Sektor tersier: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 31 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q55638
Membatalkan suntingan berniat baik oleh 180.244.166.139 (bicara) ()
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(14 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{unreferenced|date=Maret 2010}}
{{unreferenced|date=Maret 2010}}


'''Sektor [[ekonomi]] tersier''' (juga dikenal sebagai '''sektor jasa''' atau '''industri jasa''') adalah satu dari tiga sektor ekonomi, yang lainnya adalah [[sektor sekunder]] ([[manufaktur]]) dan [[sektor primer]] ([[pertambangan]], [[pertanian]] dan [[perikanan]]). Definisi umum sektor tersier adalah menghasilkan suatu jasa daripada [[produk akhir]] seperti sektor sekunder. Kadang sebuah sekotar tambahan, "[[sekotr kuartener]]", diartikan sebagai berbagi informasi (yang secara normal dimiliki oleh sektor tersier).
'''Sektor tersier''' (juga dikenal sebagai '''sektor jasa''' atau '''industri jasa''') adalah satu dari tiga [[sektor ekonomi]]. Dalam ekonomi, sektor tersier merupakan lapangan pekerjaan yang saling berkaitan dengan dua sektor ekonomi lainnnya yaitu [[sektor sekunder]] ([[manufaktur]]) dan [[sektor primer]] ([[pertambangan]], [[pertanian]] dan [[perikanan]]).<ref>{{Cite book|last=Fatihudin|first=Didin|date=2019|url=http://repository.um-surabaya.ac.id/3246/9/(23)Buku_Membedah_Investasi_Manuai_Geliat_Ekonomi_(fulltexs).pdf|title=Membedah Investasi, Menuai Geliat Ekonomi|location=Sleman|publisher=Deepublish|isbn=978-623-209-360-7|pages=53|url-status=live}}</ref> Definisi umum mengenai sektor tersier adalah sektor ekonomi yang bergerak dalam kegiatan menghasilkan suatu [[jasa]]. Sektor tersier tidak mengutamakan [[produksi]] terhadap [[produk]] akhir seperti halnya pada sektor sekunder. Terkadang sebuah sektor tambahan yaitu [[sektor kuartener]], diartikan sebagai berbagi [[informasi]]. Perolehan informasi secara normal berasal dan dimiliki oleh sektor tersier.


[[Bisnis]] sektor jasa yang semakin meningkat berfokus pada ide [[ekonomi]] [[pengetahuan]]. Kegiatan ekonomi berlangsung dengan memahami apa yang diinginkan [[konsumen]] dan cara memenuhi kepuasan konsumen dengan kondisi yang efektif dan efisien. Satu contoh baik dari hal ini ialah [[industri]] [[Bank|perbankan]] yang telah mengalami perubahan besar beberapa tahun belakangan ini. Menggunakan [[teknologi informasi]] dan [[komunikasi]], bank dengan cepat mengurangi jumlah [[tenaga kerja]] yang dibutuhkan. Banyak [[komunitas]] bank dan [[bangunan]] telah bergabung untuk membentuk bisnis yang lebih mudah yang mampu menghasilkan lebih banyak keuntungan dari basis pengguna luas. Kunci proses ini adalah memperoleh informasi mengenai pengguna jasa dan memberikan mereka produk-produk baru.
Bisnis sektor jasa yang semakin meningkat berfokus pada ide "ekonomi pengetahuan", dengan memahami apa yang diinginkan konsumen dan bagaimana mengirimkannya dengan cepat dan efisien.


== Analisa ==
Satu contoh baik dari hal ini ialah [[industri perbankan]] yang telah mengalami perubahan besar beberapa tahun belakangan ini. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, bank dengan cepat mengurangi jumlah staf yang dibutuhkan. Banyak komunitas bank dan bangnuan telah bergabung untuk membentuk bisnis yang lebih "ramping" yang mampu menghasilkan lebih banyak keuntungan dari basis pengguna luas. Kunci proses ini adalah memperoleh informasi mengenai pengguna jasa dan memberikan mereka produk-produk baru.


=== Upah tenaga kerja ===
{{ekonomi-stub}}
[[Upah]] [[tenaga kerja]] pada sektor tersier umumnya dipengaruhi oleh tingkat [[pendidikan]] yang telah ditempuh oleh tenaga kerja. Tingkat upah tenaga kerja pada sektor tersier umumnya berbading lurus dengan tingkat pendidikan dari tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka upah semakin tinggi pula. Penyebab adanya perbedaan upah tenaga kerja ialah adanya pandangan bahwa [[kemampuan]] atau keahlian tenaga kerja diukur dengan tingkat pendidikan. Jenjang pendidikan menjadi cara mudah untuk menentukan upah yang harus dibayarkan atas keterampilan atau keahlian tenaga kerja. Selain itu, pada sektor tersier kesempatan kerja dari tenaga kerja yang menempuh [[perguruan tinggi]] lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak menempuh perguruan tinggi.<ref>{{Cite book|url=http://pusbindiklatren.bappenas.go.id/file/bukuterbit/BUKU%2003_EKONOMI%20PEMBANGUNAN%20(full).pdf|title=Direktori Mini Tesis-Disertasi Ekonomi Pembangunan|location=Jakarta Pusat|publisher=Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia|isbn=978-623-91602-1-0|editor-last=Guspika, dkk.|pages=97|url-status=live}}</ref>

== Manfaat ==

=== Pembangunan ekonomi berbasis agribisnis ===
Pengelolaan sektor tersier secara tepat bersama dengan [[sektor primer]] dan [[sektor sekunder]] dapat menghasilkan sistem perekonomian yang mengarah pada [[pembangunan ekonomi]]. Sektor tersier yang berdaya saing dan memiliki kemampuan produksi yang tinggi dapat dikelola melalui [[agribisnis]]. Pembangunan ekonomi bersifat saling berhubungan satu sama lain di antara [[wilayah]]-wilayah dalam suatu negara.<ref>{{Cite book|last=Sinaga|first=Obsatar|date=2010|url=http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/liberalisasi_perdagangan_agro_o.pdf|title=Liberalisasi Perdagangan Agro: Kesiapan Jawa Barat dalam Implementasi AFTA|location=Bandung|publisher=Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Bandung|isbn=978-602-9015-01-0|editor-last=Tim Editor M63 Foundation|pages=72|url-status=live}}</ref>

== Fenomena ==

=== Transformasi struktural ===
Sektor tersier umumnya mulai menggantikan peran sektor primer pada masa peralihan [[sistem perekonomian]] dari ekonomi [[tradisi]]onal menjadi ekonomi [[modern]]. Peralihan ini dikenal sebagai [[fenomena]] transformasi struktural. Kegiatan ekonomi beralih dari sektor primer menuju ke sektor sekunder hingga ke sektor tersier. Pengurangan peran ditandai dengan beralihnya [[tenaga kerja]]<nowiki/>dan investasi dari sektor primer menuju ke sektor sekunder atau tersier. Pengurangan peran pada sektor primer merupakan salah satu metode pencapaian [[pertumbuhan ekonomi]] yang disertai dengan transformasi struktural. Tenaga kerja dialihkan dari sektor dengan [[produktivitas]] rendah ke sektor dengan produktivitas tinggi.<ref>{{Cite book|last=Daryanto, A., dkk.|date=2015|url=https://media.neliti.com/media/publications/48499-ID-transformasi-struktural-usahatani-dan-petani-indonesia.pdf|title=Analisis Tematik ST2013 Subsektor: Transformasi Struktural Usahatani dan Petani Indonesia|location=Jakarta|publisher=Badan Pusat Statistik|isbn=978-979-064-870-8|editor-last=Yuwono|editor-first=Margo|pages=3|url-status=live}}</ref>

== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Sektor ekonomi|Tersier]]
[[Kategori:Industri]]

Revisi terkini sejak 27 Maret 2024 21.01

Sektor tersier (juga dikenal sebagai sektor jasa atau industri jasa) adalah satu dari tiga sektor ekonomi. Dalam ekonomi, sektor tersier merupakan lapangan pekerjaan yang saling berkaitan dengan dua sektor ekonomi lainnnya yaitu sektor sekunder (manufaktur) dan sektor primer (pertambangan, pertanian dan perikanan).[1] Definisi umum mengenai sektor tersier adalah sektor ekonomi yang bergerak dalam kegiatan menghasilkan suatu jasa. Sektor tersier tidak mengutamakan produksi terhadap produk akhir seperti halnya pada sektor sekunder. Terkadang sebuah sektor tambahan yaitu sektor kuartener, diartikan sebagai berbagi informasi. Perolehan informasi secara normal berasal dan dimiliki oleh sektor tersier.

Bisnis sektor jasa yang semakin meningkat berfokus pada ide ekonomi pengetahuan. Kegiatan ekonomi berlangsung dengan memahami apa yang diinginkan konsumen dan cara memenuhi kepuasan konsumen dengan kondisi yang efektif dan efisien. Satu contoh baik dari hal ini ialah industri perbankan yang telah mengalami perubahan besar beberapa tahun belakangan ini. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, bank dengan cepat mengurangi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Banyak komunitas bank dan bangunan telah bergabung untuk membentuk bisnis yang lebih mudah yang mampu menghasilkan lebih banyak keuntungan dari basis pengguna luas. Kunci proses ini adalah memperoleh informasi mengenai pengguna jasa dan memberikan mereka produk-produk baru.

Analisa[sunting | sunting sumber]

Upah tenaga kerja[sunting | sunting sumber]

Upah tenaga kerja pada sektor tersier umumnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh tenaga kerja. Tingkat upah tenaga kerja pada sektor tersier umumnya berbading lurus dengan tingkat pendidikan dari tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka upah semakin tinggi pula. Penyebab adanya perbedaan upah tenaga kerja ialah adanya pandangan bahwa kemampuan atau keahlian tenaga kerja diukur dengan tingkat pendidikan. Jenjang pendidikan menjadi cara mudah untuk menentukan upah yang harus dibayarkan atas keterampilan atau keahlian tenaga kerja. Selain itu, pada sektor tersier kesempatan kerja dari tenaga kerja yang menempuh perguruan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak menempuh perguruan tinggi.[2]

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Pembangunan ekonomi berbasis agribisnis[sunting | sunting sumber]

Pengelolaan sektor tersier secara tepat bersama dengan sektor primer dan sektor sekunder dapat menghasilkan sistem perekonomian yang mengarah pada pembangunan ekonomi. Sektor tersier yang berdaya saing dan memiliki kemampuan produksi yang tinggi dapat dikelola melalui agribisnis. Pembangunan ekonomi bersifat saling berhubungan satu sama lain di antara wilayah-wilayah dalam suatu negara.[3]

Fenomena[sunting | sunting sumber]

Transformasi struktural[sunting | sunting sumber]

Sektor tersier umumnya mulai menggantikan peran sektor primer pada masa peralihan sistem perekonomian dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi modern. Peralihan ini dikenal sebagai fenomena transformasi struktural. Kegiatan ekonomi beralih dari sektor primer menuju ke sektor sekunder hingga ke sektor tersier. Pengurangan peran ditandai dengan beralihnya tenaga kerjadan investasi dari sektor primer menuju ke sektor sekunder atau tersier. Pengurangan peran pada sektor primer merupakan salah satu metode pencapaian pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan transformasi struktural. Tenaga kerja dialihkan dari sektor dengan produktivitas rendah ke sektor dengan produktivitas tinggi.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Fatihudin, Didin (2019). Membedah Investasi, Menuai Geliat Ekonomi (PDF). Sleman: Deepublish. hlm. 53. ISBN 978-623-209-360-7. 
  2. ^ Guspika, dkk. (ed.). Direktori Mini Tesis-Disertasi Ekonomi Pembangunan (PDF). Jakarta Pusat: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia. hlm. 97. ISBN 978-623-91602-1-0. 
  3. ^ Sinaga, Obsatar (2010). Tim Editor M63 Foundation, ed. Liberalisasi Perdagangan Agro: Kesiapan Jawa Barat dalam Implementasi AFTA (PDF). Bandung: Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Bandung. hlm. 72. ISBN 978-602-9015-01-0. 
  4. ^ Daryanto, A., dkk. (2015). Yuwono, Margo, ed. Analisis Tematik ST2013 Subsektor: Transformasi Struktural Usahatani dan Petani Indonesia (PDF). Jakarta: Badan Pusat Statistik. hlm. 3. ISBN 978-979-064-870-8.