Songkok: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Inufact (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Surijeal (bicara | kontrib)
Dikembalikan ke revisi 24793901 oleh Surijeal (bicara): Reverted to changes made before vandalism by a blocked user (TW)
Tag: Pembatalan
 
(7 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Soekarno.jpg|ka|jmpl|150px|[[Sukarno]] memakai songkok]]
{{about|penutup kepala asal dinasti Song|penutup kepala asal Fez|Peci|penutup kepala asal Kufah|Kopiah}}
[[Berkas:Malay Regiment at bayonet practice.jpg|ka|jmpl|180px|Gambar resimen Melayu memakai songkok ketika latihan]]
{{Infobox clothing type
[[Berkas:Songkok Guru.jpg|ka|jmpl|180px|Gambar Songkok khas [[suku Makassar]]]]
| name = Songkok
'''Songkok''', '''peci''', atau '''kopiah''' adalah topi yang banyak dipakai di [[Brunei Darussalam|Brunei]], [[Indonesia]], [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Filipina]] selatan, dan [[Thailand]] selatan, paling umum di kalangan pria Muslim. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, songkok adalah penutup kepala kaum lelaki yang terbuat dari bahan kain beludru.<ref>{{Cite web|title=Arti kata songkok - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online|url=https://kbbi.web.id/songkok|website=kbbi.web.id|access-date=2022-04-26}}</ref> Di Indonesia, peci juga diasosiasikan dengan gerakan nasionalis.<ref name="yahoo">{{cite web|author=Hendri F. Isnaeni|date=10 September 2010|title=Nasionalisme Peci|url=https://id.berita.yahoo.com/nasionalisme-peci-070822568.html|publisher=Yahoo Indonesia News|language=id|access-date=10 September 2010}}</ref>
| image_file = Soekarno.jpg
| image_size =
| caption = Soekarno Hobi mengenakan Peci, merupakan murid HOS Tjokroaminoto
| type = Topi tradisional
| material =
| location = [[Nusantara]]
| manufacturer = [[Suku Jawa]]
| url = }}'''Songkok''' merupakan topi tradisional masyarakat Nusantara yang telah ada sejak zaman kerajan Majapahit secara estafet hingga menjadi peci songkok nasional seperti saat ini. sebutan lainnya adalah ''kuluk, kupluk, ketu''.


== Sejarah ==
== Nama lain ==
Ia disebut "songkok" di semenanjung Melayu.<ref name="songkok origin2">{{cite web|author=Rozan Yunos|date=23 September 2007|title=The origin of the songkok or 'kopiah'|url=http://www.bt.com.bn/features/2007/09/23/the_origin_of_the_songkok_or_kopiah|publisher=The Brunei Times|archive-url=https://web.archive.org/web/20081205140605/http://www.bt.com.bn/en/features/2007/09/23/the_origin_of_the_songkok_or_kopiah|archive-date=5 December 2008|access-date=13 April 2016|url-status=dead}}</ref> Sedangkan di Jawa disebut "kopiah" atau "kopeah".<ref>{{cite web|author=Abdullah Mubarok|date=21 February 2016|title=PDIP: Kopiah Bagian Dari identitas Nasional|url=http://m.inilah.com/news/detail/2275754/pdip-kopiah-bagian-dari-identitas-nasional|publisher=Inilah.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20160413074741/http://m.inilah.com/news/detail/2275754/pdip-kopiah-bagian-dari-identitas-nasional|archive-date=13 April 2016|access-date=13 April 2016|url-status=dead}}</ref> Ini juga dikenal luas di Indonesia sebagai "peci", meskipun peci memiliki bentuk yang lebih elips dan kadang-kadang dihiasi.<ref name="songkok origin2"/>
Awalnya disebut ketopong songkok sebuah topi mahkota beludru dihiasi orenamen emas yang merupakan mahkota Raja [[Majapahit]], kemudian turut digunakan oleh raja-raja Jawa yang disebut ''kuluk Jawa,'' topi mahkota tetap digunakan pada kesultanan Demak, Kesultanan Mataram Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Pakualam, Kadipaten Mangkunegaran hingga digunakan oleh bupati-bupati Jawa Madura pada era Kolonial belanda.


Dalam bahasa inggris, songkok diistilahkan dengan ''skull cap'' yang berfungsi untuk menutupi setengah lingkaran pada bagian atas kepala seseorang. Namun karena sulitnya pelafalan dan pengaruh penjajahan wilayah melayu yang dulunya sebagian besar dikuasai oleh inggris, istrilah ''skull cap'' berubah menjadi ''skol-kep'' lalu ''song-kep'' dan pada akhirnya benar-benar berubah menjadi songkok, seperti yang kita kenal saat sekarang ini. Istilah songkok sudah mulai jarang digunakan pada saat ini dan akhirnya diganti dengan istilah peci.<ref>{{Cite news|last=Andryanto|first=S. Dian|date=2021--05-13|title=Sejarah Punya Cerita Tentang Perbedaan Kopiah, Peci, dan Songkok|url=https://gaya.tempo.co/read/1461960/sejarah-punya-cerita-tentang-perbedaan-kopiah-peci-dan-songkok/full&view=ok|work=[[Tempo.co]]|access-date=2022/04/26|language=id}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite web|date=2015-06-18|title=Asal Muasal Peci, Kopiah, dan Songkok|url=https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/15/06/18/nq4r8s-asal-muasal-peci-kopiah-dan-songkok|website=Republika Online|language=id|access-date=2022-04-26}}</ref>
Hingga pada ada seorang bangsawan dari [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]] yang melepas gelar bangsawannya, ialah [[Oemar Said Tjokroaminoto|Hos Tjokroaminoto]] yang kemudian menjadi [[Sarekat Islam]]. Menurutnya sudah waktunya merdeka dan tidak tunduk kepada Kolonial maupun budaya Feodalisme sehingga memodifikasi topi bangsawan ''Kuluk Jawa'' menjadi lebih pendek tanpa ada hiasan warna emas sehingga dapat digunakan oleh masyarakat biasa, terutama anggota Sarekat Silam yang tersebar diseluruh Nusantara, topi hasil modifikasi Hos Tjokroaminoto disebut dengan ''Kupluk'', maka dari itu mendapat julukan dari kolonial Belana sebagai ''De Ongekroonde Van Java'' yang berarti Raja Jawa Tanpa Mahkota.[https://regional.kompas.com/read/2022/08/17/060700378/peci-hitam-soekarno?page=all][https://barisan.co/sejarah-asal-usul-peci/] <ref>{{Cite web|last=khazanah|first=khazanah|date=21 desember 2020|title=Asal Usul Peci, Perlu Kamu Ketahui|url=https://barisan.co/sejarah-asal-usul-peci/|website=Barisan|access-date=10/01/2024}}</ref>


== Asal usul ==
Untuk memenuhi kebutuhan permintaan topi Songkok untuk anggota Sarekat Islam, Mak Hos Tjokroaminoto mengerahkan Sarekat Islam Afdeling Gresik untuk memproduksi Topi Songkok, hingga sat ini dikenal sebagai industri Songkok terbesar di dunia.[https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/08/19/gresik-kabupaten-andalan-produsen-kopiah]
Kopiah (kupiah) dicatat digunakan pasukan khusus [[Majapahit]] (''Bhayangkara''), dicatat dalam ''[[Hikayat Banjar]]'' yang ditulis pada (atau tidak lama setelah) tahun 1663.<ref>{{Cite book|title=Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography|last=Ras|first=Johannes Jacobus|location=The Hague|publisher=Martinus Nijhoff|year=1968|url=https://books.google.com/books?id=jsJkAAAAMAAJ|ref=harv}})</ref>{{Rp|181}}<ref name=":12">{{Cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2011|title=Majapahit Peradaban Maritim|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|isbn=978-602-9346-00-8|pages=}}</ref>{{Rp|204}}<ref>Hikayat Banjar, 6.3: ''Maka kaluar dangan parhiasannya orang barbaju-rantai ampat puluh sarta padangnya bar'''kupiah''' taranggos sakhlat merah, orang mambawa astenggar ampat puluh, orang mambawa parisai sarta padangnya ampat puluh, orang mambawa dadap sarta sodoknya sapuluh, orang mambawa panah sarta anaknya sapuluh, yang mambawa tumbak parampukan barsulam amas ampat puluh, yang mambawa tameng Bali bartulis air mas ampat puluh''. (Lihat {{harvnb|Ras|1968|p=302}})</ref> Kopiah direkam dalam catatan kosakata Italia-Melayu buatan [[Antonio Pigafetta]] tahun 1521 (terbit tahun 1524) sebagai ''cophia''.<ref>{{Cite book|last=Pigafetta|first=Antonio|year=1956|url=https://archive.org/details/1956relazionedelprimoviaggiointornoalmondo/page/n125/mode/2up|title=Relazione del primo viaggio intorno al mondo, Antonio Pigafetta, 1524|publisher=Istituto Editoriale Italiano|editor-last=Manfroni|editor-first=Camillo|chapter=Vocaboli de Questi Popoli Mori}}</ref>{{Rp|132}}<ref>{{Cite journal|last=Bausani|first=Alessandro|date=December 1960|title=The First Italian-Malay Vocabulary by Antonio Pigafetta|url=https://www.jstor.org/stable/29754279|journal=East and West|volume=11|pages=229–248|via=JSTOR}}</ref>{{Rp|235}} Kupiah tercatat dalam ''[[Hikayat Iskandar Zulkarnain]]'', naskah aslinya ditulis sebelum tahun 1600 M:<ref>{{Cite book|year=1986|title=Hikayat Iskandar Zulkarnain|location=Kuala Lumpur|publisher=Dewan Bahasa|editor-last=Hussain|editor-first=Khalid Muhammad|edition=2|url-status=live}}</ref>{{Rp|39}}<blockquote>''Maka tatkala memeliharakan disuruhnya anaknya memakai perhiasan seperti pakaian laki-laki dan dikenakan kepada kepalanya kupiah ros yang keemasan''.</blockquote>Salah satu akun surat kabar Brunei secara keliru menyatakan bahwa songkok menjadi umum di Kepulauan Melayu pada abad ke-13 dengan masuknya Islam di wilayah tersebut.<ref name="songkok origin2"/> Dalam kesusteraan Melayu, kata "songkok" telah disebut dalam [[Syair Siti Zubaidah]] (1840) "...berbaju putih bersongkok merah...."<ref>[http://mcp.anu.edu.au/N/Zub_bib.html Syair Siti Zubaidah MCP text]</ref>


Songkok juga dipakai oleh tentara dan polisi Malaysia dan Brunei pada upacara-upacara tertentu.<ref>{{cite book|year=1996|url=https://books.google.com/books?id=u3JnAAAAMAAJ|title=Journal of the Society for Army Historical Research|publisher=Society for Army Historical Research.}}</ref>
== Lihat juga ==
* [[Kopiah]] – penutup kepala khas Arab asal Kufah
** [[Kopiah Palestina]] – jenis kopiah khas Palestina
** [[Kipah]] – jenis kopiah khas Yahudi
* [[Peci]] – penutup kepala khas Moroko asal kota Fez


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
{{reflist}}{{Commons category|Songkok}}
{{Commons category|Songkok}}

[[Kategori:Topi]]
[[Kategori:Topi]]
[[Kategori:Budaya Tiongkok]]
[[Kategori:Pakaian Tionghoa]]
[[Kategori:Pakaian Indonesia]]
[[Kategori:Pakaian Indonesia]]
[[Kategori:Pakaian Malaysia]]
[[Kategori:Pakaian Malaysia]]

Revisi terkini sejak 24 Januari 2024 04.04

Sukarno memakai songkok
Gambar resimen Melayu memakai songkok ketika latihan
Gambar Songkok khas suku Makassar

Songkok, peci, atau kopiah adalah topi yang banyak dipakai di Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan, paling umum di kalangan pria Muslim. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, songkok adalah penutup kepala kaum lelaki yang terbuat dari bahan kain beludru.[1] Di Indonesia, peci juga diasosiasikan dengan gerakan nasionalis.[2]

Nama lain[sunting | sunting sumber]

Ia disebut "songkok" di semenanjung Melayu.[3] Sedangkan di Jawa disebut "kopiah" atau "kopeah".[4] Ini juga dikenal luas di Indonesia sebagai "peci", meskipun peci memiliki bentuk yang lebih elips dan kadang-kadang dihiasi.[3]

Dalam bahasa inggris, songkok diistilahkan dengan skull cap yang berfungsi untuk menutupi setengah lingkaran pada bagian atas kepala seseorang. Namun karena sulitnya pelafalan dan pengaruh penjajahan wilayah melayu yang dulunya sebagian besar dikuasai oleh inggris, istrilah skull cap berubah menjadi skol-kep lalu song-kep dan pada akhirnya benar-benar berubah menjadi songkok, seperti yang kita kenal saat sekarang ini. Istilah songkok sudah mulai jarang digunakan pada saat ini dan akhirnya diganti dengan istilah peci.[5][6]

Asal usul[sunting | sunting sumber]

Kopiah (kupiah) dicatat digunakan pasukan khusus Majapahit (Bhayangkara), dicatat dalam Hikayat Banjar yang ditulis pada (atau tidak lama setelah) tahun 1663.[7]:181[8]:204[9] Kopiah direkam dalam catatan kosakata Italia-Melayu buatan Antonio Pigafetta tahun 1521 (terbit tahun 1524) sebagai cophia.[10]:132[11]:235 Kupiah tercatat dalam Hikayat Iskandar Zulkarnain, naskah aslinya ditulis sebelum tahun 1600 M:[12]:39

Maka tatkala memeliharakan disuruhnya anaknya memakai perhiasan seperti pakaian laki-laki dan dikenakan kepada kepalanya kupiah ros yang keemasan.

Salah satu akun surat kabar Brunei secara keliru menyatakan bahwa songkok menjadi umum di Kepulauan Melayu pada abad ke-13 dengan masuknya Islam di wilayah tersebut.[3] Dalam kesusteraan Melayu, kata "songkok" telah disebut dalam Syair Siti Zubaidah (1840) "...berbaju putih bersongkok merah...."[13]

Songkok juga dipakai oleh tentara dan polisi Malaysia dan Brunei pada upacara-upacara tertentu.[14]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Arti kata songkok - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2022-04-26. 
  2. ^ Hendri F. Isnaeni (10 September 2010). "Nasionalisme Peci". Yahoo Indonesia News. Diakses tanggal 10 September 2010. 
  3. ^ a b c Rozan Yunos (23 September 2007). "The origin of the songkok or 'kopiah'". The Brunei Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 December 2008. Diakses tanggal 13 April 2016. 
  4. ^ Abdullah Mubarok (21 February 2016). "PDIP: Kopiah Bagian Dari identitas Nasional". Inilah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 April 2016. Diakses tanggal 13 April 2016. 
  5. ^ Andryanto, S. Dian (2021--05-13). "Sejarah Punya Cerita Tentang Perbedaan Kopiah, Peci, dan Songkok". Tempo.co. Diakses tanggal 2022/04/26.  [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ "Asal Muasal Peci, Kopiah, dan Songkok". Republika Online. 2015-06-18. Diakses tanggal 2022-04-26. 
  7. ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography. The Hague: Martinus Nijhoff. )
  8. ^ Nugroho, Irawan Djoko (2011). Majapahit Peradaban Maritim. Suluh Nuswantara Bakti. ISBN 978-602-9346-00-8. 
  9. ^ Hikayat Banjar, 6.3: Maka kaluar dangan parhiasannya orang barbaju-rantai ampat puluh sarta padangnya barkupiah taranggos sakhlat merah, orang mambawa astenggar ampat puluh, orang mambawa parisai sarta padangnya ampat puluh, orang mambawa dadap sarta sodoknya sapuluh, orang mambawa panah sarta anaknya sapuluh, yang mambawa tumbak parampukan barsulam amas ampat puluh, yang mambawa tameng Bali bartulis air mas ampat puluh. (Lihat Ras 1968, hlm. 302)
  10. ^ Pigafetta, Antonio (1956). "Vocaboli de Questi Popoli Mori". Dalam Manfroni, Camillo. Relazione del primo viaggio intorno al mondo, Antonio Pigafetta, 1524. Istituto Editoriale Italiano. 
  11. ^ Bausani, Alessandro (December 1960). "The First Italian-Malay Vocabulary by Antonio Pigafetta". East and West. 11: 229–248 – via JSTOR. 
  12. ^ Hussain, Khalid Muhammad, ed. (1986). Hikayat Iskandar Zulkarnain (edisi ke-2). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa. 
  13. ^ Syair Siti Zubaidah MCP text
  14. ^ Journal of the Society for Army Historical Research. Society for Army Historical Research. 1996.