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Fermionisme (bicara | kontrib)
k menambah template
Tag: VisualEditor-alih pranala ke halaman disambiguasi
 
(12 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Nasakom''' ([[Lakuran (linguistik)|lakuran]] dari '''nas'''ionalisme, '''a'''gama, dan '''kom'''unisme) adalah konsep politik yang dicetuskan oleh [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soekarno]] di Indonesia, serta merupakan ciri khas dari [[Demokrasi Terpimpin]].<ref>{{Citation|last=Echols|first=John M.|last2=Shadily|first2=Hassan|title=Kamus Indonesia Inggris: An Indonesian-English Dictionary|place=Jakarta|publisher=PT Gramedia|year=1989|edition=3|isbn=979-403-756-7}}</ref><ref>{{cite book|last=Friend|first=T.|title=Indonesian Destinies|url=https://archive.org/details/indonesiandestin00theo|publisher=Harvard University Press|year=2003|isbn=0-674-01137-6|pages=[https://archive.org/details/indonesiandestin00theo/page/25 25], 82–83}}</ref><ref>{{cite book|title=A History of Modern Indonesia since c. 1300|last=Ricklefs|first=M. C.|publisher=MacMillan|year=1991|isbn=0-333-57689-6|edition=2|page=268|lccn=94102636|oclc=30320024|ol=1135607M|id=ISBN 0-333-57690-X}} [http://books.google.com/books?id=ukurAAAAIAAJ&printsec=frontcover alternate version at Google Books with preview]<!-- Citaiton was to 0-333-57689-X, which is invalid. Given that the two ISBNs are so close together it is not possible to be certain which was intended. The Google Books URL is to an alternate version. It should also be noted that the two books referred to by those ISBNs are listed as being published in 1993, not 1991. --></ref><ref>{{cite book|last=Vickers|first=Adrian|title=A History of Modern Indonesia|url=https://archive.org/details/historymodernind00vick|publisher=Cambridge University Press|year=2005|page=[https://archive.org/details/historymodernind00vick/page/n161 146]|isbn=0-521-54262-6}}</ref>
{{Nasakom}}'''Nasakom''' (kepanjangan dari [[Nasionalisme|'''nas'''ionalisme]], [[Agama|'''a'''gama,]] dan [[Komunisme|'''kom'''unisme]]) adalah konsep politik yang dicetuskan oleh [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soekarno]]. Konsep ini berlaku di [[Indonesia]] dari 1959 masa [[Demokrasi terpimpin|Demokrasi Terpimpin]] hingga [[Orde Baru]], tahun 1966. Gagasan Soekarno mengenai Nasakom ini merupakan upaya untuk menyatukan berbagai ideologi politik<ref>{{Citation|last=Echols|first=John M.|last2=Shadily|first2=Hassan|title=Kamus Indonesia Inggris: An Indonesian-English Dictionary|place=Jakarta|publisher=PT Gramedia|year=1989|edition=3|isbn=979-403-756-7}}</ref><ref>{{cite book|last=Friend|first=T.|title=Indonesian Destinies|url=https://archive.org/details/indonesiandestin00theo|publisher=Harvard University Press|year=2003|isbn=0-674-01137-6|pages=[https://archive.org/details/indonesiandestin00theo/page/25 25], 82–83}}</ref><ref>{{cite book|title=A History of Modern Indonesia since c. 1300|last=Ricklefs|first=M. C.|publisher=MacMillan|year=1991|isbn=0-333-57689-6|edition=2|page=268|lccn=94102636|oclc=30320024|ol=1135607M|id=ISBN 0-333-57690-X}} [http://books.google.com/books?id=ukurAAAAIAAJ&printsec=frontcover alternate version at Google Books with preview]<!-- Citaiton was to 0-333-57689-X, which is invalid. Given that the two ISBNs are so close together it is not possible to be certain which was intended. The Google Books URL is to an alternate version. It should also be noted that the two books referred to by those ISBNs are listed as being published in 1993, not 1991. --></ref><ref>{{cite book|last=Vickers|first=Adrian|title=A History of Modern Indonesia|url=https://archive.org/details/historymodernind00vick|publisher=Cambridge University Press|year=2005|page=[https://archive.org/details/historymodernind00vick/page/n161 146]|isbn=0-521-54262-6}}</ref> Nasakom berupaya untuk menyatukan golongan [[Nasionalisme|nasionalis]], [[Agamis|agamis,]] dan [[Komunisme|komunis]] yang pada waktu itu memiliki kekuasan terbesar dalam perpolitikan di Indonesia.


== Latar Belakang==
Pada tahun 1956, [[Soekarno]] secara terbuka mengkritik [[demokrasi parlementer]], yang menyatakan bahwa itu "didasarkan pada konflik inheren" yang berlawanan dengan gagasan harmoni Indonesia sebagai keadaan alami antar hubungan manusia. Sebaliknya, ia mencari sistem yang didasarkan pada sistem desa tradisional dengan mengedepankan diskusi dan konsensus, dibawah bimbingan para tetua desa. Ia mengusulkan campuran antara tiga unsur yakni; [[nasionalisme]], [[agama]], dan [[komunisme]] menjadi pemerintahan kooperatif yang disingkat 'Nas-A-Kom'. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia ketika itu, yakni - tentara, kelompok-kelompok Islam, dan komunis. Dengan dukungan dari militer, pada bulan Februari 1956, ia menyatakan 'Demokrasi Terpimpin', dan mengusulkan kabinet yang akan mewakili semua partai politik penting (termasuk [[PKI]]).
Gagasan Nasakom sebenarnya sudah dipikirikan [[Soekarno]] sejak 1927, jauh sebelum [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Indonesia merdeka]]. Soekarno menulis rangkaian artikel berjudul "Nasionalisme, Islam, dan Marxisme" dalam majalah Indonesia Moeda. Kemudian, tahun 1956, ia menyampaikan gagasan ini. Ia mengkritik sistem [[Sistem parlementer|Demokrasi Parlementer]] yang dianggap tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia.


Menurut Soekarno, Demokrasi Parlementer melindungi sistem [[kapitalisme]]. Sebab parlemen dikuasai oleh kaum borjuis. Sehingga menurutnya sistem ini tidak bisa memakmurkan rakyat. Selain itu, Soekarno juga menganggap bahwa Demokrasi Parlementer dapat membahayakan pemerintahan. Oleh sebab itu, bulan Februari 1956, Soekarno mengusulkan konsep baru yang disebut Nasakom dengan didasari oleh tiga pilar utama. Tiga pilar tersebut adalah [[Nasionalisme]], [[Agama]], dan [[Komunisme]]. Ketiga pilar ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia yaitu tentara, kelompok Islam, dan komunis. Melalui dukungan dari militer, bulan Februari 1956, ia menyatakan berlakunya Demokrasi Terpimpin dan mengusukan kabinet yang akan mewakili semua partai politik penting.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-09-28|title=Nasakom, Konsep Kesatuan Politik ala Soekarno Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/28/100000479/nasakom-konsep-kesatuan-politik-ala-soekarno|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-09-26}}</ref>
Gagasan Nasakom sudah dicetuskan Soekarno sebelum Indonesia merdeka. Pada tahun 1927, ia menulis rangkaian artikel berjudul "Nasionalisme, Islam, dan Marxisme" dalam ''Indonesia Moeda'', sebuah publikasi terbitan "Klub Studi Umum", klub yang didirikan Soekarno dan rekan-rekannya di Bandung. Dalam artikel tersebut, Soekarno mendesakkan pentingnya sebuah persatuan nasional kaum nasionalis, Islamis, Marxis dalam perlawanan tanpa kompromi (non-kooperatif) terhadap Belanda.<ref>Arif Zulkifli,dkk. 2010. ''Seri Buku Tempo Bapak Bangsa : Sukarno - Paradoks Revolusi Indonesia.'' Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia. hal 5</ref>


==Pelaksanaan Nasakom==
Sejak awal perjuangan kemerdekaan Indonesia, sudah dikenal tiga aliran politik yang mewarnai berbagai organisasi pergerakan zaman itu. Sebagai contoh ''[[National Indische Partij|Indsche partij]]'' dan Sarekat Hindia yang “Nasionalis”, [[Sarekat Islam]] yang berideologi [[Islam di Indonesia|Islam]], dan kemudian [[Partai Komunis Indonesia|ISDV/PKI]] yang berideologi [[Marxisme]].
Usai Nasakom terbentuk, Soekarno semakin gencar mengkampanyekan konsep Nasakom-nya. Soekarno menyatukan tiga kekuatan politik dengan tujuan untuk memperkuat posisinya. Tiga partai politik yang menjadi faksi utama dalam perpolitikan Indonesia saat itu adalah:


# [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI) yang berhaluan nasionalis
Menurut Soekarno,
# [[Nahdlatul Ulama]] yang berhaluan agama
<blockquote>''“Nasionalisme, Islam, dan Marxisme, inilah azas-azas yang dipegang teguh oleh pergerakan-pergerakan rakyat diseluruh Asia. Inilah faham-faham yang menjadi rohnya pergerakan-pergerakan di Asia itu. Rohnya pula pergerakan-pergerakan di Indonesia-kita ini.”'' <ref>{{Cite web|url=http://www.berdikarionline.com/sukarno-dan-konsep-persatuan-nasakom/|title=Sukarno dan Konsep Persatuan Nasakom|website=www.berdikarionline.com|language=id-ID|access-date=2018-08-15}}</ref></blockquote>
# [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) yang berhaluan komunis


Soekarno bahkan mengampanyekan konsep Nasakom hingga ke forum internasional. Sebab saat itu, negara-negara pemenang [[Perang Dunia II]] saling bertentangan ideologi. Dalam Sidang Umum [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (PBB) tanggal 30 September 1960 di [[Kota New York|New York]], Soekarno menyampaikan pidato berjudul "To Build the World a New". Melalui pidato tersebut, Soekarno menyampaikan konsep Nasakom yang ia buat. Selanjutnya, dalam Sidang Panca Tunggal Seluruh Indonesia di [[Istana Negara]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], tanggal 23 Oktober 1965, Soekarno kembali menegaskan pentingnya Nasakom.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-09-28|title=Nasakom, Konsep Kesatuan Politik ala Soekarno Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/28/100000479/nasakom-konsep-kesatuan-politik-ala-soekarno|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-09-26}}</ref>
Saat memberi amanat di Sidang Panca Tunggal Seluruh Indonesia, di [[Istana Negara]], pada 23 Oktober 1965, Soekarno menyebut dirinya sebagai perasan dari Nasakom. “''Ik ben nasionalist, ik ben islamiet, socialist. Tiga in one. Three in one, Soekarno. Lain kali disini, dimuka Istana merdeka saya pernah berkata, aku adalah perasan dari pada Nasakom''”. Pada tahun 1960, Soekarno memperkenalkan konsep Pancasila kepada dunia dalam pidatonya yang terkenal di hadapan [[Sidang Umum PBB]] di [[New York]], Amerika Serikat. Judulnya: ''To Build The World a New''. Dia menawarkan prinsip toleransi [[Pancasila]] diterapkan bagi perdamaian dunia, yang ketika itu sedang terpecah antara blok Barat dan blok Timur. Soekarno menawarkan sebuah konsep tata dunia yang baru. Soekarno ketika itu merangkum konsepsi politiknya sebagai NASAKOM: Nasionalisme, Agama, Komunisme.

==Akhir Nasakom==
Soekarno sangat gencar memperluas gagasan Nasakom miliknya. Namun, sekeras apapun ia mempertahan konsep Nakasom nya, gagasan ini akhirnya kandas. Kandasnya Nasakom diakibatkan oleh luruhnya pamor [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] akibat [[Gerakan 30 September]]. Selain itu, berakhirnya Nasakom juga diakibatkan oleh adanya peralihan kekuasaan dari [[Orde Lama]] ke [[Orde Baru]], di mana pemimpin baru Indonesia, [[Soeharto]], sangat anti-komunis. Dengan demikian, gagasan Nasakom pun berakhir.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-09-28|title=Nasakom, Konsep Kesatuan Politik ala Soekarno Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/28/100000479/nasakom-konsep-kesatuan-politik-ala-soekarno|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-09-26}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

{{Authority control}}


[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Soekarno]]
[[Kategori:Soekarno]]
{{Authority control}}{{indo-stub}}


{{indo-stub}}

Revisi terkini sejak 17 Januari 2024 14.13

Nasakom (kepanjangan dari nasionalisme, agama, dan komunisme) adalah konsep politik yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno. Konsep ini berlaku di Indonesia dari 1959 masa Demokrasi Terpimpin hingga Orde Baru, tahun 1966. Gagasan Soekarno mengenai Nasakom ini merupakan upaya untuk menyatukan berbagai ideologi politik[1][2][3][4] Nasakom berupaya untuk menyatukan golongan nasionalis, agamis, dan komunis yang pada waktu itu memiliki kekuasan terbesar dalam perpolitikan di Indonesia.

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

Gagasan Nasakom sebenarnya sudah dipikirikan Soekarno sejak 1927, jauh sebelum Indonesia merdeka. Soekarno menulis rangkaian artikel berjudul "Nasionalisme, Islam, dan Marxisme" dalam majalah Indonesia Moeda. Kemudian, tahun 1956, ia menyampaikan gagasan ini. Ia mengkritik sistem Demokrasi Parlementer yang dianggap tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia.

Menurut Soekarno, Demokrasi Parlementer melindungi sistem kapitalisme. Sebab parlemen dikuasai oleh kaum borjuis. Sehingga menurutnya sistem ini tidak bisa memakmurkan rakyat. Selain itu, Soekarno juga menganggap bahwa Demokrasi Parlementer dapat membahayakan pemerintahan. Oleh sebab itu, bulan Februari 1956, Soekarno mengusulkan konsep baru yang disebut Nasakom dengan didasari oleh tiga pilar utama. Tiga pilar tersebut adalah Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Ketiga pilar ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia yaitu tentara, kelompok Islam, dan komunis. Melalui dukungan dari militer, bulan Februari 1956, ia menyatakan berlakunya Demokrasi Terpimpin dan mengusukan kabinet yang akan mewakili semua partai politik penting.[5]

Pelaksanaan Nasakom[sunting | sunting sumber]

Usai Nasakom terbentuk, Soekarno semakin gencar mengkampanyekan konsep Nasakom-nya. Soekarno menyatukan tiga kekuatan politik dengan tujuan untuk memperkuat posisinya. Tiga partai politik yang menjadi faksi utama dalam perpolitikan Indonesia saat itu adalah:

  1. Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berhaluan nasionalis
  2. Nahdlatul Ulama yang berhaluan agama
  3. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berhaluan komunis

Soekarno bahkan mengampanyekan konsep Nasakom hingga ke forum internasional. Sebab saat itu, negara-negara pemenang Perang Dunia II saling bertentangan ideologi. Dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 30 September 1960 di New York, Soekarno menyampaikan pidato berjudul "To Build the World a New". Melalui pidato tersebut, Soekarno menyampaikan konsep Nasakom yang ia buat. Selanjutnya, dalam Sidang Panca Tunggal Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, tanggal 23 Oktober 1965, Soekarno kembali menegaskan pentingnya Nasakom.[6]

Akhir Nasakom[sunting | sunting sumber]

Soekarno sangat gencar memperluas gagasan Nasakom miliknya. Namun, sekeras apapun ia mempertahan konsep Nakasom nya, gagasan ini akhirnya kandas. Kandasnya Nasakom diakibatkan oleh luruhnya pamor PKI akibat Gerakan 30 September. Selain itu, berakhirnya Nasakom juga diakibatkan oleh adanya peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, di mana pemimpin baru Indonesia, Soeharto, sangat anti-komunis. Dengan demikian, gagasan Nasakom pun berakhir.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Echols, John M.; Shadily, Hassan (1989), Kamus Indonesia Inggris: An Indonesian-English Dictionary (edisi ke-3), Jakarta: PT Gramedia, ISBN 979-403-756-7 
  2. ^ Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. hlm. 25, 82–83. ISBN 0-674-01137-6. 
  3. ^ Ricklefs, M. C. (1991). A History of Modern Indonesia since c. 1300 (edisi ke-2). MacMillan. hlm. 268. ISBN 0-333-57689-6. LCCN 94102636. OCLC 30320024. OL 1135607M. ISBN 0-333-57690-X.  alternate version at Google Books with preview
  4. ^ Vickers, Adrian (2005). A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press. hlm. 146. ISBN 0-521-54262-6. 
  5. ^ Media, Kompas Cyber (2021-09-28). "Nasakom, Konsep Kesatuan Politik ala Soekarno Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-09-26. 
  6. ^ Media, Kompas Cyber (2021-09-28). "Nasakom, Konsep Kesatuan Politik ala Soekarno Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-09-26. 
  7. ^ Media, Kompas Cyber (2021-09-28). "Nasakom, Konsep Kesatuan Politik ala Soekarno Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-09-26.