Raden Wijaya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Fixing the vandalism.
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Haydraxz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(31 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{refimprove}}
{{Infobox raja
{{Infobox raja
| name = Dyah Wijaya
| name = Raden Wijaya
| title = Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana
| title = Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana
| image = [[Berkas:Illustration of Raden Wijaya.jpg|200px]]
| image =
| caption = Ilustrasi Dyah Wijaya
| caption = Ilustrasi Raden Wijaya
| succession = Maharaja Majapahit Pertama
| succession = Raja Pertama Majapahit
| reign = [[Berkas:Naval flag of Majapahit Kingdom.svg|22x20px]] [[Majapahit]] (1293 - 1309)
| reign = [[Berkas:Naval flag of Majapahit Kingdom.svg|22x20px]] [[Majapahit]] (1293 - 1309)
| coronation = 15 Kartika 1215 [[Saka]]<br /> (10 November 1293)
| coronation = 15 Kartika 1215 [[Saka]]<br /> (10 November 1293)
Baris 13: Baris 12:
| suc-type =
| suc-type =
| heir =
| heir =
| queen = [[Tribhuwaneswari]]
| queen = * [[Tribhuwaneswari]]
| consort =
| consort =
| spouse 1 = [[Tribhuwaneswari]]
| spouse 1 = [[Tribhuwaneswari]]
Baris 19: Baris 18:
| spouse 3 = [[Sri Jayendra Dyah Dewi Prajña Paramita|Jayendradewi]]
| spouse 3 = [[Sri Jayendra Dyah Dewi Prajña Paramita|Jayendradewi]]
| spouse 4 = [[Gayatri]]
| spouse 4 = [[Gayatri]]
| spouse 5 =
| spouse 5 = [[Dara Petak|Indreswari]]
| spouse 6 =
| spouse 6 =
| issue =* [[Jayanegara]]
| issue =* [[Jayanegara]]
Baris 29: Baris 28:
| father = [[Dyah Lembu Tal]] menurut Nagarakretagama<ref>https://historia.id/amp/kuno/articles/asal-usul-raden-wijaya-P14Rz</ref>
| father = [[Dyah Lembu Tal]] menurut Nagarakretagama<ref>https://historia.id/amp/kuno/articles/asal-usul-raden-wijaya-P14Rz</ref>
| mother =
| mother =
|birth_name = Dyah Wijaya
|regnal name = Sri Narpati Kertarajasa Jayawardhana
| birth_date =
| birth_date =
| birth_place =
| birth_place =
Baris 34: Baris 35:
| death_place = [[Berkas:Naval flag of Majapahit Kingdom.svg|22x20px]] Majapahit
| death_place = [[Berkas:Naval flag of Majapahit Kingdom.svg|22x20px]] Majapahit
| date of burial =
| date of burial =
| place of burial =
| place of burial = Didharmakan di [[candi simping]], [[Blitar]]
| religion = [[Hindu]]
| religion = [[Hindu]]
}}
}}


'''Dyah Wijaya''' adalah pendiri dan maharaja pertama [[Kekaisaran Majapahit]] yang memerintah pada tahun [[1293]]-[[1309]], bergelar '''Sri Kertarajasa Jayawardana''', atau lengkapnya '''Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana'''.
'''Raden Wijaya''' atau '''Dyah Wijaya''' adalah pendiri dan raja pertama [[Kerajaan Majapahit]] yang memerintah pada tahun [[1293]]-[[1309]], bergelar '''Sri Kertarajasa Jayawardana''', atau lengkapnya '''Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana'''.
[[File:Harihara Majapahit 1.JPG|thumb|150px||''Arca Harihara'' (paduan [[Siwa]] dan [[Wisnu]]) perwujudan [[Kertarajasa]] dari [[candi Simping]], [[Blitar]], kini koleksi [[Museum Nasional Republik Indonesia|Museum Nasional.]]]]

Menurut [[Nagarakretagama]] Dyah Wijaya adalah anak dari [[Dyah Lembu Tal]], cucu [[Mahisa Campaka]] atau Narasinghamurti. Kakeknya ini, adalah anak dari [[Mahisa Wonga Teleng]], putra dari [[Ken Angrok]] dan [[Ken Dedes]]. Ken Angrok atau Sri Ranggah Rajasa adalah pendiri Dinasti Rajasa yang kemudian menurunkan raja-raja Singhasari dan Majapahit. Naskah ini memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan merupakan Ayah dari Dyah Wijaya.
Menurut [[Nagarakretagama]] Raden Wijaya adalah anak dari [[Dyah Lembu Tal]], cucu [[Mahisa Campaka]] atau Narasinghamurti. Kakeknya ini, adalah anak dari [[Mahisa Wonga Teleng]], putra dari [[Ken Angrok]] dan [[Ken Dedes]]. Ken Angrok atau Sri Ranggah Rajasa adalah pendiri Dinasti Rajasa yang kemudian menurunkan raja-raja Singhasari dan Majapahit. Naskah ini memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan merupakan Ayah dari Raden Wijaya.


Dari genealoginya, Wijaya juga merupakan keponakan Kertanagara, Adapun Kertanagara adalah keturunan dari [[Anusapati]], putra Ken Dedes dan [[Tunggul Ametung]].<ref> Slamet Mulyana, (1979). Nagarakretagama dan tafsir sejarahnya. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.[https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=457778]</ref>
Dari genealoginya, Wijaya juga merupakan keponakan Kertanagara, Adapun Kertanagara adalah keturunan dari [[Anusapati]], putra Ken Dedes dan [[Tunggul Ametung]].<ref> Slamet Mulyana, (1979). Nagarakretagama dan tafsir sejarahnya. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.[https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=457778]</ref>


Menurut [[Prasasti Balawi]] (1305), [[Prasasti Sukamerta]] (1296), dan Kakawin ''Nagarakretagama'', Dyah Wijaya menikah dengan empat orang putri [[Kertanagara]], raja terakhir [[Kerajaan Singhasari]], yaitu [[Tribhuwaneswari]], [[Narendraduhita]], [[Jayendradewi]], dan [[Gayatri]].
Menurut [[Prasasti Kudadu]] (1294),tertulis bahwasanya Lembu Tal (ayah raden wijaya) adalah anak Narasinghamurti.
Menurut [[Prasasti Balawi]] (1305), [[Prasasti Sukamerta]] (1296), dan Kakawin ''Nagarakretagama'', Raden Wijaya menikah dengan empat orang putri [[Kertanagara]], raja terakhir [[Kerajaan Singhasari]], yaitu [[Tribhuwaneswari]], [[Narendraduhita]], [[Jayendradewi]], dan [[Gayatri]].


Dengan Tribhuwaneswari, Wijaya mempunyai seorang putra bernama, Jayanagara. Dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri. Putri sulung bernama [[Dyah Gitarja|Tribhuwana Wijayatunggadewi]]. Putri bungsu bernama [[Dyah Wiyat|Rajadewi Maharajasa]].<ref>Historia: Asal-usul Raden Wijaya.[https://historia.id/amp/kuno/articles/asal-usul-raden-wijaya-P14Rz]</ref>
Dengan Tribhuwaneswari, Wijaya mempunyai seorang putra bernama, Jayanagara. Dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri. Putri sulung bernama [[Dyah Gitarja|Tribhuwana Wijayatunggadewi]]. Putri bungsu bernama [[Dyah Wiyat|Rajadewi Maharajasa]].<ref>Historia: Asal-usul Raden Wijaya.[https://historia.id/amp/kuno/articles/asal-usul-raden-wijaya-P14Rz]</ref>


== Mendirikan Desa Majapahit ==
== Mendirikan Desa Majapahit ==
=== Kematian Kertanegara ===
=== Kematian Kertanagara ===
Menurut [[Prasasti Kudadu]], pada tahun [[1292]] terjadi pemberontakan [[Jayakatwang]] bupati [[Gelanggelang]] terhadap kekuasaan [[Kerajaan Singhasari]]. Raden Wijaya ditunjuk [[Kertanegara]] untuk menumpas pasukan Gelanggelang yang menyerang dari arah utara Singhasari. Raden Wijaya berhasil memukul mundur musuhnya. Namun pasukan pemberontak yang lebih besar datang dari arah selatan dan berhasil menewaskan Kertanagara.
Menurut [[Prasasti Kudadu]], pada tahun [[1292]] terjadi pemberontakan [[Jayakatwang]] bupati [[Gelanggelang]] terhadap kekuasaan [[Kerajaan Singhasari]]. Raden Wijaya ditunjuk [[Kertanagara]] untuk menumpas pasukan Gelanggelang yang menyerang dari arah utara Singhasari. Raden Wijaya berhasil memukul mundur musuhnya. Namun pasukan pemberontak yang lebih besar datang dari arah selatan dan berhasil menewaskan Kertanagara.


Menyadari hal itu, Raden Wijaya melarikan diri, berlindung ke Terung di sebelah utara Singhasari. Namun karena terus dikejar-kejar musuh ia kemudian pergi ke arah timur. Dengan bantuan kepala desa Kudadu, ia berhasil menyeberangi Selat Madura untuk bertemu [[Arya Wiraraja]], penguasa ''Songeneb'' (nama lama [[Sumenep]]), penasehat raja Kertanegara yang merupakan murid dari Mahisa Campaka ([[Narasinghamurti]]), kakek Raden Wijaya.
Menyadari hal itu, Dyah Wijaya melarikan diri, berlindung ke Terung di sebelah utara Singhasari. Namun karena terus dikejar-kejar musuh ia kemudian pergi ke arah timur. Dengan bantuan kepala desa Kudadu, ia berhasil menyeberangi Selat Madura untuk bertemu [[Arya Wiraraja]], penguasa ''Songeneb'' (nama lama [[Sumenep]]), penasehat raja Kertanegara yang merupakan murid dari Mahisa Campaka ([[Narasinghamurti]]), kakek Dyah Wijaya.


=== Hutan Tarik dan Desa Majapahit ===
=== Hutan Tarik dan Desa Majapahit ===
Bersama Arya Wiraraja, Raden Wijaya merencanakan siasat untuk merebut kembali takhta dari tangan Jayakatwang. Wijaya berjanji, jika ia berhasil mengalahkan Jayakatwang, maka daerah kekuasaannya akan dibagi dua untuk dirinya dan Wiraraja. Siasat pertama pun dijalankan. Mula-mula, Wiraraja menyampaikan berita kepada Jayakatwang bahwa Wijaya menyatakan menyerah kalah. Jayakatwang yang telah membangun kembali kerajaan leluhurnya, yaitu [[Kerajaan Kadiri]] menerimanya dengan senang hati. Ia pun mengirim utusan untuk menjemput Wijaya di pelabuhan Jungbiru.
Bersama Arya Wiraraja, Raden Wijaya merencanakan siasat untuk merebut kembali takhta dari tangan Jayakatwang. Wijaya berjanji, jika ia berhasil mengalahkan Jayakatwang, maka daerah kekuasaannya akan dibagi dua untuk dirinya dan Wiraraja. Siasat pertama pun dijalankan. Mula-mula, Wiraraja menyampaikan berita kepada Jayakatwang bahwa Wijaya menyatakan menyerah kalah. Jayakatwang yang telah membangun kembali kerajaan leluhurnya, yaitu [[Kerajaan Kadiri]] menerimanya dengan senang hati. Ia pun mengirim utusan untuk menjemput Wijaya di pelabuhan Jungbiru.


Siasat berikutnya, Wijaya meminta [[Tarik, Sidoarjo|Hutan Tarik]] di sebelah timur Kadiri untuk dibangun sebagai kawasan wisata perburuan. Wijaya mengaku ingin bermukim di sana. Jayakatwang yang gemar berburu segera mengabulkannya tanpa curiga. Wiraraja pun mengirim orang-orang Songeneb yang dipimpin oleh anaknya, [[Ranggalawe]], untuk membantu Wijaya membuka hutan tersebut. Menurut ''Kidung Panji Wijayakrama'', salah seorang Madura menemukan buah maja yang rasanya pahit. Oleh karena itu, desa pemukiman yang didirikan Wijaya tersebut pun diberi nama [[Majapahit]].
Siasat berikutnya, Wijaya meminta [[Tarik, Sidoarjo|Hutan Tarik]] di sebelah timur Kadiri untuk dibangun sebagai kawasan perburuan. Wijaya mengaku ingin bermukim di sana. Jayakatwang yang gemar berburu segera mengabulkannya tanpa curiga. Wiraraja pun mengirim orang-orang Songeneb yang dipimpin oleh anaknya, [[Ranggalawe]], untuk membantu Wijaya membuka hutan tersebut. Menurut ''Kidung Panji Wijayakrama'', salah seorang Madura menemukan buah maja yang rasanya pahit. Oleh karena itu, desa pemukiman yang didirikan Wijaya tersebut pun diberi nama [[Majapahit]].


== Menjadi Raja Majapahit ==
== Menjadi Raja Majapahit ==
Baris 68: Baris 71:
Jayakatwang yang mendengar persekutuan Wijaya dan Ike Mese segera mengirim pasukan Kadiri untuk menghancurkan mereka. Namun pasukan itu justru berhasil dikalahkan oleh pihak Mongol. Selanjutnya, gabungan pasukan Mongol, Majapahit dan Madura bergerak menyerang [[Daha]], ibu kota Kerajaan Kadiri. [[Jayakatwang]] akhirnya kalah dan ditawan bersama putranya ''Ardharaja'' dalam kapal Mongol.
Jayakatwang yang mendengar persekutuan Wijaya dan Ike Mese segera mengirim pasukan Kadiri untuk menghancurkan mereka. Namun pasukan itu justru berhasil dikalahkan oleh pihak Mongol. Selanjutnya, gabungan pasukan Mongol, Majapahit dan Madura bergerak menyerang [[Daha]], ibu kota Kerajaan Kadiri. [[Jayakatwang]] akhirnya kalah dan ditawan bersama putranya ''Ardharaja'' dalam kapal Mongol.


=== Perang melawan Yuan-Mongol ===
=== Perang melawan Yuan-Mongol (Tartar) ===
Setelah Jayakatwang dikalahkan, Wijaya meminta izin pada pihak Mongol untuk kembali ke Majapahit mempersiapkan penyerahan dirinya. Ike Mese mengizinkannya tanpa curiga. Sesampainya di [[Canggu, Jetis, Mojokerto|Canggu]], Majapahit, Wijaya dan pasukannya membunuh para prajurit Mongol yang mengawalnya.
Setelah Jayakatwang dikalahkan, Wijaya meminta izin pada pihak Mongol untuk kembali ke Majapahit mempersiapkan penyerahan dirinya. Ike Mese mengizinkannya tanpa curiga. Sesampainya di [[Canggu, Jetis, Mojokerto|Canggu]], Majapahit, Wijaya dan pasukannya membunuh para prajurit Mongol yang mengawalnya.


Baris 100: Baris 103:


=== Keluarga ===
=== Keluarga ===

'''Kakek'''
*Mahisa Campaka, anak dari Mahisa Wonga Teleng, anak dari Ken Angrok dan Ken Dedes.<ref name="SNI410">Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 410.</ref>


'''Orang Tua'''
'''Orang Tua'''
* Dyah Lembu Tal, putra Mahisa Campaka (Narasinghamurti), dari Kerajaan Singhasari.
* Dyah Lembu Tal, putra Mahisa Campaka (Narasinghamurti), penguasa Kediri bawahan Tumapel.


'''Permaisuri'''
'''Permaisuri'''
Baris 113: Baris 119:


'''Anak'''
'''Anak'''
*Dengan Tribhuwana, Wijaya mempunyai seorang putra bernama, Jayanagara.
*Dengan [[Dara Petak|Indreswari]], Wijaya mempunyai seorang putra bernama,
**[[Jayanagara]] (kemudian diangkat menjadi anak Tribhuwaneswari).
*Dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri. Si sulung bernama Tribhuwanattunggadewi Jayawisnuwarddhani. Si bungsu bernama Rajadewi Maharajasa.
*Dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri.

**Si sulung bernama [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]].
'''Kakek'''
**Si bungsu bernama [[Dyah Wiyat|Rajadewi Maharajasa]].
*Mahisa Campaka, anak dari Mahisa Wonga Teleng, anak dari Ken Angrok dan Ken Dedes.<ref name="SNI410">Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 410.</ref>


== Kepustakaan ==
== Kepustakaan ==

Revisi per 8 Februari 2024 23.02

Raden Wijaya
Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana
Raja Pertama Majapahit
Berkuasa Majapahit (1293 - 1309)
Penobatan15 Kartika 1215 Saka
(10 November 1293)
PenerusJayanegara
Informasi pribadi
KelahiranDyah Wijaya
Kematian1309
Majapahit
Pemakaman
Didharmakan di candi simping, Blitar
WangsaRajasa
Nama lengkap
Nararya Sanggramawijaya
Nama takhta
Sri Narpati Kertarajasa Jayawardhana
AyahDyah Lembu Tal menurut Nagarakretagama[1]
Permaisuri
Istri
Anak
AgamaHindu

Raden Wijaya atau Dyah Wijaya adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Majapahit yang memerintah pada tahun 1293-1309, bergelar Sri Kertarajasa Jayawardana, atau lengkapnya Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.

Arca Harihara (paduan Siwa dan Wisnu) perwujudan Kertarajasa dari candi Simping, Blitar, kini koleksi Museum Nasional.

Menurut Nagarakretagama Raden Wijaya adalah anak dari Dyah Lembu Tal, cucu Mahisa Campaka atau Narasinghamurti. Kakeknya ini, adalah anak dari Mahisa Wonga Teleng, putra dari Ken Angrok dan Ken Dedes. Ken Angrok atau Sri Ranggah Rajasa adalah pendiri Dinasti Rajasa yang kemudian menurunkan raja-raja Singhasari dan Majapahit. Naskah ini memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan merupakan Ayah dari Raden Wijaya.

Dari genealoginya, Wijaya juga merupakan keponakan Kertanagara, Adapun Kertanagara adalah keturunan dari Anusapati, putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung.[2]

Menurut Prasasti Kudadu (1294),tertulis bahwasanya Lembu Tal (ayah raden wijaya) adalah anak Narasinghamurti.

Menurut Prasasti Balawi (1305), Prasasti Sukamerta (1296), dan Kakawin Nagarakretagama, Raden Wijaya menikah dengan empat orang putri Kertanagara, raja terakhir Kerajaan Singhasari, yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri.

Dengan Tribhuwaneswari, Wijaya mempunyai seorang putra bernama, Jayanagara. Dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri. Putri sulung bernama Tribhuwana Wijayatunggadewi. Putri bungsu bernama Rajadewi Maharajasa.[3]

Mendirikan Desa Majapahit

Kematian Kertanagara

Menurut Prasasti Kudadu, pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang terhadap kekuasaan Kerajaan Singhasari. Raden Wijaya ditunjuk Kertanagara untuk menumpas pasukan Gelanggelang yang menyerang dari arah utara Singhasari. Raden Wijaya berhasil memukul mundur musuhnya. Namun pasukan pemberontak yang lebih besar datang dari arah selatan dan berhasil menewaskan Kertanagara.

Menyadari hal itu, Dyah Wijaya melarikan diri, berlindung ke Terung di sebelah utara Singhasari. Namun karena terus dikejar-kejar musuh ia kemudian pergi ke arah timur. Dengan bantuan kepala desa Kudadu, ia berhasil menyeberangi Selat Madura untuk bertemu Arya Wiraraja, penguasa Songeneb (nama lama Sumenep), penasehat raja Kertanegara yang merupakan murid dari Mahisa Campaka (Narasinghamurti), kakek Dyah Wijaya.

Hutan Tarik dan Desa Majapahit

Bersama Arya Wiraraja, Raden Wijaya merencanakan siasat untuk merebut kembali takhta dari tangan Jayakatwang. Wijaya berjanji, jika ia berhasil mengalahkan Jayakatwang, maka daerah kekuasaannya akan dibagi dua untuk dirinya dan Wiraraja. Siasat pertama pun dijalankan. Mula-mula, Wiraraja menyampaikan berita kepada Jayakatwang bahwa Wijaya menyatakan menyerah kalah. Jayakatwang yang telah membangun kembali kerajaan leluhurnya, yaitu Kerajaan Kadiri menerimanya dengan senang hati. Ia pun mengirim utusan untuk menjemput Wijaya di pelabuhan Jungbiru.

Siasat berikutnya, Wijaya meminta Hutan Tarik di sebelah timur Kadiri untuk dibangun sebagai kawasan perburuan. Wijaya mengaku ingin bermukim di sana. Jayakatwang yang gemar berburu segera mengabulkannya tanpa curiga. Wiraraja pun mengirim orang-orang Songeneb yang dipimpin oleh anaknya, Ranggalawe, untuk membantu Wijaya membuka hutan tersebut. Menurut Kidung Panji Wijayakrama, salah seorang Madura menemukan buah maja yang rasanya pahit. Oleh karena itu, desa pemukiman yang didirikan Wijaya tersebut pun diberi nama Majapahit.

Menjadi Raja Majapahit

Perang melawan Jayakatwang

Catatan Dinasti Yuan mengisahkan, pada tahun 1293, pasukan Mongol sebanyak 20.000 orang yang dipimpin Ike Mese, Kau Hsing dan Shih Pi mendarat di Jawa untuk menyerang Kertanagara, karena pada tahun 1289 Kertanagara telah melukai utusan yang dikirim Kubilai Khan raja Mongol.

Raden Wijaya memanfaatkan kedatangan pasukan Mongol ini untuk menghancurkan Jayakatwang. Ia pun mengajak Ike Mese untuk bekerjasama. Wijaya meminta bantuan untuk merebut kembali kekuasaan Wangsa Rajasa di Jawa dari tangan Jayakatwang, dan setelah itu baru ia bersedia menyatakan tunduk kepada bangsa Mongol.

Jayakatwang yang mendengar persekutuan Wijaya dan Ike Mese segera mengirim pasukan Kadiri untuk menghancurkan mereka. Namun pasukan itu justru berhasil dikalahkan oleh pihak Mongol. Selanjutnya, gabungan pasukan Mongol, Majapahit dan Madura bergerak menyerang Daha, ibu kota Kerajaan Kadiri. Jayakatwang akhirnya kalah dan ditawan bersama putranya Ardharaja dalam kapal Mongol.

Perang melawan Yuan-Mongol (Tartar)

Setelah Jayakatwang dikalahkan, Wijaya meminta izin pada pihak Mongol untuk kembali ke Majapahit mempersiapkan penyerahan dirinya. Ike Mese mengizinkannya tanpa curiga. Sesampainya di Canggu, Majapahit, Wijaya dan pasukannya membunuh para prajurit Mongol yang mengawalnya.

Pada 19 April 1293, Raden Wijaya memimpin pasukannya menyerang tentara Mongol. Tentara Mongol yang sedang berpesta di Daha diserbu oleh pasukan Majapahit. Setelah kehilangan 3.000 orang tentaranya, Ike Mese memutuskan mundur. Sisa pasukan Mongol akhirnya meninggalkan Jawa pada 24 April 1293.

Kemudian Wijaya menobatkan dirinya menjadi raja Majapahit yang pertama dengan gelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardana. Menurut Kidung Harsa Wijaya, penobatan tersebut terjadi pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, atau bertepatan dengan 12 November 1293.

Masa Pemerintahan

Dalam memerintah Majapahit, Raden Wijaya mengangkat para pengikutnya yang dulu setia dalam perjuangan. Arya Wiraraja dan Ranggalawe sebagai pasangguhan, Nambi diangkat sebagai patih Majapahit, Lembu Sora sebagai patih Daha.

Pada tahun 1294 Wijaya juga memberikan anugerah kepada pemimpin desa Kudadu di wilayah Gunung Butak yang dulu melindunginya saat pelarian menuju Pulau Madura. Raden Wijaya juga membentuk Dharmaputra, pasukan elit yang beranggotakan tujuh orang, yaitu Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa.

Pada tahun 1295, Raden Wijaya mengangkat anaknya, Jayanagara, sebagai yuwaraja atau raja muda di Kadiri atau Daha. Pemerintahannya diwakili oleh Lembu Sora yang disebutkan dalam Prasasti Pananggungan menjabat sebagai patih Daha.

Pemberontakan Ranggalawe

Pada tahun 1295 seorang tokoh licik bernama Mahapati menghasut Ranggalawe untuk memberontak. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan Nambi sebagai patih, dan menjadi perang saudara pertama yang melanda Majapahit. Setelah Ranggalawe tewas, Wiraraja mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pasangguhan. Ia menagih janji Wijaya tentang pembagian wilayah kerajaan. Wijaya mengabulkannya. Maka, sejak saat itu, wilayah kerajaan Majapahit terbagi menjadi dua, di mana Majapahit sebelah barat dikuasai oleh Wijaya dan di timur dikuasai oleh Wiraraja dengan ibu kota di Lamajang (nama lama Lumajang).

Pembunuhan Lembu Sora

Pada tahun 1300 terjadi peristiwa pembunuhan Lembu Sora, paman Ranggalawe. Pada saat pemberontakan Ranggalawe, Lembu Sora berada di pihak Majapahit. Namun, pada pertempuran Tambak Beras ketika Ranggalawe dibunuh dengan kejam oleh Kebo Anabrang, Sora yang merupakan paman Ranggalawe merasa tidak tahan, kemudian berbalik membunuh Anabrang.

Peristiwa terbunuhnya Kebo Anabrang dijadikan alasan oleh Mahapati untuk menghasut Nambi, bahwa Lembu Sora akan memberontak terhadap Majapahit, sehingga terjadi suasana perpecahan antara Lembu Sora dan Nambi. Pada puncaknya, Lembu Sora dan kedua kawannya, yaitu Gajah Biru dan Jurudemung tewas dibantai kelompok Nambi sewaktu dalam perjalanan menuju istana Majapahit.

Akhir Hayat

Menurut Nagarakretagama, Raden Dyah Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.[4] Ia dimakamkan di Antahpura dan dicandikan di Simping, Blitar, sebagai Harihara, atau perpaduan Wisnu dan Siwa.

Raden Dyah Wijaya digantikan Jayanagara sebagai raja penerusnya.

Silsilah Dyah Wijaya

Keluarga

Kakek

  • Mahisa Campaka, anak dari Mahisa Wonga Teleng, anak dari Ken Angrok dan Ken Dedes.[5]

Orang Tua

  • Dyah Lembu Tal, putra Mahisa Campaka (Narasinghamurti), penguasa Kediri bawahan Tumapel.

Permaisuri

  • Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari.

Selir

  • Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita.
  • Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita.
  • Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri.

Anak

Kepustakaan

  • Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
  • R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara

Referensi

  1. ^ https://historia.id/amp/kuno/articles/asal-usul-raden-wijaya-P14Rz
  2. ^ Slamet Mulyana, (1979). Nagarakretagama dan tafsir sejarahnya. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.[1]
  3. ^ Historia: Asal-usul Raden Wijaya.[2]
  4. ^ Riana, I. K. (2009). Kakawin dēśa warṇnana, uthawi, Nāgara kṛtāgama: masa keemasan Majapahit. Penerbit Buku Kompas.
  5. ^ Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 410.
Didahului oleh:
-
Raja Majapahit
1293–1309
Diteruskan oleh:
Jayanagara

Lihat pula