Proposisi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tag: BP2014
Originisa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(31 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Proposisi''' ([[kata serapan dalam bahasa Indonesia|serapan]] dari {{lang-nl|propositie}}) adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki [[arti]] penuh dan utuh.<ref name="Jan">Rapar, Jan Hendrik (1996).''Pengantar Logika, Asas-Asas Penalaran''.Yogyakarta:Kanisius .Hal 32</ref> Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat di[[percaya]], disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya.<ref name="Departemen">Departemen Pendidikan Nasional(2008);''Kamus Besar Bahasa Indonesia''. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 1106. Cet Pertama Edisi IV</ref> Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat di[[nilai]] benar atau salah.<ref name="Kamdhi">Kamdhi, JS.(2003).''Terampil Berargumentasi''.Jakarta:PT Grasindo. Hal 67-69</ref>
{{inuseBP|BP47Dhorifah|27 Juni 2014|1 April 2014}}


Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:<ref name="Jan"/>
'''Proposisi''' adalah istilah yang digunakan pada ilmu [[filsafat]] dan [[logika]]. Istilah ini merujuk pada kalimat pernyataan yang memiliki arti benar atau salah. Kalimat pernyataan dalam proposisi harus memiliki [[arti]] penuh dan utuh. <ref name="Jan"> Rapar, Jan Hendrik (1996).''Pengantar Logika, Asas-Asas Penalaran''.Yogyakarta:Kanisius .Hal 32 </ref> Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat di[[percaya]], disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. <ref name"Departemen">Departemen Pendidikan Nasional(2008);''Kamus Besar Bahasa Indonesia''. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 1106. Cet Pertama Edisi IV </ref> Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat di[[nilai]] benar atau salah.<ref name="Kamdhi"> Kamdhi, JS.(2003).''Terampil Berargumentasi''.Jakarta:PT Grasindo. Hal 67-69 </ref>


# [[Subjek]], perkara yang disebutkan terdiri dari [[orang]], [[benda]], tempat, atau perkara.<ref name="Hassan">Hassan, Abdullah, dkk (2006).''Sintaksis''.Kuala Lumpur:PTS Professional Publishing. Hal 15-19</ref>
Proposisi mungkin diungkapkan dengan berbagai cara karena proposisi terkait dengan makna dan bukan dari bagaimana mengekspresikannya.
# [[Predikat]] adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.<ref name="Hassan"/>
<blockquote>
# [[Kopula]] adalah [[kata]] yang menghubungkan [[subjek]] dan [[predikat]].<ref name="Jan"/>
Dua kalimat pernyataan yang berbeda bisa jadi adalah satu proposisi yang sama jika, dan hanya jika, keduanya berarti hal yang sama.
</blockquote>
Contohnya kalimat ''Semua manusia adalah fana''.<ref name="Jan"/> Kata '''semua''' dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang.<ref name="Jan"/> Kemudian kata '''manusia''' berkedudukan sebagai [[subjek]], sedang '''adalah''' merupakan [[kopula]]. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata '''fana'''.<ref name="Jan"/>
Hal ini meletakkan ''proposisi'' pada kaidah [[sinonim]], contoh: "Salju itu putih" (dalam Bahasa Indonesia) dan "Snow is white" (dalam bahasa Inggris) adalah dua kalimat yang berbeda, namun memiliki arti yang sama. Sehingga mereka mengungkapkan proposisi yang sama.


Banyak pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan "proposisi" adalah [[sinonim]], atau paling tidak seharusnya sama.<ref name=Ayer>Ayer A.J. 1936, 2nd ed 1946. ''Language, truth and logic''.</ref><ref>Lemmon E.J. Sentences, statements and propositions. In Williams & Montefiore (eds) ''British analytical philosophy''. 1966.</ref><ref>Stroll A. 1967. Statements. In Stroll A. ''Epistemology''.</ref>
Dalam logika [[Aristoteles]], proposisi adalah kalimat dengan bentuk tertentu yang dapat mengkonfirmasi atau menyangkal predikat dari sebuah subyek yang terdapat dalam kalimat tersebut. Pengikut pemikiran Aristoteles meggunakan contoh proposisi yang memiliki tiga unsur:
# [[Subyek]] <!--wikifisasi satu kali saja, ngga usah berkali kali, satu kali dan diawal kalimat, saya betulkan yang awal namun selanjutnya kamu harus betulkan sendiri.--> perkara yang diceritakan, terdiri dari [[orang]], [[benda]], tempat, atau perkara. <ref name="Hassan"> Hassan, Abdullah, dkk (2006).''Sintaksis''.Kuala Lumpur :PTS Professional Publishing. Hal 15-19 </ref>
# [[Predikat]] adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. <ref name="Hassan"/>
# [[Kopula]] - [[kata]] yang menghubungkan [[subjek]] dan [[predikat]]. <ref name="Jan"/> .
<center>Contoh: Semua manusia adalah fana. <ref name="Jan"/></center>
::Semua = pembilang
::Manusia = Subjek <!-- ini subyek pakai "y" atau subjek pakai "j" tentukan dan konsisten dengan pilihan. Jangan jadi swing voters karena rujukannya berbeda. Punya pendirian dong-->
:: Adalah = kopula
:: Fana = predikat


== Kategori ==
Contoh lain dari tiga unsur proposisi adalah "[[Sokrates]] adalah pria".
[[Berkas:Proposisi2.jpg|al=Pengkelompokkan Proposisi dalam Ilmu Logika dan Manthiq|pus|jmpl|750x750px|Pengkelompokkan Proposisi dalam Ilmu Logika]]
Adapun penjelasan skema di atas adalah sebagai berikut:


=== Berdasarkan Bentuk ===
Banyak pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan "proposisi" adalah sinonim, atau paling tidak seharusnya sama. <ref name=Ayer>Ayer A.J. 1936, 2nd ed 1946. ''Language, truth and logic''.</ref><ref>Lemmon E.J. Sentences, statements and propositions. In Williams & Montefiore (eds) ''British analytical philosophy''. 1966.</ref><ref>Stroll A. 1967. Statements. In Stroll A. ''Epistemology''.</ref>


Berdasarkan bentuknya, proposisi di[[klasifikasi]]kan menjadi dua kategori: [[tunggal]] dan [[majemuk]].<ref name="Kamdhi"/> Proposisi Tunggal hanya mengungkap satu pernyataan saja dimana hanya didukung satu subjek dan satu predikat (kalimat tunggal).<ref name="Kamdhi"/>. Sebagai contoh kalimat "Setiap [[manusia]] akan [[mati]]",dalam kalimat tersebut hanya terdapat satu subjek, yakni "manusia", sedang predikatnya berupa "mati".<ref name="Kamdhi"/> Kemudian Proposisi Majemuk, proposisi ini dibentuk dari gabungan dua proposisi tunggal atau lebih dimana kalimat pernyataan ini sekurang-kurangnya didukung dua [[pola]] [[kalimat]].<ref name="Kamdhi"/> Misalnya seperti kalimat "Setiap [[warga]] [[negara]] harus menyadari [[hak]] dan tanggung jawabnya".<ref name="Kamdhi"/>
==Kategori==


=== Berdasarkan Sifat Pembenaran atau Pengingkaran ===
[[File:Pembagian Proposisi.jpg|thumb|700px|Skema Pengkategorian Proposisi]]
Menurut skema di atas, dapat kita lihat pengkategorian proposisi menurut ilmu logika. Adapun penjelasannya sebagai berikut:


Berdasarkan sifat pembenaran dan pengingkaran, terdapat dua kategori proposisi: kategorial dan kondisional.<ref name="Kamdhi"/> Proposisi kategorial menunjuk pada sebuah pembenaran atau pengingkaran yang bersifat mutlak; pasti benar atau pasti salah.<ref name="Kamdhi"/> Artinya, kebenaran terjadi tanpa syarat.<ref name="Kamdhi"/> Contoh: ''Semua orang akan mati''.<ref name="Kamdhi"/> Selanjutnya adalah proposisi kondisional, yakni proposisi yang menunjuk pada pembenaran atau pengingkaran yang bersyarat atau berupa pilihan.<ref name="Kamdhi"/>
===Berdasarkan Bentuk===


Berdasarkan bentuknya, proposisi di[[klasifikasi]]kan menjadi dua kategori: [[tunggal]] dan [[majemuk]]. <ref name="Kamdhi"/> Proposisi Tunggal hanya mengungkap satu pernyataan saja dimana hanya didukung satu subjek dan satu predikat (kalimat tunggal). <ref name="Kamdhi"/>. Sebagai contoh kalimat "Setiap [[manusia]] akan [[mati]]",dalam kalimat tersebut hanya terdapat satu subjek, yakni "manusia", sedang predikatnya berupa "mati". <ref name="Kamdhi"/> Kemudian Proposisi Majemuk, proposisi ini dibentuk dari gabungan dua proposisi tunggal atau lebih dimana kalimat pernyataan ini sekurang-kurangnya didukung dua [[pola]] [[kalimat]]. <ref name="Kamdhi"/> Misalnya seperti kalimat "Setiap [[warga]] [[negara]] harus menyadari [[hak]] dan tanggung jawabnya". <ref name="Kamdhi"/>
Kategori proposisi kondisional sendiri dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni hipotesis dan disjungtif.<ref name="Kamdhi"/> Proposisi Kondisional Hipotesis adalah proposisi yang menunjuk pada pembenaran yang bersyarat.<ref name="Kamdhi"/> Artinya bila proposisi terpenuhi, maka kebenaran terjadi.<ref name="Kamdhi"/> Hal ini bisa kita lihat dalam kalimat ''Jika [[hujan]] terjadi, tanah becek'', jadi tanah akan becek jika terjadi hujan.<ref name="Kamdhi"/> Lain halnya dengan proposisi kondisional hipotesis, Proposisi Kondisional Disjungtif disebut juga [[alternatif]].<ref name="Kamdhi"/> Hal ini didasarkan pada pembenaran yang berupa pilihan.<ref name="Kamdhi"/> Proposisi ini kerap kali menggunakan kata '''atau''' seperti dalam kalimat: ''Amir harus membantu [[orang tua]]nya atau membersihkan [[halaman]] rumah''.<ref name="Kamdhi"/>


=== Berdasarkan Luas Pengertian ===
===Berdasarkan Sifat Pembenaran atau Pengingkaran===


Berdasarkan sifat pembenaran dan pengingkaran, terdapat dua kategori proposisi: kategorial dan kondisional. <ref name="Kamdhi"/> Proposisi kategorial menunjuk pada sebuah pembenaran atau pengingkaran yang bersifat mutlak; pasti benar atau pasti salah. <ref name="Kamdhi"/> Artinya, kebenaran terjadi tanpa syarat. <ref name="Kamdhi"/> Contoh: ''Semua orang akan mati''.<ref name="Kamdhi"/> Selanjutnya adalah proposisi kondisional, yakni proposisi yang menunjuk pada pembenaran atau pengingkaran yang bersyarat atau berupa pilihan. <ref name="Kamdhi"/>
Berdasarkan luas [[pengertian]], proposisi dibedakan menjadi tiga kategori: [[universal]], partikular, dan singular.<ref name="Kamdhi"/> Proposisi Universal ialah sebuah proposisi yang mencakup seluruh aspek atau bagian.<ref name="Kamdhi"/> Hal ini ditandai dengan adanya kata: semua, seluruh, setiap, setiap kali, masing-masing.<ref name="Kamdhi"/> Sebagai contoh pada kalimat ''Tidak seorangpun dinegeri ini yang [[atheis]]''.<ref name="Kamdhi"/>


Kemudian yang kedua adalah Proposisi Partikular, yakni yang mengungkapkan sebagian dari seluruh aspek.<ref name="Kamdhi"/> Kata tugas yang menandai proposisi partikular adalah beberapa, sebagaian, tidak semua, kebanyakan, banyak.<ref name="Kamdhi"/> Contoh: ''Tidak semua [[siswa]] tekun belajar.'' <ref name="Kamdhi"/> Kata "tidak semua" dalam kalimat di atas merupakan proposisi partikular, yakni hanya mencakup sebagian aspek saja.<ref name="Kamdhi"/>
Kategori proposisi kondisional sendiri dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni hipotesis dan disjungtif. <ref name="Kamdhi"/> Proposisi Kondisional Hipotesis adalah proposisi yang menunjuk pada pembenaran yang bersyarat. <ref name="Kamdhi"/> Artinya bila proposisi terpenuhi, maka kebenaran terjadi. <ref name="Kamdhi"/> Hal ini bisa kita lihat dalaam kalimat ''Jika [[hujan]] terjadi, tanah becek'', jadi tanah akan becek jika terjadi hujan. <ref name="Kamdhi"/> Lain halnya dengan proposisi kondisional hipotesis, Proposisi Kondisional Disjungtif disebut juga [[alternatif]]. <ref name="Kamdhi"/> Hal ini didasarkan pada pembenaran yang berupa pilihan. <ref name="Kamdhi"/> Proposisi ini kerap kali menggunakan kata '''atau''' seperti dalam kalimat: ''Amir harus membantu [[orang tua]]nya atau membersihkan [[halaman]] rumah''. <ref name="Kamdhi"/>


Dan yang terakhir adalah Proposisi Singular, proposisi ini hanya mengungkap satu aspek saja, di antara penandanya adalah kata '''ini''' dan '''itu'''.<ref name="Kamdhi"/> Misal penggunaannya dalam kalimat:''Rumah ini akan dijual'', kata rumah di sini hanya menunjukkan satu unsur.<ref name="Kamdhi"/> Jika terdapat dua unsur di dalamnya, maka suatu kalimat tidak bisa disebut dengan proposisi singular.<ref name="Kamdhi"/>
===Berdasarkan Luas Pengertian===


=== Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas ===
Berdasarkan luas [[pengertian]], proposisi dibedakan menjadi tiga kategori: [[universal]], partikular, dan singular. <ref name="Kamdhi"/> Proposisi Universal ialah sebuah proposisi yang mencakup seluruh aspek atau bagian.<ref name="Kamdhi"/> Hal ini ditandai dengan adanya kata: semua, seluruh, setiap, setiap kali, masing-masing. <ref name="Kamdhi"/> Sebagai contoh pada kalimat ''Tidak seorangpun dinegeri ini yang [[atheis]]''. <ref name="Kamdhi"/>


Berdasarkan [[kualitas]] juga kuantitasnya, proposisi dapat terbagi menjadi dua, yaitu proposisi A, I, E, dan proposisi O.<ref name="Kamdhi"/> Yang dimaksud dengan Proposisi A di sini adalah proposisi universal atau singular positif; proposisi yang mengungkap keseluruhan dan pembenaran, pengakuan, atau positif.<ref name="Kamdhi"/> Contohnya kalimat ''[[Meja]] ini dibuat dari [[kayu]] [[jati]]".<ref name="Sudarminta">Sudarminta, J. (2009).''Epistemologi Dasar''.Kanisius:Yogyakarta .Hal 98 Cet. 9</ref>
Kemudian yang kedua adalah Proposisi Partikular, yakni yang mengungkapkan sebagian dari seluruh aspek. <ref name="Kamdhi"/> Kata tugas yang menandai proposisi partikular adalah beberapa, sebagaian, tidak semua, kebanyakan, banyak.<ref name="Kamdhi"/> Contoh: ''Tidak semua [[siswa]] tekun belajar.'' <ref name="Kamdhi"/> Kata "tidak semua" dalam kalimat di atas merupakan proposisi partikular, yakni hanya mencakup sebagian aspek saja. <ref name="Kamdhi"/>


Dan yang terakhir adalah Proposisi Singular, proposisi ini hanya mengungkap satu aspek saja, di antara penandanya adalah kata '''ini''' dan '''itu'''. <ref name="Kamdhi"/> Misal penggunaannya dalam kalimat:''Rumah ini akan dijual'', kata rumah di sini hanya menunjukkan satu unsur. <ref name="Kamdhi"/> Jika terdapat dua unsur di dalamnya, maka suatu kalimat tidak bisa disebut dengan proposisi singular.<ref name="Kamdhi"/>
Lain halnya dengan A, Proposisi E adalah proposisi universal atau singular negatif.<ref name="Kamdhi"/> Proposisi ini mengungkap keseluruhan pengingkaran, penolakan, atau negatif.<ref name="Kamdhi"/> Misalnya seperti kalimat "Meja ini tidak dibuat dari kayu jati", kata '''tidak''' dalam kalimat tersebut menunjukkan kenegatifan yang berupa pengingkaran.<ref name="Sudarminta"/>


Selain proposisi A juga E, berdasarkan kualitas dan kuantitasnya, proposisi juga terbagi lagi menjadi Proposisi I dan Proposisi O.<ref name="Kamdhi"/> Proposisi I ialah proposisi partikular aktif; mengungkap sebagian dari keseluruhan pengakuan, pembenaran, atau positif.<ref name="Kamdhi"/> Sebagaimana contoh dalam kalimat berikut "Beberapa siswa SMU Kebangsaan tekun belajar".<ref name="Kamdhi"/>
===Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas===


Proposisi O sendiri adalah proposisi partikular negatif; mengungkap sebagian dari keseluruhan pengingkaran, penolakan, atau negatif.<ref name="Kamdhi"/> Contoh: "Beberapa siwa SMU Kebangsaan tidak tekun belejar.<ref name="Kamdhi"/>
Berdasarkan [[kualitas]] juga kuantitasnya, proposisi dapat terbagi menjadi dua, yaitu proposisi A, I, E, dan proposisi O. <ref name="Kamdhi"/> Yang dimaksud dengan Proposisi A di sini adalah proposisi universal atau singular positif; proposisi yang mengungkap keseluruhan dan pembenaran, pengakuan, atau positif. <ref name="Kamdhi"/> Contohnya kalimat ''[[Meja]] ini dibuat dari [[kayu]] [[jati]]". <ref name="Sudarminta"> Sudarminta, J. (2009).''Epistemologi Dasar''.Kanisius:Yogyakarta .Hal 98 Cet. 9 </ref>


== Referensi ==
Lain halnya dengan A, Proposisi E adalah proposisi universal atau singular negatif. <ref name="Kamdhi"/> Proposisi ini mengungkap keseluruhan pengingkaran, penolakan, atau negatif. <ref name="Kamdhi"/> Misalnya seperti kalimat "Meja ini tidak dibuat dari kayu jati", kata '''tidak''' dalam kalimat tersebut menunjukkan kenegatifan yang berupa pengingkaran. <ref name="Sudarminta"/>

Selain proposisi A juga E, berdasarkan kualitas dan kuantitasnya, proposisi juga terbagi lagi menjadi Proposisi I dan Proposisi O. <ref name="Kamdhi"/> Proposisi I ialah proposisi partikular aktif; mengungkap sebagian dari keseluruhan pengakuan, pembenaran, atau positif. <ref name="Kamdhi"/> Sebagaimana contoh dalam kalimat berikut "Beberapa siswa SMU Kebangsaan tekun belajar". <ref name="Kamdhi"/>

Proposisi O sendiri adalah proposisi partikular negatif; mengungkap sebagian dari keseluruhan pengingkaran, penolakan, atau negatif. <ref name="Kamdhi"/> Contoh: "Beberapa siwa SMU Kebangsaan tidak tekun belejar. <ref name="Kamdhi"/>

==Referensi==
{{reflist}}
{{reflist}}
{{Authority control}}


[[Kategori: Semantik]]
[[Kategori:Semantik]]
[[Kategori: Logika]]
[[Kategori:Logika]]

Revisi terkini sejak 8 Januari 2023 12.35

Proposisi (serapan dari Belanda: propositie) adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh.[1] Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya.[2] Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.[3]

Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:[1]

  1. Subjek, perkara yang disebutkan terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.[4]
  2. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.[4]
  3. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat.[1]

Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana.[1] Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang.[1] Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subjek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana.[1]

Banyak pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan "proposisi" adalah sinonim, atau paling tidak seharusnya sama.[5][6][7]

Kategori[sunting | sunting sumber]

Pengkelompokkan Proposisi dalam Ilmu Logika dan Manthiq
Pengkelompokkan Proposisi dalam Ilmu Logika

Adapun penjelasan skema di atas adalah sebagai berikut:

Berdasarkan Bentuk[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan bentuknya, proposisi diklasifikasikan menjadi dua kategori: tunggal dan majemuk.[3] Proposisi Tunggal hanya mengungkap satu pernyataan saja dimana hanya didukung satu subjek dan satu predikat (kalimat tunggal).[3]. Sebagai contoh kalimat "Setiap manusia akan mati",dalam kalimat tersebut hanya terdapat satu subjek, yakni "manusia", sedang predikatnya berupa "mati".[3] Kemudian Proposisi Majemuk, proposisi ini dibentuk dari gabungan dua proposisi tunggal atau lebih dimana kalimat pernyataan ini sekurang-kurangnya didukung dua pola kalimat.[3] Misalnya seperti kalimat "Setiap warga negara harus menyadari hak dan tanggung jawabnya".[3]

Berdasarkan Sifat Pembenaran atau Pengingkaran[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan sifat pembenaran dan pengingkaran, terdapat dua kategori proposisi: kategorial dan kondisional.[3] Proposisi kategorial menunjuk pada sebuah pembenaran atau pengingkaran yang bersifat mutlak; pasti benar atau pasti salah.[3] Artinya, kebenaran terjadi tanpa syarat.[3] Contoh: Semua orang akan mati.[3] Selanjutnya adalah proposisi kondisional, yakni proposisi yang menunjuk pada pembenaran atau pengingkaran yang bersyarat atau berupa pilihan.[3]

Kategori proposisi kondisional sendiri dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni hipotesis dan disjungtif.[3] Proposisi Kondisional Hipotesis adalah proposisi yang menunjuk pada pembenaran yang bersyarat.[3] Artinya bila proposisi terpenuhi, maka kebenaran terjadi.[3] Hal ini bisa kita lihat dalam kalimat Jika hujan terjadi, tanah becek, jadi tanah akan becek jika terjadi hujan.[3] Lain halnya dengan proposisi kondisional hipotesis, Proposisi Kondisional Disjungtif disebut juga alternatif.[3] Hal ini didasarkan pada pembenaran yang berupa pilihan.[3] Proposisi ini kerap kali menggunakan kata atau seperti dalam kalimat: Amir harus membantu orang tuanya atau membersihkan halaman rumah.[3]

Berdasarkan Luas Pengertian[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan luas pengertian, proposisi dibedakan menjadi tiga kategori: universal, partikular, dan singular.[3] Proposisi Universal ialah sebuah proposisi yang mencakup seluruh aspek atau bagian.[3] Hal ini ditandai dengan adanya kata: semua, seluruh, setiap, setiap kali, masing-masing.[3] Sebagai contoh pada kalimat Tidak seorangpun dinegeri ini yang atheis.[3]

Kemudian yang kedua adalah Proposisi Partikular, yakni yang mengungkapkan sebagian dari seluruh aspek.[3] Kata tugas yang menandai proposisi partikular adalah beberapa, sebagaian, tidak semua, kebanyakan, banyak.[3] Contoh: Tidak semua siswa tekun belajar. [3] Kata "tidak semua" dalam kalimat di atas merupakan proposisi partikular, yakni hanya mencakup sebagian aspek saja.[3]

Dan yang terakhir adalah Proposisi Singular, proposisi ini hanya mengungkap satu aspek saja, di antara penandanya adalah kata ini dan itu.[3] Misal penggunaannya dalam kalimat:Rumah ini akan dijual, kata rumah di sini hanya menunjukkan satu unsur.[3] Jika terdapat dua unsur di dalamnya, maka suatu kalimat tidak bisa disebut dengan proposisi singular.[3]

Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan kualitas juga kuantitasnya, proposisi dapat terbagi menjadi dua, yaitu proposisi A, I, E, dan proposisi O.[3] Yang dimaksud dengan Proposisi A di sini adalah proposisi universal atau singular positif; proposisi yang mengungkap keseluruhan dan pembenaran, pengakuan, atau positif.[3] Contohnya kalimat Meja ini dibuat dari kayu jati".[8]

Lain halnya dengan A, Proposisi E adalah proposisi universal atau singular negatif.[3] Proposisi ini mengungkap keseluruhan pengingkaran, penolakan, atau negatif.[3] Misalnya seperti kalimat "Meja ini tidak dibuat dari kayu jati", kata tidak dalam kalimat tersebut menunjukkan kenegatifan yang berupa pengingkaran.[8]

Selain proposisi A juga E, berdasarkan kualitas dan kuantitasnya, proposisi juga terbagi lagi menjadi Proposisi I dan Proposisi O.[3] Proposisi I ialah proposisi partikular aktif; mengungkap sebagian dari keseluruhan pengakuan, pembenaran, atau positif.[3] Sebagaimana contoh dalam kalimat berikut "Beberapa siswa SMU Kebangsaan tekun belajar".[3]

Proposisi O sendiri adalah proposisi partikular negatif; mengungkap sebagian dari keseluruhan pengingkaran, penolakan, atau negatif.[3] Contoh: "Beberapa siwa SMU Kebangsaan tidak tekun belejar.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f Rapar, Jan Hendrik (1996).Pengantar Logika, Asas-Asas Penalaran.Yogyakarta:Kanisius .Hal 32
  2. ^ Departemen Pendidikan Nasional(2008);Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 1106. Cet Pertama Edisi IV
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al Kamdhi, JS.(2003).Terampil Berargumentasi.Jakarta:PT Grasindo. Hal 67-69
  4. ^ a b Hassan, Abdullah, dkk (2006).Sintaksis.Kuala Lumpur:PTS Professional Publishing. Hal 15-19
  5. ^ Ayer A.J. 1936, 2nd ed 1946. Language, truth and logic.
  6. ^ Lemmon E.J. Sentences, statements and propositions. In Williams & Montefiore (eds) British analytical philosophy. 1966.
  7. ^ Stroll A. 1967. Statements. In Stroll A. Epistemology.
  8. ^ a b Sudarminta, J. (2009).Epistemologi Dasar.Kanisius:Yogyakarta .Hal 98 Cet. 9