Revolusi Siam 1932: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Pierrewee (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4: Baris 4:


==Perspektif konvensional==
==Perspektif konvensional==
Tidak seperti negara-negara Asia Tenggara modern lainnya, [[Thailand]] tidak pernah secara resmi dijajah oleh kekuatan kolonial. Perspektif konvensional menghubungkan ini terhadap upaya yang dilakukan oleh penguasa [[Dinasti Chakri]], terutama [[Rama IV]] dan [[Rama V]], untuk "memodernisasi" dunia politik Siam, dan juga untuk budaya relatif dan homogenitas etnis bangsa Thai.<ref>{{harvp|Coast|1953|pp=1–2}}</ref><ref>{{harvp|Batson|1984|pp=1–14}}</ref><ref>{{harvp|Landon|1939|pp=1–8}}</ref><ref>{{harvp|Kruger|1964|pp=10–16}}</ref><ref>{{harvp|Van Praagh|1996|pp=41–43}}</ref> Rama IV (Raja [[Mongkut]]) membuka [[Siam]] untuk perdagangan Eropa dan memulai proses modernisasi. Putranya, Rama V (Raja Chulalongkorn), melakukan konsolidasi kendali negara terhadap negara bawahan Thailand dan menciptakan [[monarki absolut]] dan sebuah negara yang tersentralisasi. Namun, keberhasilan raja Chakri juga menabur benih untuk revolusi 1932 dan akhir dari monarki absolut. Mandat "modernisasi" dari atas telah menciptakan sebuah golongan orang Thai berpendidikan Barat pada awal abad ke-20 (tidak harus berakar pada nilai-nilai demokrasi, dengan beberapa condong ke arah otoritarianisme) di kalangan orang biasa dan kelas bangsawan rendah. Hal ini dipengaruhi oleh cita-cita revolusi Perancis dan Rusia dan mengangkat jajaran menengah dan bawah dari birokrasi Siam yang baru lahir.<ref>{{harvp|Kesboonchoo Mead|2004|pp=67–92}}</ref>
Tidak seperti negara-negara Asia Tenggara modern lainnya, [[Thailand]] tidak pernah secara resmi dijajah oleh kekuatan kolonial. Perspektif konvensional menghubungkan ini terhadap upaya yang dilakukan oleh penguasa [[Dinasti Chakri]], terutama [[Rama IV]] dan [[Rama V]], untuk "memodernisasi" dunia politik Siam, dan juga untuk budaya relatif dan homogenitas etnis bangsa Thai.<ref>{{harvp|Coast|1953|pp=1–2}}</ref><ref>{{harvp|Batson|1984|pp=1–14}}</ref><ref>{{harvp|Landon|1939|pp=1–8}}</ref><ref>{{harvp|Kruger|1964|pp=10–16}}</ref><ref>{{harvp|Van Praagh|1996|pp=41–43}}</ref> Rama IV (Raja [[Mongkut]]) membuka [[Siam]] untuk perdagangan Eropa dan memulai proses modernisasi. Putranya, Rama V (Raja Chulalongkorn), melakukan konsolidasi kendali negara terhadap negara bawahan Thailand dan menciptakan [[monarki absolut]] dan sebuah negara yang tersentralisasi. Namun, keberhasilan raja Chakri juga menabur bibit untuk revolusi 1932 dan akhir dari monarki absolut. Mandat "modernisasi" dari atas telah menciptakan sebuah golongan orang Thai berpendidikan Barat pada awal abad ke-20 (tidak harus berakar pada nilai-nilai demokrasi, dengan beberapa condong ke arah otoritarianisme) di kalangan orang biasa dan kelas bangsawan rendah. Hal ini dipengaruhi oleh cita-cita revolusi Perancis dan Rusia dan mengangkat jajaran menengah dan bawah dari birokrasi Siam yang baru lahir.<ref>{{harvp|Kesboonchoo Mead|2004|pp=67–92}}</ref>
Elit baru ini akhirnya membentuk [[Khana Ratsadon|Partai Rakyat]] yang menyediakan inti dari revolusi 1932.
Elit baru ini akhirnya membentuk [[Khana Ratsadon|Partai Rakyat]] yang menyediakan inti dari revolusi 1932.



Revisi per 1 November 2016 07.35

Tentara menunggu perintah di Alun-alun Kerajaan, 24 Juni 1932

Revolusi Siam 1932 atau Kudeta Siam 1932 (Thai: การปฏิวัติสยาม พ.ศ. 2475 atau การ เปลี่ยนแปลง การ ปกครอง สยาม พ.ศ. 2475) adalah titik balik krusial dalam sejarah Thailand pada abad ke-20. Revolusi tersebut, sebuah kudeta, adalah suatu transisi hampir tak berdarah pada tanggal 24 Juni 1932, yang mengubah sistem pemerintahan di Siam dari monarki absolut ke monarki konstitusional. "Revolusi" itu dilakukan oleh sekelompok relatif kecil militer dan sipil, yang membentuk partai politik pertama Siam, Khana Ratsadon (Partai Rakyat). Revolusi mengakhiri 150 tahun absolutisme di bawah Dinasti Chakri dan hampir 700 tahun kekuasaan mutlak raja sepanjang sejarah Thailand. Hal ini merupakan hasil dari perubahan sejarah global serta perubahan sosial dan politik dalam negeri. Hal ini juga mengakibatkan rakyat Siam memperoleh konstitusi pertama mereka.

Perspektif konvensional

Tidak seperti negara-negara Asia Tenggara modern lainnya, Thailand tidak pernah secara resmi dijajah oleh kekuatan kolonial. Perspektif konvensional menghubungkan ini terhadap upaya yang dilakukan oleh penguasa Dinasti Chakri, terutama Rama IV dan Rama V, untuk "memodernisasi" dunia politik Siam, dan juga untuk budaya relatif dan homogenitas etnis bangsa Thai.[1][2][3][4][5] Rama IV (Raja Mongkut) membuka Siam untuk perdagangan Eropa dan memulai proses modernisasi. Putranya, Rama V (Raja Chulalongkorn), melakukan konsolidasi kendali negara terhadap negara bawahan Thailand dan menciptakan monarki absolut dan sebuah negara yang tersentralisasi. Namun, keberhasilan raja Chakri juga menabur bibit untuk revolusi 1932 dan akhir dari monarki absolut. Mandat "modernisasi" dari atas telah menciptakan sebuah golongan orang Thai berpendidikan Barat pada awal abad ke-20 (tidak harus berakar pada nilai-nilai demokrasi, dengan beberapa condong ke arah otoritarianisme) di kalangan orang biasa dan kelas bangsawan rendah. Hal ini dipengaruhi oleh cita-cita revolusi Perancis dan Rusia dan mengangkat jajaran menengah dan bawah dari birokrasi Siam yang baru lahir.[6] Elit baru ini akhirnya membentuk Partai Rakyat yang menyediakan inti dari revolusi 1932.

Referensi

  1. ^ Coast (1953), hlm. 1–2
  2. ^ Batson (1984), hlm. 1–14
  3. ^ Landon (1939), hlm. 1–8
  4. ^ Kruger (1964), hlm. 10–16
  5. ^ Van Praagh (1996), hlm. 41–43
  6. ^ Kesboonchoo Mead (2004), hlm. 67–92