Pembicaraan Pengguna:Asina Marulam Hutapea

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Komentar terbaru: 6 tahun yang lalu oleh Kenrick95
Halo, Asina Marulam Hutapea.
Memulai
Tips

Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

Welcome! If you do not understand Indonesian language, you may want to visit the embassy or find users who speak your language. Enjoy!

-- Kℇℵ℟ℑℭK 18 September 2017 18.11 (UTC)Balas

Tinjauan Teologis tentang Bahasa Roh

Bahasa roh merupakan salah satu dari berbagai jenis karunia-karunia rohani sebagaimana disebutkan dalam Kitab Kisah Para Rasul 2:1-13,10:44-46; Markus 16:17 dan I Korintus 12-14. Dalam kitab Kisah Para Rasul menceritakan tentang peristiwa ‘Pentakosta’, dimana ‘lidah-lidah api’ hinggap pada orang percaya dan dilanjutkan secara ajaib dan mereka mulai berkata-kata dengan bahasa-bahasa lain. Beberapa lagu himne ortodoks mengenai Hari Raya Pentakosta, yang memperingati peristiwa di Kisah Para Rasul ini menggambarkan hal ini sebagai pembalikan dari kejadian Menara Babel (Kejadian 11). Dengan kata lain, bahasa umat manusia yang dikacaubalaukan dalam peristiwa Menara Babel direunifikasikan dalam peristiwa Pentakosta, yang menghasilkan penyebaran injil bagi orang-orang yang sedang berada di Yerusalem dari berbagai negara. Bebicara dalam bahasa-bahasa yang baru (glossais kai nais) juga disebut dalam kitab Markus 16:17 sebagai tanda yang akan menyertai iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tanda itu menyertai pencurahan Roh Kudus kepada orang-orang non-Yahudi pertama yang bertobat dan merupakan salah satu penjelmaan yang kelihatan di tengah-tengah orang-orang percaya pertama di Samaria (Kisah Para Rasul 8:17-19). Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus menegaskan bahwa bahasa Roh itu adalah : 1. Bahasa Roh berarti berkata-kata kepada Allah; bukan kepada manusia; oleh Roh mengucapkan hal-hal yang rahasia, dan tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya (I Korintus 14:2) 2. Orang yang berkata-kata dalam bahasa roh membangun (memperbaiki) dirinya sendiri (I Korintus 14:4) 3. Bahasa Roh merupakan doa yang dilakukan oleh roh (I Korintus 14:4) 4. Bahasa Roh merupakan bahasa pengucapan syukur yang sangat baik (I Korintus 14:16-17). Sekalipun demikian, Paulus meminta agar jemaat berlaku bijak dalam berbahasa roh, karena bila dalam ibadah setiap orang berkata-kata dalam bahasa roh, maka orang-orang yang tidak percaya bisa mengatakan mereka “gila” (I Kor 14:23). Inilah persoalan utama yang harus dipikirkan. Mengapa sebenarnya Roh Kudus memberikan karunia berkata-kata dengan bahasa roh pada mulanya? Karunia berkata-kata dengan bahasa roh sebenarnya adalah tanda bagi orang-orang yang tidak beriman. Akan tetapi, karunia ini mempunyai tujuan lain yang berkaitan dengan tubuh Kristus. Paulus mengacu pada karunia berbahasa roh beberapa kali dalam lima ayat pertama dari I Korintus 14, dengan tujuan pembangunan atau pembinaan. Dapat dilihat bahwa dalam ayat 5 Paulus menyebutkan bahwa bahasa roh tidak seharusnya terjadi di gereja jika tidak ada seseorangpun yang menafsirkannya, sehingga jemaat dapat dibangun. Kemudian dalam ayat 26 Paulus memperkuat nasihat itu ketika dia menyatakan “semuanya itu harus digunakan untuk membangun.” Kata membangun berarti mendirikan atau dapat dikatakan bahwa apa saja yang tidak mendirikan atau membina gereja itu tidak sah. Karunia berkata-kata dengan bahasa roh diberikan oleh Roh Kudus untuk membangun perhimpunan para orang Percaya. Inilah letak kepentingan daripada berkata-kata dalam bahasa roh. Dengan demikian dapat dipahami bahwa karunia berbahasa roh dan penafsiran bahasa roh itu harus berjalan sejalan. Karena apa gunanya suatu perkataan yang tidak jelas artinya diucapkan? Tentulah hal ini tidak berguna, kecuali ada orang yang dapat menafsirkannya atau ia sendiri juga dapat menafsirkannya. Untuk itulah Allah memberi karunia yang disebut ‘penafsiran bahasa-lidah’ (I Kor 12:10) Karunia penafsiran bahasa roh itu merupakan ucapan ilahi melalui Roh yang memberikan arti terhadap suatu ucapan dalam bahasa lain. Ia bukan merupakan terjemahan bahasa roh, melainkan ia merupakan tafsiran dari bahasa roh, yang juga merupakan suatu ilham tersendiri, dan tidak merupakan pengertian intelektual akan bahasa-lidah, sebagaimana Roh mendorong seseorang berdoa dalam bahasa lidah maka Roh yang sama akan mendorong seseorang memberi pengertian bahasa lidah tersebut.

 Karunia tentang penafsiran bahasa roh ini merupakan karunia yang paling rendah tingkatannya dari deretan karunia-karunia yang lainnya, sebab ia tidak dapat bekerja tanpa adanya kegiatan bahasa roh. Tujuan daripada karunia ini ialah untuk memberikan kepada karunia bahasa roh itu pengertian yang dapat dipahami bagi para pendengarnya agar supaya sidang jemaat maupun pemilik dari karunia itu dapat mengetahui apa yang telah dikatakan oleh dirinya, sehingga dengan demikian iman mereka dapat dibangunkan.   Oleh karena itu karunia-karunia Roh harus diusahakan untuk dipergunakan membangun jemaat. Jadi siapa yang berkata-kata dalam bahasa roh, haruslah berdoa agar diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. 

Dalam sejarah gereja, aliran pentakosta abad ke-20 bukanlah merupakan aliran yang pertama kali “berbahasa lidah” selama Sejarah Gereja. Praktik berbahasa roh atau berbahasa-lidah sudah banyak disinggung pada zaman Bapa-bapa gereja. Seperti Justin Martyr (150 M) yang menyinggung mengenai bahasa lidah dalam sebuah dialog dengan Trypho, Iranaeus (200 M) yang menuliskan tentang “melalui Roh berbicara dalam segala macam bahasa”, Tertulianus (200 M) yang menyinggung tentang “interpretasi bahasa roh sebagai tanda”, Perkumpulan Quaker seperti Edward Burrough (1600an) yang menyatakan bahwa bahasa roh dipergunakan dalam kebaktian-kebaktian mereka, Pentecostalisme awal yang percaya bahwa bahasa lidah yang mereka nyatakan merupakan xenoglossia (bahasa asing), dan masih banyak lagi para bapa-bapa gereja yang menyinggung tentang pemakaian bahasa roh. Oleh karena itu, kita tidak perlu heran melihat berbagai kenyataan pada saat ini, akan adanya praktek berbahasa roh oleh berbagai aliran gereja khususnya kharismatis. Praktek berbahasa roh yang terlihat dalam gereja-gereja masa kini mirip sekali dengan yang terjadi 2000 tahun yang lalu di jemaat Korintus. Dapat dipastikan bahwa praktek bahas roh dalam gereja-gereja berlairan kharismatik sekarang merupakan pengulangan kembali dari keadaan yang pernah terjadi di jemaat Korintus zaman Paulus dahulu kala. M_150