Sentimentalitas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
Jarenesopotoyo (bicara | kontrib)
Akibat dari sentimentalitas.
Tag: Dikembalikan VisualEditor-alih
Baris 1: Baris 1:
'''Sentimentalitas''' awalnya mengindikasikan ketergantungan pada perasaan sebagai sebuah panduan untuk kebenaran, tetapi dalam penggunaan sekarang istilah tersebut umumnya mengkonotasikan sebuah ketergantungan pada emosi yang dangkal dan tidak rumit.<ref>Serafin and Bendixen, p. 1014</ref>
'''Sentimentalitas''' awalnya mengindikasikan ketergantungan pada perasaan sebagai sebuah panduan untuk kebenaran, tetapi dalam penggunaan sekarang istilah tersebut umumnya mengkonotasikan sebuah ketergantungan pada emosi yang dangkal dan tidak rumit.<ref>Serafin and Bendixen, p. 1014</ref>

Akibat dari sentimentalitas yang tidak terkendali, timbul perselisihan konflik yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk memperjuangkan status, kekuasaan, [[otoritas]] dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan menundukkan saingannya.


==Catatan==
==Catatan==

Revisi per 22 Maret 2024 03.15

Sentimentalitas awalnya mengindikasikan ketergantungan pada perasaan sebagai sebuah panduan untuk kebenaran, tetapi dalam penggunaan sekarang istilah tersebut umumnya mengkonotasikan sebuah ketergantungan pada emosi yang dangkal dan tidak rumit.[1]

Akibat dari sentimentalitas yang tidak terkendali, timbul perselisihan konflik yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk memperjuangkan status, kekuasaan, otoritas dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan menundukkan saingannya.

Catatan

  1. ^ Serafin and Bendixen, p. 1014

Referensi

  • Alvarez, A. (1967). Introduction to A Sentimental Journey, by Laurence Sterne. London: Penguin.
  • Anderson, Digby, and Peter Mullen, eds., Faking It (1988).
  • Berlant, Lauren Gail (2008). The Female Complaint: The Unfinished Business of Sentimentality in American Culture. Durham: Duke University Press.
  • Booth, Wayne (1983). The Rhetoric of Fiction.
  • Ciardi, John (1959). How Does a Poem Mean? Boston: Houghton Mifflin.
  • Cupchik, G. C. and J. Laszlo (1992). Emerging Visions of the Aesthetic Process: Psychology, Semiology, and Philosophy. New York: Cambridge University Press.
  • Fitter, Chris (1995). Poetry, Space, Landscape: Toward a New Theory. New York: Cambridge University Press.
  • Fukuyama, Francis (1999). The Great Disruption: Human Nature and the Reconstitution of Social Order. New York: Free Press.
  • Johnson, Edgar (1952). Charles Dickens: His Tragedy and Triumph. New York.
  • Lacey, M. J., and P. Wilkin (2005). Global Politics in the Information Age.
  • LeRoy, Gaylord (1941). Hutton, Richard Holt, (1906). "The Genius of Dickens" (Brief Literary Criticisms, p 56f) as quoted in Gaylord C. LeRoy, "Richard Holt Hutton" PMLA 56.3 (September 1941:809-840) p. 831.
  • O'Neill, John (1972). Sociology as a Skin Trade.
  • Ousby, Ian (1995). The Cambridge Guide to Literature in English. Cambridge.
  • Richards, I. A. (1930). Practical Criticism: A Study of Literary Judgment.
  • Serafin, S. R., and A. Bendixen (1999). Encyclopedia of American Literature. Continuum.
  • Stott, William (1986). Documentary Expression and Thirties America.
  • Wheen, Francis (2004). How Mumbo-Jumbo Conquered the World London. p. 207-208.
  • Wilde, Oscar (1905). "De Profundis"
  • Wilkie, Brian (1967). "What Is Sentimentality?" College English 28.8 [May:564-575]

Bacaan tambahan

Templat:Emotion-footer