Penahbisan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: praktek → praktik (2)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: +{{Authority control}}
 
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Diakonat.jpg|thumb|right|200px|Proses penahbisan oleh Uskup [[Henryk Hoser]].]]
[[Berkas:Diakonat.jpg|jmpl|ka|200px|Proses penahbisan oleh Uskup [[Henryk Hoser]].]]


'''Penahbisan''' merupakan suatu praktik yang terdapat dalam suatu masyarakat atau komunitas.<ref name="Eliade">Mircea Eliade. 1987. The Encyclopedia of Religion. New York: Macmillan. Hlm 97-104.</ref> Penahbisan juga bisa berarti sebuah cara penerimaan seorang ke dalam suatu struktur.<ref name="Hastings">James Hastings. 1951. Encyclopedia of Religion and Ethic. Hlm 540-555.</ref><ref name="Matthews">{{en}} Shailer Matthews. 1973. A Dictionary of Religion And Ethic. Hlm 320.</ref> Praktik penahbisan ini pada umumnya dilakukan untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin baik di masyarakat maupun dalam komunitas.<ref name="Eliade"/> Cara penahbisan yang dilakukan bergantung pada kepercayaan dari komunitas atau masyarakat tersebut.<ref name="Eliade"/> Salah satu contohnya adalah apabila dalam suatu kebudayaan menekankan mengenai hubungan dengan yang ilahi maka orang yang ditahbiskan kemungkinan besar adalah imam.<ref name="Eliade"/> Dalam beberapa agama atau masyarakat, diadakan syarat-syarat untuk para kandidat sebelum mereka ditahbiskan.<ref name="Eliade"/> Terkadang dalam beberapa kebudayaan syarat tersebut didasarkan pada keturunan.<ref name="Eliade"/> Kandidat yang hendak ditahbiskan juga sangat bergantung pada kebudayaan dari masyarakat tersebut, apabila masyarakat tersebut menganut paham [[patriakal]] maka yang ditahbiskan dikhususkan untuk laki-laki tetapi ada juga yang tidak demikian.<ref name="Eliade"/> Persyaratan lain adalah kecocokan akan orang yang hendak ditahbiskan dengan tugas yang hendak ia laksanakan.<ref name="Eliade"/> Dalam beberapa tradisi, hal ini bisa dilakukan dengan mendemonstrasikan kemampuan dari sang calon, tetapi juga ada yang melalui beberapa tahap yang berupa pelatihan.<ref name="Eliade"/> Orang yang telah ditahbiskan ini kemudian akan memperoleh gelar baik dalam masyarakat maupun agama, seperti [[pendeta]], [[imam]], [[presbiter]], dan sebagainya.<ref name="Eliade"/>
'''Penahbisan''' adalah rangkaian upacara dalam suatu masyarakat atau komunitas untuk meresmikan pengutusan bagi seseorang atau beberapa orang untuk menjalankan suatu tugas.<ref name="Eliade">Mircea Eliade. 1987. The Encyclopedia of Religion. New York: Macmillan. Hlm 97-104.</ref> Penahbisan juga bisa berarti sebuah cara penerimaan seorang ke dalam suatu struktur.<ref name="Hastings">James Hastings. 1951. Encyclopedia of Religion and Ethic. Hlm 540-555.</ref><ref name="Matthews">{{en}} Shailer Matthews. 1973. A Dictionary of Religion And Ethic. Hlm 320.</ref> Praktik penahbisan ini pada umumnya dilakukan untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin baik di masyarakat maupun dalam komunitas.<ref name="Eliade"/> Cara penahbisan yang dilakukan bergantung pada kepercayaan dari komunitas atau masyarakat tersebut.<ref name="Eliade"/> Salah satu contohnya adalah apabila dalam suatu kebudayaan menekankan mengenai hubungan dengan yang ilahi maka orang yang ditahbiskan kemungkinan besar adalah imam.<ref name="Eliade"/> Dalam beberapa agama atau masyarakat, diadakan syarat-syarat untuk para kandidat sebelum mereka ditahbiskan.<ref name="Eliade"/> Terkadang dalam beberapa kebudayaan syarat tersebut didasarkan pada keturunan.<ref name="Eliade"/> Kandidat yang hendak ditahbiskan juga sangat bergantung pada kebudayaan dari masyarakat tersebut, apabila masyarakat tersebut menganut paham [[patriakal]] maka yang ditahbiskan dikhususkan untuk laki-laki tetapi ada juga yang tidak demikian.<ref name="Eliade"/> Persyaratan lain adalah kecocokan akan orang yang hendak ditahbiskan dengan tugas yang hendak ia laksanakan.<ref name="Eliade"/> Dalam beberapa tradisi, hal ini bisa dilakukan dengan mendemonstrasikan kemampuan dari sang calon, tetapi juga ada yang melalui beberapa tahap yang berupa pelatihan.<ref name="Eliade"/> Orang yang telah ditahbiskan ini kemudian akan memperoleh gelar baik dalam masyarakat maupun agama, seperti [[pendeta]], [[imam]], [[presbiter]], dan sebagainya.<ref name="Eliade"/>


== Penahbisan Dalam agama-agama ==
== Penahbisan dalam agama-agama ==
Praktek penahbisan merupakan suatu praktik yang umum dilakukan dalam agama maupun dalam masyarakat.<ref name="Eliade"/> Agama yang mempraktikkan hal ini pun sangat banyak dan tidak hanya terbatas pada agama-agama besar seperti [[Kristen]], [[Budha]], [[Islam]], dan sebagainya.<ref name="Eliade"/>
Praktik penahbisan merupakan suatu praktik yang umum dilakukan dalam agama maupun dalam masyarakat.<ref name="Eliade"/> Agama yang mempraktikkan hal ini pun sangat banyak dan tidak hanya terbatas pada agama-agama besar seperti [[Kristen]], [[Budha]], [[Islam]], dan sebagainya.<ref name="Eliade"/>
=== Dalam Zoroaster ===
=== Dalam Zoroaster ===
Dalam agama [[Zoroaster]], imam mempunyai peranan penting.<ref name="Eliade"/> Hal ini dikarenakan imam merupakan penghubung antara manusia dan yang ilahi.<ref name="Eliade"/> Imam mempunyai tugas dalam hal pembersihan, penyucian, pemberian kurban dan acara-acara sakral lainnya.<ref name="Eliade"/> Dalam zoroaster, calon imam haruslah dari keluarga imam yang sudah melewati proses inisiasi atau ''naojot''.<ref name="Eliade"/> Anak ini memakai pakaian suci dan memakai ikat pinggang.<ref name="Eliade"/> Ada 2 tahap penahbisan yang akan dilalui oleh calon imam.<ref name="Eliade"/> Tahap pertama disebut ''navar'' dan ''martab''.<ref name="Eliade"/> Kedua tahap ini akan membuktikan apakah calon imam tersebut mampu melaksanakan tugasnya sebagai seorang imam.<ref name="Eliade"/> Tahap pertama merupakan suatu tahap dimana sang calon imam harus menjalani dua ''Bareshnum'' atau bentuk tertinggi dari ritual pembersihan atau penyucian.<ref name="Eliade"/> Dalam tahap ini seluruh badan sang calon imam akan diolesi oleh cairan suci.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, Ia akan berada dalam kuil api.<ref name="Eliade"/> Setelah dua ritual tersebut, sang calon imam akan dimandikan dan akan dipakaikan pakaian putih dan sorban putih.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, sang kandidat akan dibawa oleh salah satu imam kepada kumpulan imam lain dan menanyakan apakah anak ini diizinkan untuk melanjutkan proses inisiasi tersebut.<ref name="Eliade"/> Apabila kumpulan dari imam tersebut diam maka itu menandakan bahwa mereka setuju akan hal itu.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, ia akan dibawa ke dalam suatu kamar pengorbanan untuk melakukan nyanyian dari nyanyian [[liturgi]] yang berasal dari agama zoroaster.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, Tahap kedua merupakan tahap ''Martab'' di mana sang kandidat akan melalui periode penyucian yaitu dengan mejalankan [[liturgi Yasna]] dalam sepuluh hari.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, sang kandidat akan diakui sebagai ''mobad'' priest.<ref name="Eliade"/>
Dalam agama [[Zoroaster]], imam mempunyai peranan penting.<ref name="Eliade"/> Hal ini dikarenakan imam merupakan penghubung antara manusia dan yang ilahi.<ref name="Eliade"/> Imam mempunyai tugas dalam hal pembersihan, penyucian, pemberian kurban dan acara-acara sakral lainnya.<ref name="Eliade"/> Dalam zoroaster, calon imam haruslah dari keluarga imam yang sudah melewati proses inisiasi atau ''naojot''.<ref name="Eliade"/> Anak ini memakai pakaian suci dan memakai ikat pinggang.<ref name="Eliade"/> Ada 2 tahap penahbisan yang akan dilalui oleh calon imam.<ref name="Eliade"/> Tahap pertama disebut ''navar'' dan ''martab''.<ref name="Eliade"/> Kedua tahap ini akan membuktikan apakah calon imam tersebut mampu melaksanakan tugasnya sebagai seorang imam.<ref name="Eliade"/> Tahap pertama merupakan suatu tahap dimana sang calon imam harus menjalani dua ''Bareshnum'' atau bentuk tertinggi dari ritual pembersihan atau penyucian.<ref name="Eliade"/> Dalam tahap ini seluruh badan sang calon imam akan diolesi oleh cairan suci.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, Ia akan berada dalam kuil api.<ref name="Eliade"/> Setelah dua ritual tersebut, sang calon imam akan dimandikan dan akan dipakaikan pakaian putih dan serban putih.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, sang kandidat akan dibawa oleh salah satu imam kepada kumpulan imam lain dan menanyakan apakah anak ini diizinkan untuk melanjutkan proses inisiasi tersebut.<ref name="Eliade"/> Apabila kumpulan dari imam tersebut diam maka itu menandakan bahwa mereka setuju akan hal itu.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, ia akan dibawa ke dalam suatu kamar pengorbanan untuk melakukan nyanyian dari nyanyian [[liturgi]] yang berasal dari agama zoroaster.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, Tahap kedua merupakan tahap ''Martab'' di mana sang kandidat akan melalui periode penyucian yaitu dengan mejalankan [[liturgi Yasna]] dalam sepuluh hari.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, sang kandidat akan diakui sebagai ''mobad'' priest.<ref name="Eliade"/>
=== Dalam Hindu ===
=== Dalam Hindu ===
Dalam agama Hindu, kandidat imam haruslah seorang laki-laki dari [[kasta Brahmana]].<ref name="Eliade"/> Kandidat tersebut harus melalui proses inisiasi yang bernama ''upanayana'' dan menerima sebuah benang suci sebagai sebuah tanda kelahiran yang kedua seorang Brahamana.<ref name="Eliade"/> Kandidat tersebut merupakan seorang anak laki-laki yang akan dilatih oleh seorang guru untuk membacakan kitab suci agama Hindu.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, Kandidat tersebut akan menjalani beberapa masa untuk menjadi seorang asisten bagi imam senior.<ref name="Eliade"/> Dalam melakukan ritual sang kandidat akan dudut di belakang imam senior.<ref name="Eliade"/> Ia akan membantu imam senior untuk membacakan beberapa mantra atau doa.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, ia akan mendapatkan kepercayaan untuk dapat duduk di sebelah guru yang telah melatihnya.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, ia dianggap sah sebagai imam.<ref name="Eliade"/>
Dalam agama Hindu, kandidat imam haruslah seorang laki-laki dari [[kasta Brahmana]].<ref name="Eliade"/> Kandidat tersebut harus melalui proses inisiasi yang bernama ''upanayana'' dan menerima sebuah benang suci sebagai sebuah tanda kelahiran yang kedua seorang Brahamana.<ref name="Eliade"/> Kandidat tersebut merupakan seorang anak laki-laki yang akan dilatih oleh seorang guru untuk membacakan kitab suci agama Hindu.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, Kandidat tersebut akan menjalani beberapa masa untuk menjadi seorang asisten bagi imam senior.<ref name="Eliade"/> Dalam melakukan ritual sang kandidat akan dudut di belakang imam senior.<ref name="Eliade"/> Ia akan membantu imam senior untuk membacakan beberapa mantra atau doa.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, ia akan mendapatkan kepercayaan untuk dapat duduk di sebelah guru yang telah melatihnya.<ref name="Eliade"/> Setelah itu, ia dianggap sah sebagai imam.<ref name="Eliade"/>


== Dalam Kekristenan ==
== Dalam Kekristenan ==
Pelayanan penahbisan sangat sering dilakukan dalam perjamuan kudus.<ref name="Geaves">Ron Geaves. 2002. Continuum Glossary of Religious Terms. Hlm 285.</ref> Dalam penahbisan ini juga termasuk penumpangan tangan dari uskup juga pembacaan doa untuk penahbisan.<ref name="Geaves"/><ref name="Loetscher">{{en}} Leffert A. Loetscher. 1955. Twentieth Century Encyclopedia of Religious Knowledge. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House. Hlm 822-823.</ref> Secara tradisional, Calon orang yang ditahbiskan adalah laki-laki yang mempunyai [[moral]] yang baik.<ref name="Geaves"/> Namun, pada beberapa gereja seperti gereja Inggris yang bergabung dengan komunitas dari Anglikan, melayani penahbisan untuk wanita.<ref name="Geaves"/> Dalam kekristenan awal, penahbisan hanya terdiri dari [[Doa]] biasanya hanya satu doa dan [[penumpangan tangan]].<ref name="Hastings"/> Dalam hal setidaknya ada 1 atau 2 upacara yang dimasukkan.<ref name="Hastings"/> Penahbisan dalam Perjanjian Baru selalu ditemani dengan Doa.<ref name="Hastings"/> Setelah periode para rasul, tidak ada deskripsi yang jelas mengenai penahbisan.<ref name="Hastings"/> Hal ini karena begitu bentuk dari penahbisan.<ref name="Hastings"/> Pada saat itu gereja juga membuat keputusan dan beberapa dari keputusan itu tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai [[liturgi ekaristi]] tetapi memberi beberapa doa yang berkaitan dengan penahbisan seperti ''Canon of Hippolytus''.<ref name="Hastings"/> Dalam penahbisan uskup ada beberapa cara yang dipakai.<ref name="Hastings"/> Penahbisan tersebut juga tidak lepas dari peran uskup-uskup lain.<ref name="Hastings"/> Uskup-uskup lain yang telah ditahbiskan menumpangkan tangan atas calon uskup yang akan dibaptis.<ref name="Hastings"/> Kadang hanya satu uskup yang menumpangkan tangan tetapi pada saat tertentu semua uskup yang ada pada saat itu juga bisa ikut menumpangkan tangan.<ref name="Hastings"/> Hal ini juga berlaku untuk pengucapan doa dalam penahbisan, terkadang satu uskup yang membacakan doa tetapi kadang bisa juga semua uskup turut mengucapkan doa.<ref name="Hastings"/>
Pelayanan penahbisan sangat sering dilakukan dalam perjamuan kudus.<ref name="Geaves">Ron Geaves. 2002. Continuum Glossary of Religious Terms. Hlm 285.</ref> Dalam penahbisan ini juga termasuk penumpangan tangan dari uskup juga pembacaan doa untuk penahbisan.<ref name="Geaves"/><ref name="Loetscher">{{en}} Leffert A. Loetscher. 1955. Twentieth Century Encyclopedia of Religious Knowledge. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House. Hlm 822-823.</ref> Secara tradisional, Calon orang yang ditahbiskan adalah laki-laki yang mempunyai [[moral]] yang baik.<ref name="Geaves"/> Namun, pada beberapa gereja seperti gereja Inggris yang bergabung dengan komunitas dari Anglikan, melayani penahbisan untuk wanita.<ref name="Geaves"/> Dalam kekristenan awal, penahbisan hanya terdiri dari [[Doa]] biasanya hanya satu doa dan [[penumpangan tangan]].<ref name="Hastings"/> Dalam hal setidaknya ada 1 atau 2 upacara yang dimasukkan.<ref name="Hastings"/> Penahbisan dalam Perjanjian Baru selalu ditemani dengan Doa.<ref name="Hastings"/> Setelah periode para rasul, tidak ada deskripsi yang jelas mengenai penahbisan.<ref name="Hastings"/> Hal ini karena begitu bentuk dari penahbisan.<ref name="Hastings"/> Pada saat itu gereja juga membuat keputusan dan beberapa dari keputusan itu tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai [[liturgi ekaristi]] tetapi memberi beberapa doa yang berkaitan dengan penahbisan seperti ''Canon of Hippolytus''.<ref name="Hastings"/> Dalam penahbisan uskup ada beberapa cara yang dipakai.<ref name="Hastings"/> Penahbisan tersebut juga tidak lepas dari peran uskup-uskup lain.<ref name="Hastings"/> Uskup-uskup lain yang telah ditahbiskan menumpangkan tangan atas calon uskup yang akan ditahbiskan.<ref name="Hastings"/> Kadang hanya satu uskup yang menumpangkan tangan tetapi pada saat tertentu semua uskup yang ada pada saat itu juga bisa ikut menumpangkan tangan.<ref name="Hastings"/> Hal ini juga berlaku untuk pengucapan doa dalam penahbisan, terkadang satu uskup yang membacakan doa tetapi kadang bisa juga semua uskup turut mengucapkan doa.<ref name="Hastings"/>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}
{{Authority control}}


[[Kategori:Agama]]
[[Kategori:Agama]]

Revisi terkini sejak 10 Juli 2021 02.14

Proses penahbisan oleh Uskup Henryk Hoser.

Penahbisan adalah rangkaian upacara dalam suatu masyarakat atau komunitas untuk meresmikan pengutusan bagi seseorang atau beberapa orang untuk menjalankan suatu tugas.[1] Penahbisan juga bisa berarti sebuah cara penerimaan seorang ke dalam suatu struktur.[2][3] Praktik penahbisan ini pada umumnya dilakukan untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin baik di masyarakat maupun dalam komunitas.[1] Cara penahbisan yang dilakukan bergantung pada kepercayaan dari komunitas atau masyarakat tersebut.[1] Salah satu contohnya adalah apabila dalam suatu kebudayaan menekankan mengenai hubungan dengan yang ilahi maka orang yang ditahbiskan kemungkinan besar adalah imam.[1] Dalam beberapa agama atau masyarakat, diadakan syarat-syarat untuk para kandidat sebelum mereka ditahbiskan.[1] Terkadang dalam beberapa kebudayaan syarat tersebut didasarkan pada keturunan.[1] Kandidat yang hendak ditahbiskan juga sangat bergantung pada kebudayaan dari masyarakat tersebut, apabila masyarakat tersebut menganut paham patriakal maka yang ditahbiskan dikhususkan untuk laki-laki tetapi ada juga yang tidak demikian.[1] Persyaratan lain adalah kecocokan akan orang yang hendak ditahbiskan dengan tugas yang hendak ia laksanakan.[1] Dalam beberapa tradisi, hal ini bisa dilakukan dengan mendemonstrasikan kemampuan dari sang calon, tetapi juga ada yang melalui beberapa tahap yang berupa pelatihan.[1] Orang yang telah ditahbiskan ini kemudian akan memperoleh gelar baik dalam masyarakat maupun agama, seperti pendeta, imam, presbiter, dan sebagainya.[1]

Penahbisan dalam agama-agama[sunting | sunting sumber]

Praktik penahbisan merupakan suatu praktik yang umum dilakukan dalam agama maupun dalam masyarakat.[1] Agama yang mempraktikkan hal ini pun sangat banyak dan tidak hanya terbatas pada agama-agama besar seperti Kristen, Budha, Islam, dan sebagainya.[1]

Dalam Zoroaster[sunting | sunting sumber]

Dalam agama Zoroaster, imam mempunyai peranan penting.[1] Hal ini dikarenakan imam merupakan penghubung antara manusia dan yang ilahi.[1] Imam mempunyai tugas dalam hal pembersihan, penyucian, pemberian kurban dan acara-acara sakral lainnya.[1] Dalam zoroaster, calon imam haruslah dari keluarga imam yang sudah melewati proses inisiasi atau naojot.[1] Anak ini memakai pakaian suci dan memakai ikat pinggang.[1] Ada 2 tahap penahbisan yang akan dilalui oleh calon imam.[1] Tahap pertama disebut navar dan martab.[1] Kedua tahap ini akan membuktikan apakah calon imam tersebut mampu melaksanakan tugasnya sebagai seorang imam.[1] Tahap pertama merupakan suatu tahap dimana sang calon imam harus menjalani dua Bareshnum atau bentuk tertinggi dari ritual pembersihan atau penyucian.[1] Dalam tahap ini seluruh badan sang calon imam akan diolesi oleh cairan suci.[1] Setelah itu, Ia akan berada dalam kuil api.[1] Setelah dua ritual tersebut, sang calon imam akan dimandikan dan akan dipakaikan pakaian putih dan serban putih.[1] Setelah itu, sang kandidat akan dibawa oleh salah satu imam kepada kumpulan imam lain dan menanyakan apakah anak ini diizinkan untuk melanjutkan proses inisiasi tersebut.[1] Apabila kumpulan dari imam tersebut diam maka itu menandakan bahwa mereka setuju akan hal itu.[1] Setelah itu, ia akan dibawa ke dalam suatu kamar pengorbanan untuk melakukan nyanyian dari nyanyian liturgi yang berasal dari agama zoroaster.[1] Setelah itu, Tahap kedua merupakan tahap Martab di mana sang kandidat akan melalui periode penyucian yaitu dengan mejalankan liturgi Yasna dalam sepuluh hari.[1] Setelah itu, sang kandidat akan diakui sebagai mobad priest.[1]

Dalam Hindu[sunting | sunting sumber]

Dalam agama Hindu, kandidat imam haruslah seorang laki-laki dari kasta Brahmana.[1] Kandidat tersebut harus melalui proses inisiasi yang bernama upanayana dan menerima sebuah benang suci sebagai sebuah tanda kelahiran yang kedua seorang Brahamana.[1] Kandidat tersebut merupakan seorang anak laki-laki yang akan dilatih oleh seorang guru untuk membacakan kitab suci agama Hindu.[1] Setelah itu, Kandidat tersebut akan menjalani beberapa masa untuk menjadi seorang asisten bagi imam senior.[1] Dalam melakukan ritual sang kandidat akan dudut di belakang imam senior.[1] Ia akan membantu imam senior untuk membacakan beberapa mantra atau doa.[1] Setelah itu, ia akan mendapatkan kepercayaan untuk dapat duduk di sebelah guru yang telah melatihnya.[1] Setelah itu, ia dianggap sah sebagai imam.[1]

Dalam Kekristenan[sunting | sunting sumber]

Pelayanan penahbisan sangat sering dilakukan dalam perjamuan kudus.[4] Dalam penahbisan ini juga termasuk penumpangan tangan dari uskup juga pembacaan doa untuk penahbisan.[4][5] Secara tradisional, Calon orang yang ditahbiskan adalah laki-laki yang mempunyai moral yang baik.[4] Namun, pada beberapa gereja seperti gereja Inggris yang bergabung dengan komunitas dari Anglikan, melayani penahbisan untuk wanita.[4] Dalam kekristenan awal, penahbisan hanya terdiri dari Doa biasanya hanya satu doa dan penumpangan tangan.[2] Dalam hal setidaknya ada 1 atau 2 upacara yang dimasukkan.[2] Penahbisan dalam Perjanjian Baru selalu ditemani dengan Doa.[2] Setelah periode para rasul, tidak ada deskripsi yang jelas mengenai penahbisan.[2] Hal ini karena begitu bentuk dari penahbisan.[2] Pada saat itu gereja juga membuat keputusan dan beberapa dari keputusan itu tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai liturgi ekaristi tetapi memberi beberapa doa yang berkaitan dengan penahbisan seperti Canon of Hippolytus.[2] Dalam penahbisan uskup ada beberapa cara yang dipakai.[2] Penahbisan tersebut juga tidak lepas dari peran uskup-uskup lain.[2] Uskup-uskup lain yang telah ditahbiskan menumpangkan tangan atas calon uskup yang akan ditahbiskan.[2] Kadang hanya satu uskup yang menumpangkan tangan tetapi pada saat tertentu semua uskup yang ada pada saat itu juga bisa ikut menumpangkan tangan.[2] Hal ini juga berlaku untuk pengucapan doa dalam penahbisan, terkadang satu uskup yang membacakan doa tetapi kadang bisa juga semua uskup turut mengucapkan doa.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak Mircea Eliade. 1987. The Encyclopedia of Religion. New York: Macmillan. Hlm 97-104.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l James Hastings. 1951. Encyclopedia of Religion and Ethic. Hlm 540-555.
  3. ^ (Inggris) Shailer Matthews. 1973. A Dictionary of Religion And Ethic. Hlm 320.
  4. ^ a b c d Ron Geaves. 2002. Continuum Glossary of Religious Terms. Hlm 285.
  5. ^ (Inggris) Leffert A. Loetscher. 1955. Twentieth Century Encyclopedia of Religious Knowledge. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House. Hlm 822-823.