Spalasi sinar kosmik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k bot kosmetik perubahan
Baris 5: Baris 5:
Model-model [[nukleosintesis big bang]] menganjurkan bahwa jumlah [[deuterium]] terlalu banyak untuk tetap konsisten seiring laju perluasan alam semesta dan oleh karenanya terdapat hal penting yang besar di dalam proses yang dapat menghasilkan [[deuterium]] setelah terjadinya big bang.
Model-model [[nukleosintesis big bang]] menganjurkan bahwa jumlah [[deuterium]] terlalu banyak untuk tetap konsisten seiring laju perluasan alam semesta dan oleh karenanya terdapat hal penting yang besar di dalam proses yang dapat menghasilkan [[deuterium]] setelah terjadinya big bang.


Spalasi sinar kosmis teramati sebagai proses yang mungkin menghasilkan deuterium. Pada gilirannya, spalasi tidak dapat menghasilkan banyak deuterium, dan deuterium ekses di alam semesta dapat dijelaskan dengan mengasumsikan keberadaan [[materi gelap]] non-[[barion|barionik]]. Bagaimanapun, pengkajian spalasi menunjukkan bahwa spalasi dapat menghasilkan lithium, berilium, dan boron, dan sebenarnya isotop-isotop ini mendominasi inti-inti atom sinar kosmis bila dibandingkan dengan atmosfer matahari (sedangkan H dan He ada dalam perbandingan primordial di dalam sinar kosmis).
Spalasi sinar kosmis teramati sebagai proses yang mungkin menghasilkan deuterium. Pada gilirannya, spalasi tidak dapat menghasilkan banyak deuterium, dan deuterium ekses di alam semesta dapat dijelaskan dengan mengasumsikan keberadaan [[materi gelap]] non-[[barion]]ik. Bagaimanapun, pengkajian spalasi menunjukkan bahwa spalasi dapat menghasilkan lithium, berilium, dan boron, dan sebenarnya isotop-isotop ini mendominasi inti-inti atom sinar kosmis bila dibandingkan dengan atmosfer matahari (sedangkan H dan He ada dalam perbandingan primordial di dalam sinar kosmis).


[[Isotop]]-isotop [[aluminum]], [[karbon]] ([[karbon-14]]), tritium, [[klor]], [[yodium]], dan [[neon]], juga terbentuk melalui spalasi sinar kosmis.
[[Isotop]]-isotop [[aluminum]], [[karbon]] ([[karbon-14]]), tritium, [[klor]], [[yodium]], dan [[neon]], juga terbentuk melalui spalasi sinar kosmis.
Baris 25: Baris 25:
[[en:Cosmic ray spallation]]
[[en:Cosmic ray spallation]]
[[es:Espalación de rayos cósmicos]]
[[es:Espalación de rayos cósmicos]]
[[ko:우주선 파쇄]]
[[ja:宇宙線による核破砕]]
[[ja:宇宙線による核破砕]]
[[ko:우주선 파쇄]]
[[zh:宇宙射線散裂]]
[[zh:宇宙射線散裂]]

Revisi per 21 Juni 2010 04.18

Spalasi sinar kosmis adalah suatu bentuk fisi nuklir dan nukleosintesis yang muncul secara alami. Spalasi sinar kosmis merujuk pada pembentukan unsur-unsur kimia dari dampak sinar kosmis pada suatu objek. Sinar kosmis adalah partikel bermuatan dan berenergi tinggi dari luar Bumi yang berupa elektron bebas sampai dengan partikel alfa. Ini menyebabkan spalasi ketika sinar kosmis (misalnya proton) bertumbukan dengan materi, termasuk sinar kosmis lainnya. Hasil dari tumbukan ini adalah pelepasan banyak anggota nukleon (proton dan neutron) dari objek yang tertumbuk. Proses ini tidak hanya berlangsung di luar angkasa, tetapi juga di atmosfer bumi bagian atas karena tumbukan sinar kosmis.

Spalasi sinar kosmis menghasilkan beberapa unsur ringan seperti litium dan boron. Proses ini berhasil diamati secara tidak sengaja pada era 1970-an.

Model-model nukleosintesis big bang menganjurkan bahwa jumlah deuterium terlalu banyak untuk tetap konsisten seiring laju perluasan alam semesta dan oleh karenanya terdapat hal penting yang besar di dalam proses yang dapat menghasilkan deuterium setelah terjadinya big bang.

Spalasi sinar kosmis teramati sebagai proses yang mungkin menghasilkan deuterium. Pada gilirannya, spalasi tidak dapat menghasilkan banyak deuterium, dan deuterium ekses di alam semesta dapat dijelaskan dengan mengasumsikan keberadaan materi gelap non-barionik. Bagaimanapun, pengkajian spalasi menunjukkan bahwa spalasi dapat menghasilkan lithium, berilium, dan boron, dan sebenarnya isotop-isotop ini mendominasi inti-inti atom sinar kosmis bila dibandingkan dengan atmosfer matahari (sedangkan H dan He ada dalam perbandingan primordial di dalam sinar kosmis).

Isotop-isotop aluminum, karbon (karbon-14), tritium, klor, yodium, dan neon, juga terbentuk melalui spalasi sinar kosmis.

Lihat pula

Pranala luar