Suku Siger: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kpaleu (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Menghapus Saibatin_dan_Pepadun.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh Krd; alasan: No permission since 31 January 2024.
 
(25 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Siger''' (dari {{lang-su|ᮞᮤᮌᮦᮁ|sigeur}}) merupakan perhiasan kepala khas Indonesia (yang biasanya dikenakan oleh wanita) yang umumnya dibuat dari bahan logam, terkadang berbentuk menyerupai fauna (umumnya kerbau dan burung), memiliki lekukan, dan terkadang dihiasi dengan batu permata.<ref>{{cite book |first1=Wahyu |last1=Wibisana |url= |title=Arti Perlambang Dan Fungsi Tata Rias Pengantin Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Budaya Daerah Jawa Barat |language=id |year=1986 |website= |location= |publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah}}</ref>
'''Siger''' merupakan perhiasan kepala khas Indonesia (yang lazimnya dikenakan oleh wanita) yang umumnya dibuat dari bahan logam (emas, perak, tembaga, kuningan, dsb), berbentuk melekuk dan terkadang menyerupai fauna (terutama kerbau dan burung), dan terkadang dihiasi dengan batu permata.
[[File:Saibatin dan Pepadun.jpg|thumb|left|250px|Siger khas masyarakat etnis Lampung]]
[[File:Tari Jurit Ampil Kridha Warastra (2).jpg|thumb|left|250px|Salah satu tipe siger khas masyarakat etnis Jawa]]
[[File:Abah Ugi, Ketua Adat Kasepuhan Ciptagelar menikah.jpg|thumb|left|250px|Siger khas masyarakat etnis Sunda]]
[[File:Wayang Golek.jpg|thumb|left|250px|Representasi siger dalam [[wayang golek]]]]


== Terminologi ==
== Terminologi ==
Istilah "siger" merujuk kepada siger yang 'mengurung' kepala, yang menekankan kepada 'pengurungan' hawa nafsu duniawi (yang dimanifestasikan melalui pernikahan), jadi secara umum siger dapat dimaknai sebagai simbolisasi untuk 'mengurung' atau mencegah hawa nafsu seksual sembarangan (melalui perkawinan yang sah).
Istilah "siger" secara [[etimologi]]nya merupakan sebuah [[kata serapan]] dalam bahasa Indonesia yang diserap dari pengistilahan bahasa {{lang-su|ᮞᮤᮌᮦᮁ|siger}} (atau terkadang juga dieja sebagai ''sigeur''), yang memiliki arti "batas" atau "pemosisian", yang mana sejatinya merupakan sebuah kata kependekan dari ᮞᮤᮔᮦᮌᮦᮁ (''sineger''), yang memiliki arti "sangkar", "jalan", "pengurung"; merujuk kepada siger yang 'mengurung' kepala, istilah tersebut sejatinya juga merujuk kepada sistem [[kearifan lokal]] masyarakat etnis Sunda dan Baduy<ref>{{cite journal |first1= Kristoforus |last1=Alfrianto |url= |title=Makna Nilai Silas dalam Perkawinan Katolik Sunda |language=en, id |year=2020 |volume=15 |issue=1|quote= ''Sineger tengah'' sendiri artinya adalah jalan tengah. Orang Kenekes (Baduy) juga menyebutnya sebagai ''Siger Tengah''. }}</ref>{{rp|1-17}} yang menekankan kepada 'pengurungan' hawa nafsu duniawi (yang dimanifestasikan melalui pernikahan),<ref>{{cite journal |last1=Djunatan |first1= Stephanus|url= |title=The Nuance of Affirmation: The Epistemological Foundation of Sundanese Wisdom |language=en, id |trans-title=Nuansa Penegasan: Landasan Epistemologi Kearifan Sunda |year=2009 |volume=25 |issue=1 |quote=The term ''siger tengah'', or 'comprehensive awareness', is the third feature, which maintains both sides and simultaneously causes them to correlate. }}</ref>{{rp|57-73}} jadi secara umum siger dapat dimaknai sebagai simbolisasi untuk 'mengurung' atau mencegah hawa nafsu seksual sembarangan (melalui perkawinan yang sah).<ref>{{cite journal |last1=Sumardjo |first1=Jakob |url= |title=Revitalisasi Kearifan Lokal Sunda |language=en, id |year=2018 |journal=Jurnal Budaya Nusantara |volume=1 |issue=2}}</ref>{{rp|106-116}}


Segala pengistilahan siger ini kemudian dikenali oleh masyarakat etnis Lampung sebagai ''sigekh'' ataupun ''sigeh''<ref>{{cite web |url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=5404 |title=Sigeh Pengunten - Pringsewu |year=2015 |publisher= Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia}}</ref><ref>{{cite web |url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=118 |title=Sigeh Penguten |year=2014 |publisher= Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia}}</ref> dalam [[bahasa Lampung]] dan juga oleh masyarakat etnis Abung dikenali sebagai [[Berkas:Lampung-sigokh.jpg|50px]] (''sigokh'') dalam [[bahasa Abung]];<ref>{{cite journal |last1=Handirzon |first1= Mirzon |url= |title=Makna Filosofis Sigokh Pada Masyarakat Adat Lampung Saibatin (Studi Pada Marga Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat) |year=2017 |publisher=Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung}}</ref> .
Pengistilahan ''siger'' tersebut juga dapat ditemui dalam bahasa serumpunnya; yakni bahasa [[bahasa Jawa|Jawa]] dan [[bahasa Bali|Bali]], yang tentunya memiliki makna yang serupa. Dalam bahasa Jawa secara spesifik, ꦱꦶꦒꦼꦂ (''siger'') diturunkan dari istilah ꦱꦶꦤꦼꦁ​ꦏꦼꦂ (''sinengker'') yang memiliki makna harfiah "tersembunyi", "tertutup", atau "rahasia" (pengistilahan untuk [[keris]] juga berhubungan dengan istilah ini),<ref>{{cite web |url= |title=Pelestarian Budaya Keris di Surakarta pada Era Masa Kini |language=id |year=2021 |journal=Jurnal Seni Rupa dan Desain |volume=24 |issue=3}}</ref>{{rp|149-158}} hal tersebut juga menjadikan ''siger'' terkadang dieja juga sebagai ꦱꦶꦁ​ꦏꦼꦂ (''singker'') oleh masyarakat etnis Jawa, yang menariknya memiliki arti "sangkar" serupa dengan pengistilahan Sunda. Segala pengistilahan siger ini kemudian dibawa dan diperkenalkan oleh masyarakat Jawa Banten ke daerah sekitarnya di [[Selat Sunda]] (utamanya [[Lampung]]) yang kemudian dikenali oleh masyarakat etnis Lampung sebagai (''sigekh'') dalam [[bahasa Lampung]] dan juga oleh masyarakat etnis Abung sebagai [[Berkas:Lampung-sigokh.jpg|50px]] (''sigokh'') dalam [[bahasa Abung]]; pemukiman masyarakat etnis Jawa di Lampung umumnya berkonsentrasi di [[Bandar Lampung]] dan [[Metro]].


== Signifikansi ==
== Signifikansi ==
Secara umum, siger dikenakan dalam berbagai acara sakral yang menonjolkan segi kebudayaan, salah satunya yakni lazim digunakan dalam pertunjukan kebudayaan dan prosesi seremonial pernikahan.
Secara umum, siger dikenakan dalam berbagai acara sakral yang menonjolkan segi kebudayaan, salah satunya yakni lazim digunakan dalam pertunjukan kebudayaan dan prosesi seremonial pernikahan.

===Etnis Bali===
[[File:Manuk Rawa Dance closeup.png|thumb|left|250px|Penari Manuk Rawa mengenakan siger berbentuk burung air]]
Pada masyarakat etnis Bali, siger umumnya digunakan dalam pertunjukan tari-tarian, salah satunya yakni dalam tari Manuk Rawa.


===Etnis Basemah===
===Etnis Basemah===
[[File:Tari Kebagh, 2017.jpg|thumb|left|250px|Para wanita Basemah mengenakan siger untuk penampilan [[tari Kebagh]] di [[Pagar Alam]]]]
[[File:Tari Kebagh, 2017.jpg|thumb|left|250px|Para wanita Basemah mengenakan siger untuk penampilan [[tari Kebagh]] di [[Pagar Alam]]]]
Walaupun siger bukanlah merupakan bagian yang cukup signifikan dalam kebudayaan Basemah, akan tetapi siger (yang diadaptasi dari jenis siger khas Lampung) biasanya dikenakan pada pertunjukan [[tari Kebagh]] yang merupakan tarian khas Basemah dari daerah [[Pagar Alam]].
Walaupun siger "bukanlah" merupakan bagian yang cukup signifikan dalam kebudayaan Basemah, akan tetapi siger (yang diadaptasi dari jenis siger khas Lampung) biasanya dikenakan pada pertunjukan [[tari Kebagh]] yang merupakan tarian khas Basemah dari daerah [[Pagar Alam]].

===Etnis Jawa===
[[File:Kvinnlig serimpi--dansare på Java. Akvarell med accentuering av gouache. 01.jpg|thumb|left|250px|Penggambaran penari [[Srimpi]] oleh Tyra Kleen dalam bukunya berjudul ''Het Serimpi Boek'' yang mengisahkan perjalanan studi antropologinya tentang tarian ritual keraton Surakarta pada tahun 1920-an]]
Pada masyarakat etnis Jawa, siger biasanya digunakan dalam pertunjukan kebudayaan (salah satunya dalam bentuk tarian) yang umumnya ditampilkan di wilayah atau kawasan keraton dan sekitarnya. Selain itu, siger juga kerap digunakan dalam adat maupun ritus pernikahan khas Jawa Timur; diantaranya adalah adat Malang Keprabon,<ref>{{cite web |url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/pakaian-pengantin-malang-keprabon/ |title=Pakaian Pengantin Malang Keprabon |language=id |year=2016 |website= kebudayaan.kemdikbud.go.id |location= |publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia}}</ref> Malang Keputren,<ref>{{cite web |url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/keanggunan-dalam-busana-pengantin-malang-keputren/ |title=Keanggunan Dalam Busana Pengantin Malang Keputren |language=id |year=2016 |website= kebudayaan.kemdikbud.go.id |location= |publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia}}</ref> Sidoarjo Putri Jenggolo,<ref>{{cite web |url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/pengantin-putri-jenggolo-tatacara-perkawinan-di-sidoarjo/ |title=Pengantin Putri Jenggolo, Tatacara Perkawinan di Sidoarjo |language=id |year= 2019 |website=kebudayaan.kemdikbud.go.id |publisher=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia}}</ref> Blitar Kartika Rukmi, Blitar Kresnayana, dan lain sebagainya.<ref>{{cite web |url=https://www.idntimes.com/life/women/amp/nuke-diah-ayuning/6-riasan-pengantin-adat-jawa-timur-ini-keren-parah-c1c2?page=all#page-2 |title=Jarang Terekspos, 6 Riasan Pengantin Adat Jawa Timur Ini Keren Parah |language=id |year=2020 |website=idntimes.com |location=Jawa Timur |publisher=IDN TIMES}}</ref> Dalam bahasa Jawa dialek timur, istilah siger (atau terkadang juga dieja sebagai ''singker'' ataupun ''singkar'') juga memiliki sinonim; diantaranya yakni ''[[jamang]]'' (ꦗꦩꦁ​) ataupun ''jamaus'' (ꦗꦩꦲꦸꦱ꧀).<ref>{{cite web |url=https://jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id/2012/09/20/kemanten-malang/ |title=Adat Kemanten Malang |language=id |year=2012 |website=jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id |location=Malang |publisher=Dinas Perpustakaan & Kearsipan Jawa Timur }}</ref>


===Etnis Lampung===
===Etnis Lampung===
Baris 30: Baris 18:


Simbol [[Lambang Lampung]] siger bisa ditemukan di hampir semua tempat di provinsi ini, termasuk di daerah-daerah kantong [[transmigrasi]], sebagai lambang keagungan budaya.
Simbol [[Lambang Lampung]] siger bisa ditemukan di hampir semua tempat di provinsi ini, termasuk di daerah-daerah kantong [[transmigrasi]], sebagai lambang keagungan budaya.

===Etnis Sunda===
[[File:Wedding in action.JPG|thumb|left|250px|Mempelai wanita Sunda mengenakan siger]]
Siger memiliki peranan sangat penting bagi masyarakat etnis Sunda, utamanya dalam ritus pernikahan. Pakaian adat tradisional Sunda secara umum dikarakterisasi dengan penggunaan siger bagi kaum wanita, yang mana hal tersebut mengindikasikan bahwa siger sejak masa kuno telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Sunda (salah satunya dalam bidang [[kosmetologi]]).<ref>{{cite journal |url= |title=Sundanese Bridal Makeup Guideline in Art Education Perspective |language=en |trans-title=Tata Rias Pengantin Sunda Dalam Perspektif Pendidikan Seni |year=2019 |journal=International Conference on Local Wisdom-2019}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}
=== Catatan ===
{{notelist}}

== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} {{cite web
* {{id}} [http://www.embassyofindonesia.org/news/2009/04/news090.htm Indonesian Headdresses: The Forgotten Beauty] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100613153141/http://embassyofindonesia.org/news/2009/04/news090.htm |date=2010-06-13 }}
|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=118
* {{id}} [http://www.indonesia.travel/id/destination/672/menara-siger/article/115/mahkota-siger-simbol-kebanggaan-lampung Mahkota siger simbol kebanggaan Lampung]
|title=Sigeh Penguten
* {{id}} [http://travel.detik.com/aci/read/2011/10/05/191704/1737733/1274/siger-mahkota-keagungan-masyarakat-lampung Siger Mahkota keagungan masyarakat Lampung]
|year=2014
|publisher= Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia}}
* {{id}} [http://www.embassyofindonesia.org/news/2009/04/news090.htm Indonesian Headdresses: The Forgotten Beauty] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100613153141/http://embassyofindonesia.org/news/2009/04/news090.htm |date=2010-06-13}}


[[Kategori:Mahkota]]
[[Kategori:Mahkota]]

Revisi terkini sejak 9 Februari 2024 06.43

Siger merupakan perhiasan kepala khas Indonesia (yang lazimnya dikenakan oleh wanita) yang umumnya dibuat dari bahan logam (emas, perak, tembaga, kuningan, dsb), berbentuk melekuk dan terkadang menyerupai fauna (terutama kerbau dan burung), dan terkadang dihiasi dengan batu permata.

Terminologi[sunting | sunting sumber]

Istilah "siger" merujuk kepada siger yang 'mengurung' kepala, yang menekankan kepada 'pengurungan' hawa nafsu duniawi (yang dimanifestasikan melalui pernikahan), jadi secara umum siger dapat dimaknai sebagai simbolisasi untuk 'mengurung' atau mencegah hawa nafsu seksual sembarangan (melalui perkawinan yang sah).

Segala pengistilahan siger ini kemudian dikenali oleh masyarakat etnis Lampung sebagai sigekh ataupun sigeh[1][2] dalam bahasa Lampung dan juga oleh masyarakat etnis Abung dikenali sebagai (sigokh) dalam bahasa Abung;[3] .

Signifikansi[sunting | sunting sumber]

Secara umum, siger dikenakan dalam berbagai acara sakral yang menonjolkan segi kebudayaan, salah satunya yakni lazim digunakan dalam pertunjukan kebudayaan dan prosesi seremonial pernikahan.

Etnis Basemah[sunting | sunting sumber]

Para wanita Basemah mengenakan siger untuk penampilan tari Kebagh di Pagar Alam

Walaupun siger "bukanlah" merupakan bagian yang cukup signifikan dalam kebudayaan Basemah, akan tetapi siger (yang diadaptasi dari jenis siger khas Lampung) biasanya dikenakan pada pertunjukan tari Kebagh yang merupakan tarian khas Basemah dari daerah Pagar Alam.

Etnis Lampung[sunting | sunting sumber]

Pertunjukan tari Melinting, tarian khas Lampung yang menggunakan salah satu jenis siger yakni Sigekh Melinting

Pada masyarakat etnis Lampung, siger umumnya hanya ditemui dalam masyarakat yang beradat pepadun dan saibatin, siger yang digunakan berjumlah sembilan lekuk atau biasa disebut sigekh lekuk siwo. Siger pada masyarakat pepadun melambangkan sembilan marga yang terdapat pada abung (Abung Siwo Megou). Sementara, pada masyarakat Lampung yang beradat saibatin jumlah lekuknya ada tujuh atau disebut dengan sigokh lekuk pitu. Lekukan yang berjumlah tujuh ini merupakan perlambang dari tujuh gelar (adok) dalam masyarakat saibatin.[4]

Simbol Lambang Lampung siger bisa ditemukan di hampir semua tempat di provinsi ini, termasuk di daerah-daerah kantong transmigrasi, sebagai lambang keagungan budaya.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Sigeh Pengunten - Pringsewu". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. 
  2. ^ "Sigeh Penguten". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. 
  3. ^ Handirzon, Mirzon (2017). "Makna Filosofis Sigokh Pada Masyarakat Adat Lampung Saibatin (Studi Pada Marga Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat)". Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. 
  4. ^ Ciciria, Deri (2015-09-03). "Siger Sebagai Wujud Seni Budaya Pada Masyarakat Multietnik di Provinsi Lampung". Panggung. 25 (2). doi:10.26742/panggung.v25i2.8. ISSN 2502-3640. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]