Pemandangan dua gunung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Kritik: tambah terus kecapnya
Harris Est 13 (bicara | kontrib)
k penambahan pranala dalam, kategori dan gambar
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Pemandangan Dua Gunung.png|jmpl|280x280px|Contoh penggambaran umum pemandangan dua gunung.]]
[[Berkas:Pemandangan Dua Gunung.png|jmpl|280x280px|Contoh penggambaran umum pemandangan dua gunung.]]
'''Pemandangan dua gunung''' (istilah lain: ''pemandangan gunung kembar, gunung kembar legendaris'') adalah pola lukisan umum yang digambar oleh anak [[Taman kanak-kanak|TK]] atau [[Sekolah dasar|SD]] di [[Indonesia]]. Lukisan ini biasanya menggambarkan dua [[gunung]], [[jalan]], [[sawah]], dan [[matahari]]. Anak-anak Indonesia dipercaya akan menggambar pemandangan ini setiap diberi tugas oleh guru untuk menggambar dengan tema bebas atau pemandangan alam. Selain objek gunung, sawah, jalan dan matahari, terdapat objek-objek lain yang mungkin menyertainya dalam sebuah gambar anak-anak, seperti [[awan]], [[rumah]], [[pohon]], dan [[rumput]].<ref>{{Cite journal|last=Kurniawan|first=Franky|last2=|first2=|date=2011|year=|title=Studi tentang gambar berpola gunung kembar pada hasil karya anak / Franky Kurniawan|url=http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/studi-tentang-gambar-berpola-gunung-kembar-pada-hasil-karya-anak-franky-kurniawan-52695.html|journal=Studi tentang gambar berpola gunung kembar pada hasil karya anak / Franky Kurniawan|volume=2011|issue=2011|pages=1–99|doi=}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://nasional.okezone.com/read/2017/03/27/337/1652570/top-files-gunung-kembar-legendaris-ternyata-aslinya-gunung-susi|title=Gunung Kembar Legendaris Ternyata Aslinya Gunung Susi! : Okezone Nasional|last=Okezone|first=|date=2017-03-30|website=Okezone|language=|access-date=2020-01-16}}</ref><ref name=":0">Suwarna. 2008. ''Gejala-Gejala Karya Seni Lukis Anak-Anak TK  dan Pembinaannya di Kecamatan Bantul.'' Universitas Negeri Yogyakarta, [http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/130683950/PENELITIAN%20lukis%20tk%202008.pdf PDF]</ref>
'''Pemandangan dua gunung''' (istilah lain: ''pemandangan gunung kembar, gunung kembar legendaris'') adalah pola lukisan umum yang digambar oleh anak [[Taman kanak-kanak|TK]] atau [[Sekolah dasar|SD]] di [[Indonesia]]. Lukisan ini biasanya menggambarkan dua [[gunung]], [[jalan]], [[sawah]], dan [[matahari]]. Anak-anak Indonesia dipercaya akan menggambar pemandangan ini setiap diberi tugas oleh guru untuk menggambar dengan tema bebas atau pemandangan alam. Selain objek tersebut terdapat objek-objek lain yang mungkin menyertainya dalam sebuah gambar anak-anak, seperti [[awan]], [[rumah]], [[pohon]], dan [[rumput]].<ref>{{Cite journal|last=Kurniawan|first=Franky|last2=|first2=|date=2011|year=|title=Studi tentang gambar berpola gunung kembar pada hasil karya anak / Franky Kurniawan|url=http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/studi-tentang-gambar-berpola-gunung-kembar-pada-hasil-karya-anak-franky-kurniawan-52695.html|journal=Studi tentang gambar berpola gunung kembar pada hasil karya anak / Franky Kurniawan|volume=2011|issue=2011|pages=1–99|doi=}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://nasional.okezone.com/read/2017/03/27/337/1652570/top-files-gunung-kembar-legendaris-ternyata-aslinya-gunung-susi|title=Gunung Kembar Legendaris Ternyata Aslinya Gunung Susi! : Okezone Nasional|last=Okezone|first=|date=2017-03-30|website=Okezone|language=|access-date=2020-01-16}}</ref><ref name=":0">Suwarna. 2008. ''Gejala-Gejala Karya Seni Lukis Anak-Anak TK  dan Pembinaannya di Kecamatan Bantul.'' Universitas Negeri Yogyakarta, [http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/130683950/PENELITIAN%20lukis%20tk%202008.pdf PDF]</ref>


Semua pelukis cilik pemula umumnya menggunakan susunan ini dalam melukis pemandangan gunung, yaitu dua gunung dengan matahari yang sedang terbit (atau terbenam) di tengahnya. Akan tetapi, pelukis cilik yang telah mahir memperlihatkan eksplorasi di luar pakem tersebut. Menurut Soesatyo (1979), lukisan ini merupakan salah satu gaya lukisan anak yang cenderung membuat [[simetri|simetris]] hal-hal yang sebenarnya tidak simetris.<ref>{{Cite journal|last=Martono|first=|year=2017|title=Pembelajaran Seni Lukis Anak untuk Mengembangkan Imajinasi, Ekspresi, dan Apresiasi|url=http://www.jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/viewFile/437-446/1689|journal=Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA|volume=|issue=|pages=|doi=}}</ref>
Semua pelukis cilik pemula umumnya menggunakan susunan ini dalam melukis pemandangan gunung, yaitu dua gunung dengan matahari yang sedang terbit (atau terbenam) di tengahnya. Akan tetapi, pelukis cilik yang telah mahir memperlihatkan eksplorasi di luar pakem tersebut. Menurut Soesatyo (1979), lukisan ini merupakan salah satu gaya lukisan anak yang cenderung membuat [[simetri|simetris]] hal-hal yang sebenarnya tidak simetris.<ref>{{Cite journal|last=Martono|first=|year=2017|title=Pembelajaran Seni Lukis Anak untuk Mengembangkan Imajinasi, Ekspresi, dan Apresiasi|url=http://www.jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/viewFile/437-446/1689|journal=Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA|volume=|issue=|pages=|doi=}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Berkas:Mt.Sumbing&Sindoro.jpg|jmpl|[[Gunung Sumbing]] dan [[Gunung Sindoro|Sindoro]], salah satu gunung kembar di Indonesia]]
Pemandangan dua gunung ini dipercaya berasal dari ajaran [[Tino Sidin]], seorang seniman kenamaan Indonesia dari [[Kota Tebing Tinggi|Tebing Tinggi]], [[Sumatra Utara]]. Pada tahun 1980-an, ia menjadi pembawa acara ''[[Gemar Menggambar]]'' di [[TVRI]] yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan menggambar anak-anak Indonesia. Acara ini begitu populer di kalangan anak-anak kala itu. Salah satu metode menggambar yang disiarkan adalah menggambar pemandangan dua gunung dengan sawah di bawahnya. Pola gambar ini kemudian menjadi acuan bagi guru-guru dalam mengajar dan menurun hingga kini di antara anak-anak Indonesia.<ref>{{Cite web|url=https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/vita/tahu-gak-kenapa-kita-selalu-menggambar-pemandangan-yang-sama-ini-jawabannya|title=Tahu Gak Kenapa Kita Selalu Menggambar Pemandangan yang Sama? Ini Jawabannya!|last=Times|first=I. D. N.|last2=Revitasari|first2=Febriyanti|website=IDN Times|language=id|access-date=2020-01-16}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://loop.co.id/articles/menggambar-gunung/full|title=Kenapa Anak Kecil Suka Menggambar Gunung? Begini Penjelasannya! {{!}} Loop.co.id|last=Loop|website=loop.co.id|access-date=2020-01-16}}</ref>
Pemandangan dua gunung ini dipercaya berasal dari ajaran [[Tino Sidin]], seorang seniman kenamaan Indonesia dari [[Kota Tebing Tinggi|Tebing Tinggi]], [[Sumatra Utara]]. Pada tahun 1980-an, ia menjadi pembawa acara ''[[Gemar Menggambar]]'' di [[TVRI]] yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan menggambar anak-anak Indonesia. Acara ini begitu populer di kalangan anak-anak kala itu. Salah satu metode menggambar yang disiarkan adalah menggambar pemandangan dua gunung dengan sawah di bawahnya. Pola gambar ini kemudian menjadi acuan bagi guru-guru dalam mengajar dan menurun hingga kini di antara anak-anak Indonesia.<ref>{{Cite web|url=https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/vita/tahu-gak-kenapa-kita-selalu-menggambar-pemandangan-yang-sama-ini-jawabannya|title=Tahu Gak Kenapa Kita Selalu Menggambar Pemandangan yang Sama? Ini Jawabannya!|last=Times|first=I. D. N.|last2=Revitasari|first2=Febriyanti|website=IDN Times|language=id|access-date=2020-01-16}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://loop.co.id/articles/menggambar-gunung/full|title=Kenapa Anak Kecil Suka Menggambar Gunung? Begini Penjelasannya! {{!}} Loop.co.id|last=Loop|website=loop.co.id|access-date=2020-01-16}}</ref>


Baris 10: Baris 11:
Pembuatan gambar pemandangan dua gunung yang secara tidak langsung menjadi standar di sekolah-sekolah disebut sebagai sebentuk pengekangan terhadap kemampuan daya cipta anak dan [[kebebasan berpikir]]. Anak dididik untuk malu atau takut menjadi berbeda atau unik. Beberapa guru seni bahkan mewajibkan anak-anak untuk menggambar pemandangan dua gunung dan tidak diberikan kebebasan untuk menggambar objek lain, yang dipandang alih-alih mengembangkan kemampuan anak-anak dalam membuat karya seni, justru membunuh kreativitas anak-anak itu sendiri.<ref name="hipwee"/>
Pembuatan gambar pemandangan dua gunung yang secara tidak langsung menjadi standar di sekolah-sekolah disebut sebagai sebentuk pengekangan terhadap kemampuan daya cipta anak dan [[kebebasan berpikir]]. Anak dididik untuk malu atau takut menjadi berbeda atau unik. Beberapa guru seni bahkan mewajibkan anak-anak untuk menggambar pemandangan dua gunung dan tidak diberikan kebebasan untuk menggambar objek lain, yang dipandang alih-alih mengembangkan kemampuan anak-anak dalam membuat karya seni, justru membunuh kreativitas anak-anak itu sendiri.<ref name="hipwee"/>


Pemandangan ini juga dianggap tidak memperlihatkan keragaman tempat bagi anak-anak yang tinggal di daerah dengan kondisi geografis lain seperti pesisir, padang rumput, atau bahkan perkotaan.<ref name="hipwee">{{Cite web|url=https://www.hipwee.com/feature/karena-kita-semua-pernah-menggambar-dua-gunung-dengan-matahari-dan-sawah-bagaimana-sekolah-membunuh-bakat-kreatif-kita/|title=Karena Kita Semua Pernah Menggambar Dua Gunung dengan Sawah dan Matahari: Bagaimana Sekolah Membunuh Bakat Kreatif Kita|last=Fadila|first=Yogie|date=2014-12-31|website=Hipwee|language=id-ID|access-date=2020-01-16}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.kompasiana.com/lipoholic/598e4feb450dae03b2485b03/gunung-matahari-sawah-dan-jalan-raya-bukti-jiwa-seni-yang-mati|title=Gunung, Matahari, Sawah dan Jalan Raya: Bukti Jiwa Seni yang Mati|last=Kompasiana.com|website=KOMPASIANA|language=id|access-date=2020-01-16}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://sekolahsuper.com/artikel-674_anakanak-yang-terpenjara-di-antara-dua-gunung.html|title=Anak-anak yang Terpenjara di antara Dua Gunung :: SekolahSuper.com - Sekolahnya semua : orang tua, guru dan anak ..|website=sekolahsuper.com|access-date=2020-01-16}}</ref> Sebagian menganggap pemandangan dua gunung ini merupakan [[propaganda]] untuk melanggengkan gagasan bahwa Indonesia adalah negara [[agraria|agraris]].<ref>{{Cite web|url=https://medium.com/@riyanthias/menggambar-pemandangan-dan-kreativitas-yang-tenggelam-dalam-keseragaman-88535f65c4b0|title=Menggambar Pemandangan dan Kreativitas yang Tenggelam dalam Keseragaman|last=Sianturi|first=Riyanthi|date=2019-02-28|website=Medium|language=en|access-date=2020-01-17}}</ref>
Pemandangan ini juga dianggap tidak memperlihatkan keragaman tempat bagi anak-anak yang tinggal di daerah dengan kondisi geografis lain seperti [[pesisir]], [[padang rumput]], atau bahkan [[Kawasan perkotaan|perkotaan]].<ref name="hipwee">{{Cite web|url=https://www.hipwee.com/feature/karena-kita-semua-pernah-menggambar-dua-gunung-dengan-matahari-dan-sawah-bagaimana-sekolah-membunuh-bakat-kreatif-kita/|title=Karena Kita Semua Pernah Menggambar Dua Gunung dengan Sawah dan Matahari: Bagaimana Sekolah Membunuh Bakat Kreatif Kita|last=Fadila|first=Yogie|date=2014-12-31|website=Hipwee|language=id-ID|access-date=2020-01-16}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.kompasiana.com/lipoholic/598e4feb450dae03b2485b03/gunung-matahari-sawah-dan-jalan-raya-bukti-jiwa-seni-yang-mati|title=Gunung, Matahari, Sawah dan Jalan Raya: Bukti Jiwa Seni yang Mati|last=Kompasiana.com|website=KOMPASIANA|language=id|access-date=2020-01-16}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://sekolahsuper.com/artikel-674_anakanak-yang-terpenjara-di-antara-dua-gunung.html|title=Anak-anak yang Terpenjara di antara Dua Gunung :: SekolahSuper.com - Sekolahnya semua : orang tua, guru dan anak ..|website=sekolahsuper.com|access-date=2020-01-16}}</ref> Sebagian menganggap pemandangan dua gunung ini merupakan [[propaganda]] untuk melanggengkan gagasan bahwa Indonesia adalah negara [[agraria|agraris]].<ref>{{Cite web|url=https://medium.com/@riyanthias/menggambar-pemandangan-dan-kreativitas-yang-tenggelam-dalam-keseragaman-88535f65c4b0|title=Menggambar Pemandangan dan Kreativitas yang Tenggelam dalam Keseragaman|last=Sianturi|first=Riyanthi|date=2019-02-28|website=Medium|language=en|access-date=2020-01-17}}</ref>


Pemandangan dua gunung ini juga dianggap sebagai suatu gejala sosial berupa pengulangan terus-menerus pola gambar oleh anak-anak. Pengulangan ini dianggap dapat menghambat perkembangan daya cipta anak. Pengajar kesenian disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai fenomena ini.<ref name=":0" />
Pemandangan dua gunung ini juga dianggap sebagai suatu gejala sosial berupa pengulangan terus-menerus pola gambar oleh anak-anak. Pengulangan ini dianggap dapat menghambat perkembangan daya cipta anak. Pengajar kesenian disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai fenomena ini.<ref name=":0" />
Baris 19: Baris 20:
[[Kategori:Seni di Indonesia]]
[[Kategori:Seni di Indonesia]]
[[Kategori:Lukisan]]
[[Kategori:Lukisan]]
[[Kategori:Pendidikan Indonesia]]

Revisi per 11 Februari 2021 03.33

Contoh penggambaran umum pemandangan dua gunung.

Pemandangan dua gunung (istilah lain: pemandangan gunung kembar, gunung kembar legendaris) adalah pola lukisan umum yang digambar oleh anak TK atau SD di Indonesia. Lukisan ini biasanya menggambarkan dua gunung, jalan, sawah, dan matahari. Anak-anak Indonesia dipercaya akan menggambar pemandangan ini setiap diberi tugas oleh guru untuk menggambar dengan tema bebas atau pemandangan alam. Selain objek tersebut terdapat objek-objek lain yang mungkin menyertainya dalam sebuah gambar anak-anak, seperti awan, rumah, pohon, dan rumput.[1][2][3]

Semua pelukis cilik pemula umumnya menggunakan susunan ini dalam melukis pemandangan gunung, yaitu dua gunung dengan matahari yang sedang terbit (atau terbenam) di tengahnya. Akan tetapi, pelukis cilik yang telah mahir memperlihatkan eksplorasi di luar pakem tersebut. Menurut Soesatyo (1979), lukisan ini merupakan salah satu gaya lukisan anak yang cenderung membuat simetris hal-hal yang sebenarnya tidak simetris.[4]

Sejarah

Gunung Sumbing dan Sindoro, salah satu gunung kembar di Indonesia

Pemandangan dua gunung ini dipercaya berasal dari ajaran Tino Sidin, seorang seniman kenamaan Indonesia dari Tebing Tinggi, Sumatra Utara. Pada tahun 1980-an, ia menjadi pembawa acara Gemar Menggambar di TVRI yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan menggambar anak-anak Indonesia. Acara ini begitu populer di kalangan anak-anak kala itu. Salah satu metode menggambar yang disiarkan adalah menggambar pemandangan dua gunung dengan sawah di bawahnya. Pola gambar ini kemudian menjadi acuan bagi guru-guru dalam mengajar dan menurun hingga kini di antara anak-anak Indonesia.[5][6]

Kritik

Pembuatan gambar pemandangan dua gunung yang secara tidak langsung menjadi standar di sekolah-sekolah disebut sebagai sebentuk pengekangan terhadap kemampuan daya cipta anak dan kebebasan berpikir. Anak dididik untuk malu atau takut menjadi berbeda atau unik. Beberapa guru seni bahkan mewajibkan anak-anak untuk menggambar pemandangan dua gunung dan tidak diberikan kebebasan untuk menggambar objek lain, yang dipandang alih-alih mengembangkan kemampuan anak-anak dalam membuat karya seni, justru membunuh kreativitas anak-anak itu sendiri.[7]

Pemandangan ini juga dianggap tidak memperlihatkan keragaman tempat bagi anak-anak yang tinggal di daerah dengan kondisi geografis lain seperti pesisir, padang rumput, atau bahkan perkotaan.[7][8][9] Sebagian menganggap pemandangan dua gunung ini merupakan propaganda untuk melanggengkan gagasan bahwa Indonesia adalah negara agraris.[10]

Pemandangan dua gunung ini juga dianggap sebagai suatu gejala sosial berupa pengulangan terus-menerus pola gambar oleh anak-anak. Pengulangan ini dianggap dapat menghambat perkembangan daya cipta anak. Pengajar kesenian disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai fenomena ini.[3]

Catatan kaki

  1. ^ Kurniawan, Franky (2011). "Studi tentang gambar berpola gunung kembar pada hasil karya anak / Franky Kurniawan". Studi tentang gambar berpola gunung kembar pada hasil karya anak / Franky Kurniawan. 2011 (2011): 1–99. 
  2. ^ Okezone (2017-03-30). "Gunung Kembar Legendaris Ternyata Aslinya Gunung Susi! : Okezone Nasional". Okezone. Diakses tanggal 2020-01-16. 
  3. ^ a b Suwarna. 2008. Gejala-Gejala Karya Seni Lukis Anak-Anak TK  dan Pembinaannya di Kecamatan Bantul. Universitas Negeri Yogyakarta, PDF
  4. ^ Martono (2017). "Pembelajaran Seni Lukis Anak untuk Mengembangkan Imajinasi, Ekspresi, dan Apresiasi". Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA. 
  5. ^ Times, I. D. N.; Revitasari, Febriyanti. "Tahu Gak Kenapa Kita Selalu Menggambar Pemandangan yang Sama? Ini Jawabannya!". IDN Times. Diakses tanggal 2020-01-16. 
  6. ^ Loop. "Kenapa Anak Kecil Suka Menggambar Gunung? Begini Penjelasannya! | Loop.co.id". loop.co.id. Diakses tanggal 2020-01-16. 
  7. ^ a b Fadila, Yogie (2014-12-31). "Karena Kita Semua Pernah Menggambar Dua Gunung dengan Sawah dan Matahari: Bagaimana Sekolah Membunuh Bakat Kreatif Kita". Hipwee. Diakses tanggal 2020-01-16. 
  8. ^ Kompasiana.com. "Gunung, Matahari, Sawah dan Jalan Raya: Bukti Jiwa Seni yang Mati". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2020-01-16. 
  9. ^ "Anak-anak yang Terpenjara di antara Dua Gunung :: SekolahSuper.com - Sekolahnya semua : orang tua, guru dan anak ." sekolahsuper.com. Diakses tanggal 2020-01-16. 
  10. ^ Sianturi, Riyanthi (2019-02-28). "Menggambar Pemandangan dan Kreativitas yang Tenggelam dalam Keseragaman". Medium (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-17.