Penyakit paru obstruktif kronis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
JThorneBOT (bicara | kontrib)
→‎Referensi: clean up, removed: {{Link GA|en}}
JThorneBOT (bicara | kontrib)
→‎Referensi: clean up, removed: {{Link FA|pl}}, {{Link GA|ru}}
Baris 54: Baris 54:


{{Penyakit-stub}}
{{Penyakit-stub}}

{{Link FA|pl}}
{{Link GA|ru}}

Revisi per 7 Maret 2015 21.23

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK, bahasa Inggris: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakit paru kronik. PPOK ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati.

Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.

Gangguan aliran udara di dalam saluran napas disebabkan proses inflamasi paru yang menyebabkan terjadinya kombinasi penyakit saluran napas kecil (small airway disease) dan destruksi parenkim (emfisema).

Gejala dan tanda PPOK, di antaranya adalah: sesak napas, batuk kronik, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas/prtikel berbahaya, disertai dengan pemeriksaan faal paru. Indikator diagnosis PPOK adalah penderita di atas usia 40 tahun, dengan sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten, batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah.

Pembagian

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2006, PPOK dibagi atas 4 derajat:

  1. PPOK Ringan: biasanya tanpa gejala, faal paru VEP1/KVP < 70%
  2. PPOK Sedang: VEP1/KVP < 70%, atau 50% =< VEP1 < 80% prediksi
  3. PPOK Berat: VEP1/KVP < 70%, atau 30%=<VEP1<50% prediksi
  4. PPOK Sangat Berat: VEP1/KVP < 70% atau VEP1<30% atau VEP1<50% disertai gagal napas kronik

Penatalaksanaan PPOK

Tujuan

  1. Mencegah progresivitas penyakit,
  2. Mengurangi gejala
  3. Meningkatkan toleransi Latihan
  4. Mencegah dan mengobati komplikasi
  5. Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang
  6. Mencegah atau meminimalkan efek samping obat
  7. Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
  8. Meningkatkan kualitas hidup penderita
  9. Menurunkan angka kematian

Program tatalaksana

  1. Evaluasi dan monitor penyakit
  2. Menurunkan faktor risiko
  3. Tatalaksana PPOK stabil
  4. Tatalaksana PPOK eksaserbasi

Penatalaksanaan menurut derajat PPOK

  1. Berhenti merokok/mencegah pajanan gas/partikel berbahaya
  2. Menghindari faktor pencetus
  3. Vaksinasi Influenza
  4. Rehabilitasi paru
  5. Pengobatan/medikamentosa di antaranya penggunaan bronkodilator kerja singkat (SABA, antikolinergik kerja singkat), penggunaan bronkodilator kerja lama (LABA, antikolinergik kerja lama), dan obat simtomatik. Pemberian kortikosteroid dapat digunakan berdasarkan derajat PPOK.
  6. Pada PPOK derajat sangat berat diberikan terapi oksigen
  7. Reduksi volume paru secara pembedahan (LVRS) atau endoskopi (transbronkial) (BLVR)

Referensi

  1. PPOK, pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia, PDPI 2004
  2. http://www.goldcopd.com/
  3. http://www.klikpdpi.com/
  4. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia