Lompat ke isi

Puncak gunung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Para pendaki dari Republik Dominika di puncak gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest.
Pemandangan dari puncak gunung tertinggi di Swiss, Monte Rosa

Puncak gunung adalah sebuah titik di atas permukaan yang lebih tinggi dalam hal ketinggian ketimbang seluruh titik yang berada di dekatnya. Puncak gunung tertinggi di dunia adalah Gunung Everest dengan ketinggian 8848.86 m di atas permukaan laut (29.032 kaki). Pendakian puncak gunung resmi pertama dilakukan oleh Tenzing Norgay dan Sir Edmund Hillary. Mereka mencapai puncak gunung tersebut pada 1953.[1][2]

Pencatatan

[sunting | sunting sumber]

Puncak tertinggi yang ada di dunia ada di Pegunungan Himalaya yaitu Puncak Everest. Ketinggiannya dari daratan adalah 8.850 meter. Puncak tertinggi kedua di dunia berada di Pegunungan Andes di Amerika Selatan. Nama puncaknya adalah Puncak Aconcagua. Namun, puncak gunung tertinggi di dunia berdasarkan pengukurann ketinggian dari dasar laut adalah puncak Gunung Mauna Kea di Hawaii. Dari permukaan laut, ketinggian puncaknya hanya 4.202 meter. Namun ketika diukur dari dasar laut, keetinggiannya adalah 10.800 meter.[3]

Melihat pemandangan alam

[sunting | sunting sumber]

Puncak gunung merupakan merupakan tempat tertinggi di daratan. Di puncak gunung, seseorang dapat berdiri dan menatap pemandangan alam yang tampak darinya. Di puncak gunung, kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengamati matahari terbit dan matahari terbenam.[2] Pengamatan matahari terbit di puncak gunung pada cuaca cerah akan menyeluruh karena tidak ada halangan apapun terhadap pandangan di ketinggian. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh para pendaki gunung.[4]

Pemujaan dewa

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan Prasasti Kapunuhan yang tertanggal tahun 878 Masehi disebutkan bahwa Dewa Syiwa memiliki sebuah tempat pemujaan di puncak Pegunungan Himalaya. Puncak ini dinamakan Kailasa.[5] Tempatnya berada di Pegunungan Himalaya dan perwakilannya berada di Dataran Tinggi Dieng.[6] Ciri pemujaan Dewa Siwa dapat ditemukan di candi-candi yang ada di Kompleks Candi Arjuna.[7]  

Fenomena alam

[sunting | sunting sumber]

Puncak gunung yang memiliki kawah menjadi tempat keluarnya lahar. Aliran lahar dari puncak gunung mengarah ke jalur-jalur alami di daratan yang lebih rendah. Jalur ini umumnya pada sungai dan lembah.[8] Puncak gunung yang terus menerus dihujani juga akan menimbulkan fenomena bencana yaitu banjir bandang. Pada gunung berapi, banjir bandang ini dapat menjadi banjir bandang ketika gunung berapi meletus ketika hujan lebat.[9]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (2016). Gunung dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (PDF). Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. hlm. 1. ISBN 978-979-111-019-8. 
  2. ^ a b Sastha, Harley Bayu (2007). Mountain Climbing for Everybody: Panduan Mendaki Gunung. Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah. hlm. 3. ISBN 978-979-114-147-5. 
  3. ^ Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (2016). Gunung dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (PDF). Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. hlm. 1. ISBN 978-979-111-019-8. 
  4. ^ Pepep DW (2019). Mumtaz, Fairuzul, ed. Manusia dan Gunung. Sleman: Djeladjah Pustaka. hlm. 78. ISBN 978-602-51833-0-0. 
  5. ^ Sutopo, dkk. 2021, hlm. 230.
  6. ^ Sutopo, dkk. 2021, hlm. 232.
  7. ^ Sutopo, dkk. 2021, hlm. 230-231.
  8. ^ Suyami, Taryati, dan Sumarno (2015). Kajian Kebencanaan dalam Naskah Panjeglubipun Redi Kelut (PDF). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta. hlm. 102. ISBN 978-979-8971-49-5. 
  9. ^ Suparman, dkk. (2011). SABO untuk Penanggulangan Bencana Akibat Aliran Sedimen (PDF). Jakarta Selatan: Yayasan Air Adhi Eka. hlm. 15. ISBN 978-979-25-6461-7. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]