Sinar matahari: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 36.82.177.9 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 36.83.138.112
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(18 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Weg zum Weißen Hirsch.jpg|jmpl|Sinar matahari]]
{{referensi}}
'''Sinar matahari''' atau '''[[Penyinaran surya|radiasi matahari]]''' adalah [[sinar]] yang berasal dari cahaya [[Matahari]]. Produk yang dihasilkan oleh sinar matahari adalah beberpa jenis [[Ultraungu|sinar ultraungu]]. [[Tumbuhan]] menggunakan sinar matahari untuk mengadakan [[fotosintesis]] dan membuat [[makanan]] bagi dirinya sendiri. Sinar matahari bisa berakibat baik maupun buruk kepada [[kesehatan]] manusia. Sinar matahari membantu [[tubuh manusia]] untuk memproduksi [[vitamin D]]. Namun, sinar matahari juga dapat menyebabkan degradasi [[stirofoam]] dan memicu [[kanker]] pada tubuh manusia. Sinar matahari juga dapat dimanfaatkan sebagai [[energi surya]] untuk menghasilkan [[energi listrik]].Cahaya matahari memiliki partikel-partikel energi yang disebut “foton”. Foton adalah partikel elementer dalam sebuah fenomena elektromagnetik. Foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik. Foton juga dapat diartikan sebagai energi terkuantitasi.
[[Berkas:Weg zum Weißen Hirsch.jpg|thumb|Cahaya matahari]]
'''Sinar matahari''' atau '''radiasi matahari''' adalah [[sinar]] yang berasal dari [[Matahari]]. [[Tanaman]] menggunakan cahaya matahari untuk ber[[fotosintesis]] dan membuat makanan. Tanpa cahaya matahari, takkan ada kehidupan di [[bumi]].


== Produksi ==
Sinar matahari bisa berakibat baik maupun buruk kepada [[kesehatan]] seseorang. Dalam terang, [[tubuh manusia]] memproduksi [[vitamin D]] sendiri. Terlalu lama terpajan sinar matahari bisa menyebabkan [[kulit]] terbakar.
Sinar matahari dengan [[intensitas cahaya]] yang tinggi terjadi di kawasan [[khatulistiwa]] yang masuk bagian dari kawasan tropis. Paparannya dalam bentuk sinar ultraungu.<ref>{{Cite journal|last=Edlia Fadilah Mumtazah et al.|date=2020|title=Pengetahuan Mengenai Sunscreen dan Bahaya Paparan Sinar Matahari Serta Perilaku Mahasiswa Teknik Sipil Terhadap Penggunaan Sunscreen|url=https://e-journal.unair.ac.id/JFK/article/view/21807/11958|journal=Jurnal Farmasi Komunitas|volume=7|issue=2|pages=64}}</ref> Bentuk sinar ultraungu yang dihasilkan oleh sinar matahari terbagi 3, yaitu sinar ultraungu A, sinar ultraungu B, dan sinar ultraungu C.<ref>{{Cite journal|last=Abdiana, R., dan Anggraini, D. I.|date=November 2017|title=Rambut Jagung (Zea mays L.) sebagai Alternatif Tabir Surya|url=http://repository.lppm.unila.ac.id/8421/1/1741-2448-1-PB.pdf|journal=Majority|volume=7|issue=1|pages=31}}</ref>


== Manfaat ==
Tanaman memerlukan cahaya matahari tumbuh [[hijau]]. Dengan [[air]] tanpa cahaya matahari, tanaman akan tumbuh tinggi dengan cepat, namun akan terlihat [[kuning]] dan [[dehidrasi|kekurangan air]], meskipun saat disentuh, [[daun]]nya teraba amat basah.


=== Mendukung proses fotosintesis ===
Sinar matahari merupakan salah satu kebutuhan dalam proses [[fotosintesis]] bersama dengan air dan [[karbon dioksida]].<ref>{{Cite book|last=LingkarKata|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Pintar_Tumbuhan/_920DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&printsec=frontcover|title=Buku Pintar Tumbuhan|location=Jakarta|publisher=PT Elex Media Komputindo|isbn=978-623-00-0134-5|editor-last=Wibowo|editor-first=Joko|pages=4|url-status=live}}</ref> Tanaman memerlukan sinar matahari agar tumbuh [[hijau]]. Keberadaan [[air]] tanpa sinar matahari akan mampu membuat tumbuhan tumbuh tinggi dengan cepat, tetapi akan terlihat [[kuning]] dan [[dehidrasi|kekurangan air]]. Daun tumbuhan yang tidak terkena sinar matahari akan terasa basah saat disentuh.

=== Konversi energi listrik ===
Sinar matahari mengandung [[foton]] yang dapat diubah menjadi [[energi listrik]]. Caranya dengan menyerap foton ke dalam hamparan [[semikonduktor]] yang merupakan rancangan umum bagi [[sel surya]].<ref>{{Cite journal|last=Sucipta, M., Ahmad, F., dan Astawa, K.|date=Oktober 2015|title=Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar|url=http://eprints.ulm.ac.id/624/1/KE-44.pdf|journal=Prosiding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV|pages=1|isbn=978-602-73732-0-4}}</ref>

=== Sumber vitamin D ===
Sinar matahari yang terpapar pada tubuh di pagi hari memberikan manfaat dalam penyediaan [[vitamin D]] bagi kesehatan tulang. Pada pagi hari, sinar matahari yang terpapar ke kulit akan diubah menjadi vitamin D oleh kolesterol yang ada di bawah permukaan kulit.<ref>{{Cite journal|last=Fitria, C. N., dan Prabowo, A.|date=September 2016|title=Efektivfitas Paparan Ultra Violet Sinar Matahari Terhadap Kepadatan Massa Tulang dan Kadar Kolesterol pada Lansia|url=https://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/128/112|journal=Profesi|volume=14|issue=1|pages=2}}</ref>

== Dampak ==

=== Degradasi stirofoam ===
[[Stirofoam]] umumnya digunakan sebagai bahan pembuat kemasan makanan dan minuman. Di dalam stirofoam pada dasarnya terkandung [[polimer]] yang mudah terdegradasi. Sinar matahari mampu mendegradasi polimer pada stirofoam menjadi monopolimer yang disebut [[stirena]]. Reaksi antara stirena dengan oksiden menghasilkan stirena oksida yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Stirena oksida diketahui sebagai pemicu sel [[kanker]] di dalam tubuh manusia.<ref>{{Cite journal|last=Sumari, dkk.|date=2019|title=Efek Radiasi Sinar Matahari dan Sinar Ultra Violet pada Plastik Styrofoam Kemasan Makanan dan Minuman|url=https://www.researchgate.net/publication/338173531_Efek_Radiasi_Sinar_Matahari_dan_Sinar_Ultra_Violet_pada_Plastik_Styrofoam_Kemasan_Makanan_dan_Minuman|journal=Journal Cis-Trans|volume=3|issue=1|pages=24}}</ref>

=== Memicu kanker ===
Sinar ultraungu B yang dihasilkan oleh sinar matahari memberikan bantuan bagi [[kulit]] dalam produksi vitamin D3. Vitamin D3 ini bermanfaat bagi penguatan kekebalan tubuh.<ref>{{Cite journal|last=Ristanto, S., Huda, C., dan Kurniawan, A. F.|date=2021|title=Pengukuran Indeks Ultraviolet Matahari dan Atenuasinya oleh Beberapa Bahan untuk Rekomendasi Waktu Aman Berjemur|url=https://jurnal.uns.ac.id/ijap/article/view/52753/33183|journal=Indonesian Journal of Applied Physics|volume=11|issue=2|pages=249}}</ref> Namun, terdapat efek samping pada kulit yang terpapar sinar ultraungu B dalam jangka waktu yang lama. Beberapa di antaranya adalah [[kanker kulit]] dan pigmentasi eritema.<ref>{{Cite journal|last=Muliani|date=Juni 2021|title=Waktu Berjemur Terbaik Guna Meningkatkan Vitamin D dalam Pencegahan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)|url=https://jurnal.poltekkes-kemenkes-bengkulu.ac.id/index.php/jmk/article/download/622/310|journal=JMK: Jurnal Media Kesehatan|volume=14|issue=1|pages=67}}</ref>

== Referensi ==
<references />
{{commonscat|Sunlight}}
{{commonscat|Sunlight}}


{{astronomi-stub}}
{{Topik Matahari}}
{{Topik Matahari}}

[[Kategori:Cahaya|Matahari]]
[[Kategori:Cahaya|Matahari]]
[[Kategori:Matahari]]
[[Kategori:Matahari]]

[[no:Sollys]]

Revisi terkini sejak 24 Oktober 2023 12.12

Sinar matahari

Sinar matahari atau radiasi matahari adalah sinar yang berasal dari cahaya Matahari. Produk yang dihasilkan oleh sinar matahari adalah beberpa jenis sinar ultraungu. Tumbuhan menggunakan sinar matahari untuk mengadakan fotosintesis dan membuat makanan bagi dirinya sendiri. Sinar matahari bisa berakibat baik maupun buruk kepada kesehatan manusia. Sinar matahari membantu tubuh manusia untuk memproduksi vitamin D. Namun, sinar matahari juga dapat menyebabkan degradasi stirofoam dan memicu kanker pada tubuh manusia. Sinar matahari juga dapat dimanfaatkan sebagai energi surya untuk menghasilkan energi listrik.Cahaya matahari memiliki partikel-partikel energi yang disebut “foton”. Foton adalah partikel elementer dalam sebuah fenomena elektromagnetik. Foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik. Foton juga dapat diartikan sebagai energi terkuantitasi.

Produksi[sunting | sunting sumber]

Sinar matahari dengan intensitas cahaya yang tinggi terjadi di kawasan khatulistiwa yang masuk bagian dari kawasan tropis. Paparannya dalam bentuk sinar ultraungu.[1] Bentuk sinar ultraungu yang dihasilkan oleh sinar matahari terbagi 3, yaitu sinar ultraungu A, sinar ultraungu B, dan sinar ultraungu C.[2]

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Mendukung proses fotosintesis[sunting | sunting sumber]

Sinar matahari merupakan salah satu kebutuhan dalam proses fotosintesis bersama dengan air dan karbon dioksida.[3] Tanaman memerlukan sinar matahari agar tumbuh hijau. Keberadaan air tanpa sinar matahari akan mampu membuat tumbuhan tumbuh tinggi dengan cepat, tetapi akan terlihat kuning dan kekurangan air. Daun tumbuhan yang tidak terkena sinar matahari akan terasa basah saat disentuh.

Konversi energi listrik[sunting | sunting sumber]

Sinar matahari mengandung foton yang dapat diubah menjadi energi listrik. Caranya dengan menyerap foton ke dalam hamparan semikonduktor yang merupakan rancangan umum bagi sel surya.[4]

Sumber vitamin D[sunting | sunting sumber]

Sinar matahari yang terpapar pada tubuh di pagi hari memberikan manfaat dalam penyediaan vitamin D bagi kesehatan tulang. Pada pagi hari, sinar matahari yang terpapar ke kulit akan diubah menjadi vitamin D oleh kolesterol yang ada di bawah permukaan kulit.[5]

Dampak[sunting | sunting sumber]

Degradasi stirofoam[sunting | sunting sumber]

Stirofoam umumnya digunakan sebagai bahan pembuat kemasan makanan dan minuman. Di dalam stirofoam pada dasarnya terkandung polimer yang mudah terdegradasi. Sinar matahari mampu mendegradasi polimer pada stirofoam menjadi monopolimer yang disebut stirena. Reaksi antara stirena dengan oksiden menghasilkan stirena oksida yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Stirena oksida diketahui sebagai pemicu sel kanker di dalam tubuh manusia.[6]

Memicu kanker[sunting | sunting sumber]

Sinar ultraungu B yang dihasilkan oleh sinar matahari memberikan bantuan bagi kulit dalam produksi vitamin D3. Vitamin D3 ini bermanfaat bagi penguatan kekebalan tubuh.[7] Namun, terdapat efek samping pada kulit yang terpapar sinar ultraungu B dalam jangka waktu yang lama. Beberapa di antaranya adalah kanker kulit dan pigmentasi eritema.[8]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Edlia Fadilah Mumtazah; et al. (2020). "Pengetahuan Mengenai Sunscreen dan Bahaya Paparan Sinar Matahari Serta Perilaku Mahasiswa Teknik Sipil Terhadap Penggunaan Sunscreen". Jurnal Farmasi Komunitas. 7 (2): 64. 
  2. ^ Abdiana, R., dan Anggraini, D. I. (November 2017). "Rambut Jagung (Zea mays L.) sebagai Alternatif Tabir Surya" (PDF). Majority. 7 (1): 31. 
  3. ^ LingkarKata (2019). Wibowo, Joko, ed. Buku Pintar Tumbuhan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hlm. 4. ISBN 978-623-00-0134-5. 
  4. ^ Sucipta, M., Ahmad, F., dan Astawa, K. (Oktober 2015). "Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV: 1. ISBN 978-602-73732-0-4. 
  5. ^ Fitria, C. N., dan Prabowo, A. (September 2016). "Efektivfitas Paparan Ultra Violet Sinar Matahari Terhadap Kepadatan Massa Tulang dan Kadar Kolesterol pada Lansia". Profesi. 14 (1): 2. 
  6. ^ Sumari, dkk. (2019). "Efek Radiasi Sinar Matahari dan Sinar Ultra Violet pada Plastik Styrofoam Kemasan Makanan dan Minuman". Journal Cis-Trans. 3 (1): 24. 
  7. ^ Ristanto, S., Huda, C., dan Kurniawan, A. F. (2021). "Pengukuran Indeks Ultraviolet Matahari dan Atenuasinya oleh Beberapa Bahan untuk Rekomendasi Waktu Aman Berjemur". Indonesian Journal of Applied Physics. 11 (2): 249. 
  8. ^ Muliani (Juni 2021). "Waktu Berjemur Terbaik Guna Meningkatkan Vitamin D dalam Pencegahan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)". JMK: Jurnal Media Kesehatan. 14 (1): 67.