Pantun: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
menyunting
Bebasnama (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(43 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 16: Baris 16:
| Note =
| Note =
|Countries=[[Indonesia]], [[Malaysia]]}}
|Countries=[[Indonesia]], [[Malaysia]]}}
'''Pantun''' adalah, salah satu jenis [[puisi]] lama yang sangat luas dikenal di [[Nusantara]]. Kata "Pantun" berasal dari kata ''patuntun'' dalam [[Bahasa Minangkabau]] yang memiliki arti "penuntun".<ref> {{cite web|title= Pantun Sebagai Teks Nyanyian di Minangkabau|url=https://www.yumpu.com/id/document/read/42621845/pantun-sebagai-teks-nyanyian-di-minangkabau-kiriman-wardizal}} </ref> Pantun memiliki nama lain dalam bahasa-bahasa daerah, dalam [[bahasa Jawa]], pantun dikenal dengan [[parikan|''parikan'']] dalam [[bahasa Sunda]] pantun disebut [[paparikan|''paparikan'']] dan dalam [[bahasa Batak]], pantun dikenal dengan sebutan [[umpasa|''umpasa'']].<ref> {{cite web|title= Pantun: Definisi, Ciri, Jenis dan Contohnya|author= Arum Sutrisni Putri|accessdate= 4 Desember 2020|url= https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/19/170000469/pantun-definisi-ciri-jenis-dan-contohnya?page=all}} </ref> Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, ber[[sajak]] akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).<ref>{{cite book|last1=Shadily|first1=Hassan|date=1984|title=Ensiklopedi Indonesia|publisher=Ictiar Baru - Van Hoeve & Elsevier Publishing Projects|location=Jakarta|pages=2546-2547}}</ref> Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama.<ref> {{cite journal|title= Menelusuri Nilai-Nilai Karakter Dalam Pantun||author= Abdul Hasim|journal= Pedagogia|volume= 14|number= 3|year= 2016|issn= 1693-5276|page= 401|url= https://ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia/article/view/5897}} </ref> Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.
'''Pantun''' adalah salah satu jenis [[puisi]] lama yang sangat luas dikenal di [[Nusantara]]. Kata "Pantun" berasal dari kata ''patuntun'' dalam [[Bahasa Minangkabau]] yang memiliki arti "penuntun".<ref> {{cite web|title= Pantun Sebagai Teks Nyanyian di Minangkabau|url=https://www.yumpu.com/id/document/read/42621845/pantun-sebagai-teks-nyanyian-di-minangkabau-kiriman-wardizal}} </ref> Pantun memiliki nama lain dalam bahasa-bahasa daerah, dalam [[bahasa Jawa]], pantun dikenal dengan ''[[parikan]]'', dalam [[bahasa Sunda]] pantun disebut ''[[paparikan]]'' dan dalam [[bahasa Batak]], pantun dikenal dengan sebutan ''[[umpasa]]''.<ref> {{Cite news|title= Pantun: Definisi, Ciri, Jenis dan Contohnya|author= Arum Sutrisni Putri|accessdate= 4 Desember 2020|url= https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/19/170000469/pantun-definisi-ciri-jenis-dan-contohnya?page=all|first= Arum Sutrisni|last= Putri|work= [[Kompas.com]]}} </ref> Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, ber[[sajak]] akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).<ref>{{cite book|last1=Shadily|first1=Hassan|date=1984|title=Ensiklopedi Indonesia|publisher=Ictiar Baru - Van Hoeve & Elsevier Publishing Projects|location=Jakarta|pages=2546-2547}}</ref> Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama.<ref> {{cite journal|title= Menelusuri Nilai-Nilai Karakter Dalam Pantun||author= Abdul Hasim|journal= Pedagogia|volume= 14|number= 3|year= 2016|issn= 1693-5276|page= 401|url= https://ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia/article/view/5897}} </ref> Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya (anonim). Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.


==Tradisi==
==Tradisi==
[[Indonesia]] memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam. Sebuah tradisi yang umumnya tidak tertulis berupa ucapan yang ekspresif, dan sering kali memiliki isi jenaka yang disebut "pantun" adalah seni tradisi yang dapat dijumpai secara umum di sebagian besar daerah Melayu di seluruh kepulauan [[Indonesia]]. Beberapa pertunjukan "pantun" bersifat narasi; Misalnya, tradisi "[[kentrung]]" di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]], menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional [[Indonesia]] membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "[[randai]]" dari [[Minangkabau]] wilayah [[Sumatera Barat]], yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.<ref>{{cite web |url=https://www.britannica.com/art/pantun |title=Pantun |author=<!--Not stated--> |website=Brittanica.com |publisher=Encyclopædia Britannica |access-date=19 December 2020 }}</ref>
[[Indonesia]] memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam. Sebuah tradisi yang umumnya tidak tertulis berupa ucapan yang ekspresif, dan sering kali memiliki isi jenaka yang disebut "pantun" adalah seni tradisi yang dapat dijumpai secara umum di sebagian besar daerah [[Suku Melayu|Melayu]] di seluruh kepulauan [[Indonesia]]. Beberapa pertunjukan "pantun" bersifat narasi; Misalnya, tradisi "[[kentrung]]" di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]], menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional [[Indonesia]] membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "[[randai]]" dari [[Minangkabau]] wilayah [[Sumatera Barat|Sumatera Barat]], yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.<ref>{{cite web |url=https://www.britannica.com/art/pantun |title=Pantun |author=<!--Not stated--> |website=Brittanica.com |publisher=Encyclopædia Britannica |access-date=19 December 2020 }}</ref>


== Peran pantun ==
== Peran pantun ==
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.<ref> {{cite journal|title= Keanekaragaman Pantun di Indonesia|author= Dinni Eka Maulina|journal= Semantik|voulume= 1|number= 1|issn= 2252-4657|page= 110|url= http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/semantik/article/view/103}} </ref>
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.<ref> {{cite journal|title= Keanekaragaman Pantun di Indonesia|author= Dinni Eka Maulina|journal= Semantik|voulume= 1|number= 1|issn= 2252-4657|page= 110|url= http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/semantik/article/view/103}} </ref>


Kedekatan nilai sosial dan pantun bahkan bermula dari [[Filsafat|filosofi]] pantun itu sendiri. [[Adat]] berpantun, pantang melantun adalah filosofi yang melekat pada pantun. Peribahasa tersebut mengisyaratkan bahwa pantun lekat dengan nilai-nilai sosial dan bukan semata imajinasi.<ref> {{cite web|author= Noriah Taslim|title= Pantun dan Psikodinamika Kelisanan|url= https://web.archive.org/web/20070507065200/http://www.usm.my/pantun/makalah1-1.asp}} </ref> Semangat hakikat pantun menjadi penuntun pada pantun. Penjelasan tersebut meneguhkan fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai masyarakat.<ref>Effendy,T. (2005). ''Pantun Nasehat. Penerbit: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Bekerjasamsa.'' Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa.</ref>
Kedekatan nilai sosial dan pantun bahkan bermula dari [[Filsafat|filosofi]] pantun itu sendiri. [[Adat]] berpantun, pantang melantun adalah filosofi yang melekat pada pantun. Peribahasa tersebut mengisyaratkan bahwa pantun lekat dengan nilai-nilai sosial dan bukan semata imajinasi.<ref>{{cite web|author= Noriah Taslim|title= Pantun dan Psikodinamika Kelisanan|url= http://www.usm.my/pantun/makalah1-1.asp|access-date= 2018-02-08|archive-date= 2007-05-07|archive-url= https://web.archive.org/web/20070507065200/http://www.usm.my/pantun/makalah1-1.asp|dead-url= unfit}}</ref> Semangat hakikat pantun menjadi penuntun pada pantun. Penjelasan tersebut meneguhkan fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai masyarakat.<ref>Effendy,T. (2005). ''Pantun Nasehat. Penerbit: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Bekerjasamsa.'' Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa.</ref>


Sementara itu, dalam kebudayaan suku Minangkabau, pantun digunakan dalam berbagai acara adat. Misalnya dalam acara ''manjapuik marapulai'' (menjemput mempelai pria), ''batagak gala'' (upacara penobatan gelar), ''batagak penghulu'' (upacara penobatan penghulu), atau dalam pidato upacara adat lainnya.<ref>{{Cite journal|last=Fandi|first=Leo|last2=Agustina|first2=Agustina|last3=Nurizzati|first3=Nurizzati|date=2012|title=Struktur dan Fungsi Pantun Minangkabau dalam Masyarakat Pasa Lamo, Pulau Punjung, Dharmasraya|url=http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pbs/article/view/318|journal=Pendidikan Bahasa Indonesia|language=en|volume=1|issue=1|pages=278–286|doi=10.24036/318-019883|issn=2302-3503}}</ref>
Sementara itu, dalam [[Budaya Minangkabau|kebudayaan Minangkabau]], pantun digunakan dalam berbagai acara adat. Misalnya dalam acara ''manjapuik marapulai'' (menjemput mempelai pria), ''batagak gala'' (upacara penobatan gelar), ''[[Batagak pangulu|batagak penghulu]]'' (upacara penobatan penghulu), atau dalam pidato upacara adat lainnya.<ref>{{Cite journal|last=Fandi|first=Leo|last2=Agustina|first2=Agustina|last3=Nurizzati|first3=Nurizzati|date=2012|title=Struktur dan Fungsi Pantun Minangkabau dalam Masyarakat Pasa Lamo, Pulau Punjung, Dharmasraya|url=http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pbs/article/view/318|journal=Pendidikan Bahasa Indonesia|language=en|volume=1|issue=1|pages=278–286|doi=10.24036/318-019883|issn=2302-3503}}</ref>


== Struktur pantun ==
== Struktur pantun ==
Pantun memiliki struktur yang terdiri atas sampiran dan isi. Sampiran berfungsi menyiapkan rima dan irama yang dapat membantu pendengar memahami isi pantun. Pada umumnya sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi, tetapi terkadang sampiran dapat memberi bayangan terhadap isi pantun. Isi merupakan bagian inti pantun yang berisi maksud atau pikiran pembuat pantun.<ref> {{cite journal|title= Korelasi Kemampuan Memahami Ciri Pantun dan Kemampuan Menentukan Jenis Pantun dengan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Pagaralam|author= Chairil Amar|journal= Pembahsi|volume= 6|number= 1|year= 2016|page= 42|url= http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/790172}} </ref>
Pantun memiliki struktur yang terdiri atas sampiran atau pembayang dan isi. Sampiran atau pembayang berfungsi menyiapkan rima dan irama yang dapat membantu pendengar memahami isi pantun. Pada umumnya sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi, tetapi terkadang sampiran dapat memberi bayangan terhadap isi pantun. Isi merupakan bagian inti pantun yang berisi maksud atau pikiran yang akan disampaikan si pembuat pantun.<ref>{{cite journal|title= Korelasi Kemampuan Memahami Ciri Pantun dan Kemampuan Menentukan Jenis Pantun dengan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Pagaralam|author= Chairil Amar|journal= Pembahsi|volume= 6|number= 1|year= 2016|page= 42|url= http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/790172}}{{Pranala mati|date=Januari 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>


Menurut [[Sutan Takdir Alisjahbana]], fungsi sampiran adalah menyiapkan rima dan irama agar pendengar dapat memahami isi pantun dengan mudah<sup>&#91;''[[Wikipedia:Citation needed|citation needed]]''&#93;</sup>. Ini dapat dipahami karena pada dasarnya, pantun merupakan sastra [[Bahasa lisan|lisan]]. Pola rima dan irama pada pantun secara eksplisit menegaskan sifat kelisanan pantun pada budaya Melayu dulu.
Menurut [[Sutan Takdir Alisjahbana]], fungsi sampiran adalah menyiapkan rima dan irama agar pendengar dapat memahami isi pantun dengan mudah<sup>&#91;''[[Wikipedia:Citation needed|citation needed]]''&#93;</sup>. Ini dapat dipahami karena pada dasarnya, pantun merupakan sastra [[Bahasa lisan|lisan]]. Pola rima dan irama pada pantun secara eksplisit menegaskan sifat kelisanan pantun pada budaya Melayu dulu.
Baris 56: Baris 56:


=== Pantun Budi ===
=== Pantun Budi ===
Pantun jenis ini memberikan nasihat agar pendengarnya selalu berlaku baik dalam kehidupan.
Pantun jenis ini memberikan nasihat agar diri dan pendengarnya selalu berlaku baik dalam kehidupan.
:Ayam jantan si ayam jalak
:Ayam jantan si ayam jalak
:Jaguh Siantan nama diberi
:Jaguh Siantan nama diberi
:Rezeki tidak saya tolak
:Rezeki tidak saya tolak
:Musuh tidak saya cari
:Musuh tidak saya cari

:Itik betina beranak pinak
:Air meluap di sungai lusi
:Ilmu bermanfaat Atau tidak
:Semua tergantung akhlaq budi


=== Pantun Jenaka ===
=== Pantun Jenaka ===
Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung. Dengan pantun jenaka, diharapkan suasana akan menjadi semakin riang.
Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung. Dengan pantun jenaka, diharapkan suasana akan menjadi semakin riang dan gembira.
:Di mana kuang hendak bertelur
:Di mana kuang hendak bertelur
:Di atas lata di rongga batu
:Di atas lata di rongga batu
Baris 98: Baris 103:


=== Pantun Teka-teki ===
=== Pantun Teka-teki ===
Pantun teka-teki, sesuai namanya, memberikam teka-teki bagi si pendengar untuk diselesaikan. Petunjuk yang diberikan dalam pantun teka-teki sering kali terkesan tidak harfiah.
Pantun teka-teki, sesuai namanya, memberikan teka-teki bagi si pendengar untuk diselesaikan. Petunjuk yang diberikan dalam pantun teka-teki sering kali terkesan tidak harfiah.
:Tugal padi jangan bertangguh
:Tugal padi jangan bertangguh
:Kunyit kebun siapa galinya
:Kunyit kebun siapa galinya?
:Kalau tuan cerdik sungguh
:Kalau tuan cerdik sungguh
:Langit tergantung mana talinya?
:Langit tergantung mana talinya?
Baris 113: Baris 118:
* [[Gurindam]]
* [[Gurindam]]


== Pranala luar ==
{{Wiktionary}}
{{Wiktionary}}
* {{en}} [https://www.youtube.com/watch?v=eEIyJFX3m8k&ab_channel=UNESCO Pantun] - UNESCO: Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity - 2020

{{Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia di Indonesia}}
{{Authority control}}

[[Kategori:Sastra]]
[[Kategori:Sastra]]
[[Kategori:Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Manusia]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]

Revisi terkini sejak 15 Februari 2024 17.24

Pantun
NegaraIndonesia, Malaysia
Referensi01613
KawasanAsia dan Pasifik
Sejarah Inskripsi
Inskripsi2020

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal di Nusantara. Kata "Pantun" berasal dari kata patuntun dalam Bahasa Minangkabau yang memiliki arti "penuntun".[1] Pantun memiliki nama lain dalam bahasa-bahasa daerah, dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan parikan, dalam bahasa Sunda pantun disebut paparikan dan dalam bahasa Batak, pantun dikenal dengan sebutan umpasa.[2] Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).[3] Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama.[4] Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya (anonim). Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.

Tradisi[sunting | sunting sumber]

Indonesia memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam. Sebuah tradisi yang umumnya tidak tertulis berupa ucapan yang ekspresif, dan sering kali memiliki isi jenaka yang disebut "pantun" adalah seni tradisi yang dapat dijumpai secara umum di sebagian besar daerah Melayu di seluruh kepulauan Indonesia. Beberapa pertunjukan "pantun" bersifat narasi; Misalnya, tradisi "kentrung" di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatera Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.[5]

Peran pantun[sunting | sunting sumber]

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.[6]

Kedekatan nilai sosial dan pantun bahkan bermula dari filosofi pantun itu sendiri. Adat berpantun, pantang melantun adalah filosofi yang melekat pada pantun. Peribahasa tersebut mengisyaratkan bahwa pantun lekat dengan nilai-nilai sosial dan bukan semata imajinasi.[7] Semangat hakikat pantun menjadi penuntun pada pantun. Penjelasan tersebut meneguhkan fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai masyarakat.[8]

Sementara itu, dalam kebudayaan Minangkabau, pantun digunakan dalam berbagai acara adat. Misalnya dalam acara manjapuik marapulai (menjemput mempelai pria), batagak gala (upacara penobatan gelar), batagak penghulu (upacara penobatan penghulu), atau dalam pidato upacara adat lainnya.[9]

Struktur pantun[sunting | sunting sumber]

Pantun memiliki struktur yang terdiri atas sampiran atau pembayang dan isi. Sampiran atau pembayang berfungsi menyiapkan rima dan irama yang dapat membantu pendengar memahami isi pantun. Pada umumnya sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi, tetapi terkadang sampiran dapat memberi bayangan terhadap isi pantun. Isi merupakan bagian inti pantun yang berisi maksud atau pikiran yang akan disampaikan si pembuat pantun.[10]

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, fungsi sampiran adalah menyiapkan rima dan irama agar pendengar dapat memahami isi pantun dengan mudah[citation needed]. Ini dapat dipahami karena pada dasarnya, pantun merupakan sastra lisan. Pola rima dan irama pada pantun secara eksplisit menegaskan sifat kelisanan pantun pada budaya Melayu dulu.

Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh

Aturan umum berlaku pada pantun, seperti halnya puisi lama. Misalnya, satu larik pantun terdiri atas 6-12 suku kata. Namun, aturan ini tak selalu berlaku dan bersifat kaku. Pola rima umum yang berlaku pada pantun adalah a-b-a-b dan a-a-a-a. Meski demikian, kerap diketemukan pula pola pantun yang berpola a-a-b-b.[citation needed]

Jenis-jenis pantun[sunting | sunting sumber]

Pantun Adat[sunting | sunting sumber]

Pantun adat adalah pantun yang berisi tentang hal-hal berbau adat dan budaya.

Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka

Pantun Agama[sunting | sunting sumber]

Pantun agama adalah pantun yang berisi nasihat kehidupan berdasarkan pemahaman agama.

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Pantun Budi[sunting | sunting sumber]

Pantun jenis ini memberikan nasihat agar diri dan pendengarnya selalu berlaku baik dalam kehidupan.

Ayam jantan si ayam jalak
Jaguh Siantan nama diberi
Rezeki tidak saya tolak
Musuh tidak saya cari
Itik betina beranak pinak
Air meluap di sungai lusi
Ilmu bermanfaat Atau tidak
Semua tergantung akhlaq budi

Pantun Jenaka[sunting | sunting sumber]

Pantun Jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung. Dengan pantun jenaka, diharapkan suasana akan menjadi semakin riang dan gembira.

Di mana kuang hendak bertelur
Di atas lata di rongga batu
Di mana tuan hendak tidur
Di atas dada di rongga susu

Pantun Kepahlawanan[sunting | sunting sumber]

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya berhubungan dengan semangat kepahlawanan.

Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misai tahu takut
Kami pun muda lagi perkasa

Pantun Percintaan[sunting | sunting sumber]

Pantun percintaan berisi ungkapan hati seseorang akan perasannya terhadap orang lain, yaitu orang yang sedang ada dalam hatinya. Sering pula pantun ini berisi candaan terhadap orang yang dimabuk cinta.

Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta

Pantun Peribahasa[sunting | sunting sumber]

Pantun peribahasa menggunakan berbagai pepatah, idiom, maupun peribahasa dalam penyampaian maksudnya. Oleh karena itu, kata-kata yang disampaikan tidak dapat diartikan secara harfiah.

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

Pantun Perpisahan[sunting | sunting sumber]

Pantun jenis ini mengungkapkan rasa kehilangan si penutur pantun akibat ditinggalkan orang yang disayanginya. Bisa juga pantunnya berisi tentang harapan agar si penutur dan si pendengar bisa bertemu kembali.

Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Biar jauh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan

Pantun Teka-teki[sunting | sunting sumber]

Pantun teka-teki, sesuai namanya, memberikan teka-teki bagi si pendengar untuk diselesaikan. Petunjuk yang diberikan dalam pantun teka-teki sering kali terkesan tidak harfiah.

Tugal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya?
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya?

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Pantun Sebagai Teks Nyanyian di Minangkabau". 
  2. ^ Putri, Arum Sutrisni. "Pantun: Definisi, Ciri, Jenis dan Contohnya". Kompas.com. Diakses tanggal 4 Desember 2020. 
  3. ^ Shadily, Hassan (1984). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ictiar Baru - Van Hoeve & Elsevier Publishing Projects. hlm. 2546–2547. 
  4. ^ Abdul Hasim (2016). "Menelusuri Nilai-Nilai Karakter Dalam Pantun". Pedagogia. 14 (3): 401. ISSN 1693-5276. 
  5. ^ "Pantun". Brittanica.com. Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 19 December 2020. 
  6. ^ Dinni Eka Maulina. "Keanekaragaman Pantun di Indonesia". Semantik (1): 110. ISSN 2252-4657. 
  7. ^ Noriah Taslim. "Pantun dan Psikodinamika Kelisanan". Archived from the original on 2007-05-07. Diakses tanggal 2018-02-08. 
  8. ^ Effendy,T. (2005). Pantun Nasehat. Penerbit: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Bekerjasamsa. Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa.
  9. ^ Fandi, Leo; Agustina, Agustina; Nurizzati, Nurizzati (2012). "Struktur dan Fungsi Pantun Minangkabau dalam Masyarakat Pasa Lamo, Pulau Punjung, Dharmasraya". Pendidikan Bahasa Indonesia (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 278–286. doi:10.24036/318-019883. ISSN 2302-3503. 
  10. ^ Chairil Amar (2016). "Korelasi Kemampuan Memahami Ciri Pantun dan Kemampuan Menentukan Jenis Pantun dengan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Pagaralam". Pembahsi. 6 (1): 42. [pranala nonaktif permanen]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  • (Inggris) Pantun - UNESCO: Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity - 2020