Pembicaraan:Kesultanan Utsmaniyah: Perbedaan antara revisi

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 3: Baris 3:


Utsmaniyah, huruf arabnya عثمانيه (u - ts - maa - ni - ya - h). Tadi solat dulu jadi belum sempet ngebenerin; tapi sekarang udah bener kok. --[[user:Ricky setiawan|Ricky Setiawan]]<sup>[[User_talk:Ricky setiawan| (kirim pesan)]]</sup> 11:26, 16 November 2006 (UTC)
Utsmaniyah, huruf arabnya عثمانيه (u - ts - maa - ni - ya - h). Tadi solat dulu jadi belum sempet ngebenerin; tapi sekarang udah bener kok. --[[user:Ricky setiawan|Ricky Setiawan]]<sup>[[User_talk:Ricky setiawan| (kirim pesan)]]</sup> 11:26, 16 November 2006 (UTC)

== Dibuat ulang ==
Artikel ini benar-benar perlu dibuat ulang. Selain yang sudah dijabarkan di atas, ada lagi:

"Malahan hak istimewa ini dimanfaatkan untuk melindungi provokator dan intel asing dengan jaminan perjanjian antara khilafah dengan Bizantium (1521), Prancis (1535), dan Inggris (1580)"

Bizantium '''sudah runtuh pada tahun 1453, dan sisa terakhirnya di Trebizond jatuh pada tahun 1461.''' Dalam sekejap Bizantium saya hapus.

"Perang Dunia I (1914) dimanfaatkan Inggris menyerang Istambul dan menduduki Gallipoli."

Perlu diingat bahwa Turki diserang setelah mereka bergabung dengan Blok Sentral.

Selain itu banyak sekali pernyataan NPOV yang tak jelas sumbernya. Misalnya: Tampaknya Inggris belum puas menghancurkan khilafah Turki Utsmani secara total.

Kesimpulan: Artikel ini harus ditulis ulang. Saya akan melakukannya perlahan. Ada yang mau membantu? [[Pengguna:Mimihitam|'''<small><span style="background:#999999;color:#fff">&nbsp;Mimihitam&nbsp;</span></small>''']] 14:58, 29 Oktober 2010 (UTC)


== Bagian dihapus anon pada 00:49 WIB, 22 Mei 2011 (202.158.9.167) ==
== Bagian dihapus anon pada 00:49 WIB, 22 Mei 2011 (202.158.9.167) ==

Revisi per 18 Februari 2012 13.57

Nama artikel

Jadi mana ejaan yang benar/lebih lazim: Utsmaniah, Utsmaniyah, Usmaniyah atau Ottoman? (merujuk kepada beberapa judul halaman peralihan). Btw judul artikel dgn intro sendiri pun menggunakan ejaan yg berbeda. Hayabusa future (\0-0/) 11:18, 16 November 2006 (UTC)

Utsmaniyah, huruf arabnya عثمانيه (u - ts - maa - ni - ya - h). Tadi solat dulu jadi belum sempet ngebenerin; tapi sekarang udah bener kok. --Ricky Setiawan (kirim pesan) 11:26, 16 November 2006 (UTC)

Bagian dihapus anon pada 00:49 WIB, 22 Mei 2011 (202.158.9.167)

Saya simpan dulu disini:


Gerakan misionaris

Di dalam negara, ahlu dzimmah-khususnya orang Kristen-yang mendapat hak istimewa zaman Suleiman II, akhirnya menuntut persamaan hak dengan muslimin. Malahan hak istimewa ini dimanfaatkan untuk melindungi provokator dan intel asing dengan jaminan perjanjian antara khilafah dengan Perancis (1535), dan Inggris (1580).[butuh rujukan] Dengan hak istimewa ini, jumlah orang Kristen dan Yahudi meningkat di dalam negeri. Ini dimanfaatkan misionaris-yang mulai menjalankan gerakan sejak abad ke-16. Malta dipilih sebagai pusat gerakannya.[butuh rujukan] Dari sana mereka menyusup ke Suriah(1620) dan tinggal di sana sampai 1773.[butuh rujukan] Di tengah mundurnya intelektualitas Dunia Islam, mereka mendirikan pusat kajian sebagai kedok gerakannya. Pusat kajian ini kebanyakan milik Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat, yang digunakan Barat untuk mengemban kepemimpinan intelektualnya di Dunia Islam, disertai serangan mereka terhadap pemikiran Islam. Serangan ini sudah lama dipersiapkan orientalis Barat, yang mendirikan Pusat Kajian Ketimuran sejak abad ke-14.[butuh rujukan]

Gerakan misionaris dan orientalis itu merupakan bagian tak terpisahkan dari imperialisme Barat di Dunia Islam. Untuk menguasainya - meminjam istilah Imam al-Ghozali - Islam sebagai asas harus hancur, dan khilafah Islam harus runtuh.[butuh rujukan] Untuk meraih tujuan pertama, serangan misionaris dan orientalis diarahkan untuk menyerang pemikiran Islam; sedangkan untuk meraih tujuan kedua, mereka hembuskan nasionalisme dan memberi stigma pada khilafah sebagai Orang Sakit. Agar kekuatan khilafah lumpuh, sehingga agar bisa sekali pukul jatuh, maka dilakukanlah upaya intensif untuk memisahkan Arab dengan lainnya dari khilafah. Dari sinilah, lahir gerakan patriotisme dan nasionalisme di Dunia Islam. Malah, gerakan keagamaan tak luput dari serangan, seperti Gerakan Wahabi di Hijaz.[butuh rujukan]


Gerakan nasionalisme dan separatisme

Nasionalisme dan separatisme telah dipropagandakan negara-negara Eropa seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Itu bertujuan untuk menghancurkan khilafah Islam.[butuh rujukan] Keberhasilannya memakai sentimen kebangsaan dan separatisme di Serbia, Hongaria, Bulgaria, dan Yunani mendorongnya memakai cara sama di seluruh wilayah khilafah.[butuh rujukan] Hanya saja, usaha ini lebih difokuskan di Arab dan Turki. Sementara itu, KeduBes Inggris dan Perancis di Istambul dan daerah-daerah basis khilafah-seperti Baghdad, Damsyik, Beirut, Kairo, dan Jeddah-telah menjadi pengendalinya. Untuk menyukseskan misinya, dibangunlah 2 markas. Pertama, Markas Beirut, yang bertugas memainkan peranan jangka panjang, yakni mengubah putra-putri umat Islam menjadi kafir dan mengubah sistem Islam jadi sistem kufur. Kedua, Markas Istambul, bertugas memainkan peranan jangka pendek, yaitu memukul telak khilafah.

KeduBes negara Eropapun mulai aktif menjalin hubungan dengan orang Arab. Di Kairo dibentuk Partai Desentralisasi yang diketuai Rofiqul 'Adzim. Di Beirut, Komite Reformasi dan Forum harfiah dibentuk. Inggris dan Perancis mulai menyusup ke tengah orang Arab yang memperjuangkan nasionalisme. Pada 8 Juni 1913, para pemuda Arab berkongres di Paris dan mengumumkan nasionalisme Arab. Dokumen yang ditemukan di Konsulat Perancis Damsyik telah membongkar rencana pengkhianatan kepada khilafah yang didukung Inggris dan Perancis.

Di Markas Istambul, negara-negara Eropa tak hanya puas merusak putra-putri umat Islam di sekolah dan universitas lewat propaganda.[butuh rujukan] Mereka ingin memukul khilafah dari dekat secara telak.[butuh rujukan] Caranya ialah mengubah sistem pemerintahan dan hukum Islam dengan sistem pemerintahan Barat dan hukum kufur. Kampanye mulai dilakukan Rasyid Pasha, MenLu zaman Sultan Abdul Mejid II (1839).[butuh rujukan] Tahun itu juga, Naskah Terhormat(Kholkhonah)-yang dijiplak dari UU di Eropa-diperkenalkan.[butuh rujukan] Tahun 1855, negara-negara Eropa-khususnya Inggris-memaksa khilafah Utsmani mengamandemen UUD, sehingga dikeluarkanlah Naskah Hemayun (11 Februari 1855).[butuh rujukan] Midhat Pasha, salah satu anggota Kebatinan Bebas diangkat jadi perdana menteri (1 September 1876). Ia membentuk panitia Ad Hoc menyusun UUD menurut Konstitusi Belgia.[butuh rujukan] Inilah yang dikenal dengan Konstitusi 1876.[butuh rujukan] Namun, konstitusi ini ditolak Sultan Abdul Hamid II dan Sublime Port-pun enggan melaksanakannya karena dinilai bertentangan dengan syari'at.[butuh rujukan] Midhat Pashapun dipecat dari kedudukan perdana menteri.[butuh rujukan] Turki Muda yang berpusat di Salonika-pusat komunitas Yahudi Dunamah-memberontak (1908).[butuh rujukan] Kholifah dipaksanya-yang menjalankan keputusan Konferensi Berlin-mengumumkan UUD yang diumumkan Turki Muda di Salonika, lalu dibukukanlah parlemen yang pertama dalam khilafah Turki Utsmani (17 November 1908).[butuh rujukan] Bekerja sama dengan syaikhul Islam, Sultan Abdul Hamid II dipecat dari jabatannya, dan dibuang ke Salonika. Sejak itu sistem pemerintahan Islam berakhir.[butuh rujukan]

Tampaknya Inggris belum puas menghancurkan khilafah Turki Utsmani secara total.[butuh rujukan] Perang Dunia I (1914) dimanfaatkan Inggris menyerang Istambul dan menduduki Gallipoli.[butuh rujukan] Dari sinilah kampanye Dardanella yang terkenal itu mulai dilancarkan. Pendudukan Inggris di kawasan ini juga dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas Mustafa Kemal Pasha-yang sengaja dimunculkan sebagai pahlawan pada Perang Ana Forta (1915). Ia-agen Inggris, keturunan Yahudi Dunamah dari Salonika-melakukan agenda Inggris, yakni melakukan revolusi kufur untuk menghancurkan khilafah Islam. Ia menyelenggarakan Kongres Nasional di Sivas dan menelurkan Deklarasi Sivas (1919 M), yang mencetuskan Turki merdeka dan negeri Islam lainnya dari penjajah, sekaligus melepaskannya dari wilayah Turki Utsmani. Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dll mendeklarasikan konsensus kebangsaan sehingga merdeka. Saat itu sentimen kebangsaan tambah kental dengan lahirnya Pan-Turkisme dan Pan Arabisme; masing-masing menuntut kemerdekaan dan hak menentukan nasib sendiri atas nama bangsanya, bukan atas nama umat Islam.