Penyelundupan telur ulat sutra ke Kekaisaran Romawi Timur: Perbedaan antara revisi
periksa terjemahan |
k Mimihitam memindahkan halaman Penyeludupan telur-telur ulat sutra ke Kekaisaran Bizantium ke Penyeludupan telur ulat sutra ke Kekaisaran Romawi Timur |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 11 September 2019 18.11
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Smuggling of silkworm eggs into the Byzantine Empire di en.wiki-indonesia.club. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Penyeludupan telur-telur ulat sutra ke Kekaisaran Bizantium | |
---|---|
Tanggal | Pertengahan abad ke-6 (552/563 Masehi) |
Lokasi | Asia Tengah |
Partisipan | Dua biarawan |
Hasil | Pendirian industri sutra Bizantium |
Pada pertengahan abad ke-6 Masehi, dua biarawan, dengan dukungan kaisar Bizantium Yustinianus I, berhasil menyeludupkan telur-telur ulat sutra ke Kekaisaran Bizantium, yang berujung pada pendirian industri sutra Bizantium sendiri. Pengiriman ulat-ulat sutra dari Tiongkok tersebut membolehkan bangsa Bizantium untuk memiliki monopoli sutra di Eropa.[1]
Latar belakang
Sutra, yang mula-mula diproduksi pada milenium keempat oleh bangsa Tiongkok, merupakan sebuah komoditas barang bernilai di sepanjang Jalur Sutra.[2] Pada abad kesatu Masehi, arus sutra sampai ke Kekaisaran Romawi.[2] Dengan kebangkitan Kekaisaran Sasaniyah dan kemudian Peperangan Romawi–Persia, pengimporan sutra ke Eropa semakin sulit dan langka. Bangsa Eropa sangat mengontrol perdagangan di kawasan mereka dan menyendatkan perdagangan pada masa-masa perang.[3] Akibatnya, Kaisar Bizantium Yustinianus I berupaya untuk membuat rute-rute dagang alternatif menuju Sogdiana, yang pada masa itu menjadi pusat penghasil sutra besar:[4] yang satu ke utara melalui Krimea, dan yang satu ke selatan melalui Ethiopia.[5] Kegagalan upaya tersebut membuat Yustinianus I mencari cara lain.
Penjelajahan
Dua biarawan yang tidak diketahui identitasnya (diyakini anggota Gereja Nestorian[2][5]) yang telah berkotbah kepada umat Kristen di India (Gereja dari Timur di India), melakukan perjalanan menuju Tiongkok padan tahun 551 Masehi.[6] Saat mereka sampai ke Tiongkok, mereka mengamati metode-metode dalam membesarkan ulat-ulat sutra dan menghasilkan sutra.[6] Hal ini menjadi pengembangan penting, karena bangsa Bizantium sebelumnya berpikir sutra dibuat di India.[7] Pada 552 Masehi, dua biarawan tersebut sampai ke Yustinianus I.[5] Saat pulang untuk memberitahukannya, para biarawan tersebut sepakat untuk membawa ulat-ulat sutra dari Tiongkok.[4] Mereka diyakini berjalan melalui rute utara di sepanjang Laut Hitam, membuat mereka melewati Transkaukasus dan Laut Kaspia.[1]
Karena ulat-ulat sutra dewasa membutuhkan suhu yang ideal,[8] mereka memutuskan untuk mengkontak Sogdiana untuk menyeludupkan ulat-ulat sutra atau setidaknya larva paling muda, yang mereka sembunyikan di dalam batang bambu.[1][5] Semak-semak mulberry, yang menjadi pakan ulat-ulat sutra, diberikan kepada para biarawan tersebut atau siap diimpor ke Kekaisaran Bizantium.[1] Secara keseluruhan, ekspedisi tersebut memakan waktu sekitar dua tahun.[9]
Dampak
Tak lama setelah ekspedisi tersebut, pabrik-pabrik sutra didirikan di Konstantinopel, Beirut, Antiokhia, Tyre, dan Thebes.[5] Ulat-ulat sutra yang dibawa tersebut membolehkan Kekaisaran Bizantium untuk memiliki monopolis sutra di Eropa. Pengiriman tersebut juga mematahkan monopoli sutra Tiongkok dan Persia.[1] Hasil dari monopoli tersebut adalah kebangkitan ekonomi Bizantium selama 650 tahun berikutnya sampai keruntuhannya pada 1204.[10] Baju-baju sutra, khususnya yang diwarnai ungu kekaisaran, hampir selalu dikenakan bagi kaum elit di Bizantium, dan pemakaian mereka diatur dalam hukum-hukum sumptuer.[2] Produksi sutra di kawasan sekitaran Konstantinopel, terutama di Thrace, utara Yunani, masih berlanjut sampai sekarang.
Sumber
- ^ a b c d e Patrick Hunt. "Late Roman Silk: Smuggling and Espionage in the 6th Century CE". Stanford University. Diakses tanggal 20 April 2013.
- ^ a b c d "Silk". University of Washington. Diakses tanggal 20 April 2013.
- ^ Norwich, John (1988), Byzantium: The Early Centuries pg. 265
- ^ a b Clare, Israel (1906), Library of Universal History: Mediaeval History pg. 1590
- ^ a b c d e Norwich, pg. 266
- ^ a b Clare, pg. 1589
- ^ Clare, pg. 1587
- ^ The Smithsonian on Silk Production
- ^ Silk Museum of Lebanon
- ^ Muthesius, Anna (2003), Silk in the Medieval World pg. 326