Penyerbuan Bastille
Penyerbuan Bastille | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Revolusi Prancis | |||||||
Penyerbuan Bastile oleh Jean-Pierre Houël | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Pemerintah Prancis |
Milisi warga Paris Gardes Françaises | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Bernard-René de Launay | Pierre-Augustin Hulin | ||||||
Kekuatan | |||||||
114 prajurit, 30 senjata api artileri | mungkin kurang dari 1.000 pemberontak | ||||||
Korban | |||||||
Satu (Enam atau mungkin delapan tewas setelah menyerah) | 98 |
Penyerbuan Bastille (bahasa Prancis: Prise de la Bastille [pʁiz də la bastij]) terjadi di Paris, Prancis, pada sore 14 Juli 1789. Benteng abad pertengahan, gudang senjata, dan penjara politik di Paris yang dikenal sebagai Bastille mewakili otoritas kerajaan di pusat kota Paris. Penjara tersebut hanya memiliki tujuh narapidana pada saat penyerbuannya namun merupakan simbol pelanggaran oleh monarki; kejatuhannya merupakan titik nyala dari Revolusi Prancis.
Di Prancis, Le quatorze juillet (14 Juli) merupakan hari libur nasional, biasanya disebut Bastille Day dalam bahasa Inggris.
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Selama pemerintahan Louis XVI, Prancis menghadapi krisis ekonomi besar, sebagian diawali oleh biaya intervensi dalam Revolusi Amerika, dan diperburuk oleh sistem regresif perpajakan.[1] Pada 5 Mei 1789, Estate Umum 1789 berkumpul untuk menangani masalah ini, tetapi dicegah oleh protokol kuno dan konservatisme Estate Kedua, yang terdiri dari bangsawan dan hanya berjumlah 2% populasi Prancis pada saat itu.[2] Pada 17 Juni 1789, Estate Ketiga, dengan perwakilannya yang berasal dari rakyat jelata, membentuk kembali diri mereka sebagai Majelis Nasional, sebuah badan yang tujuannya adalah pembentukan sebuah konstitusi Prancis. Raja awalnya menentang perkembangan ini, tetapi dipaksa untuk mengakui kewenangan majelis, yang kemudian mengganti nama dirinya sendiri menjadi Majelis Konstituante Nasional pada tanggal 9 Juli.[3]
Rakyat jelata telah membentuk Garda Nasional, mengenakan simpul pita (lencana) triwarna dari biru, putih, dan merah, yang dibentuk dengan menggabungkan warna merah dan simpul pita biru dari Paris dan simpul pita putih raja. Simpul-simpul pita ini, dan segera skema warna mereka saja, menjadi simbol revolusi dan, kemudian, Prancis itu sendiri.[4]
Paris, dekat dengan pemberontakan, dan dalam kata-kata François Mignet, "mabuk dengan kebebasan dan antusiasme",[5] menunjukkan dukungan luas kepada Majelis. Pers menerbitkan debat Majelis; perdebatan politik menyebar di luar Majelis sendiri ke alun-alun publik dan balai kota di ibu kota. Palais-Royal dan lapangannya menjadi tempat berlangsungnya pertemuan.[6] Kerumunan, dengan otoritas pertemuan di Palais-Royal, membobol penjara Abbaye untuk membebaskan beberapa prjurit bergranat dari garda Prancis, yang dilaporkan dipenjara karena menolak menembaki orang-orang.[7] Majelis merekomendasikan para pengawal yang dipenjarakan itu untuk memperoleh grasi raja; mereka kembali ke penjara dan mendapat pengampunan. Pangkat dan berkas resimen tersebut, yang sebelumnya dianggap dapat diandalkan, sekarang cenderung ke arah penyebab populernya.[8]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Simon Schama, pp. 60–71 Citizens: A Chronicle of the French Revolution, ISBN 0-670-81012-6
- ^ Simon Schama, p. 402 Citizens: A Chronicle of the French Revolution, ISBN 0-670-81012-6
- ^ M. J. Sydenham, p. 46 The French Revolution, B. T. Batsford Ltd London 1965
- ^ Georges Lefebvre, p. 114 The Coming of the French Revolution, ISBN 9780691121888
- ^ Mignet 1824, §Chapter I
- ^ Simon Schama, pp. 370–71 Citizens: A Chronicle of the French Revolution, ISBN 0-670-81012-6
- ^ Simon Schama, p. 371 Citizens: A Chronicle of the French Revolution, ISBN 0-670-81012-6
- ^ Simon Schama, p. 375 Citizens: A Chronicle of the French Revolution, ISBN 0-670-81012-6
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- Alpaugh, Micah. "The Politics of Escalation in French Revolutionary Protest: Political Demonstrations, Nonviolence and Violence in the Grandes journees of 1789", French History (Fall 2009).
- Alpaugh, Micah. "A Self-Defining Bourgeoisie in the Early French Revolution: The Milice bourgeoise, the Bastille Days of 1789, and their Aftermath", Journal of Social History 47, no. 3 (Spring 2014), 696–720.
- Lüsebrink, Hans-Jürgen; Reichardt, Rolf; Schürer, Norbert (1997). The Bastille. Duke University Press. ISBN 978-0-8223-1894-1.
- Mignet, Francois-Auguste (1 January 2006). History of the French Revolution from 1789 to 1814.
- Taylor, David (1997). The French Revolution. Heinemann. hlm. 16–17. ISBN 978-0-435-31694-5.
- Stephens, Henry Morse (1886). A History of the French Revolution. C. Scribner's sons. hlm. 128–68.
- Sewell, William H. "Historical Events as Transformations of Structures: Inventing Revolution at the Bastille", Theory and Society 25, no. 6 (Dec., 1996), 841–81.
- Abbott, John Stevens Cabot (1887). The French Revolution of 1789 as Viewed in the Light of Republican Institutions. Jefferson Press. hlm. 112–22.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Place de la Bastille Diarsipkan 2017-12-07 di Wayback Machine. – Official French website (in English)
- Thomas Jefferson's letter to John Jay recounting the storming of the Bastille Diarsipkan 2010-07-10 di Wayback Machine.