Suku Ternate: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(34 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox ethnic group
{{rapikan}}
|group = Ternate
'''Suku Ternate''' dengan populasi 50.000 jiwa bertempat tinggal di
|native_name = ''{{lang|tft|Fa Ternate}}''
[[Pulau Ternate]]. Pulau ini termasuk di dalam wilayah provinsi [[Maluku Utara]] dengan ibukotanya [[Kota Ternate]]. Selain berdiam di pulau asalnya, orang Ternate juga berdiam di daerah lain, misalnya di [[pulau Bacan]] dan [[pulau Obi]] yang termasuk wilayah kabupaten [[Halmahera Tengah]], serta wilayah lain di dalam dan di luar Provinsi [[Maluku Utara]].
|image = [[File:Opvoering van een soya soya dans tijdens feestelijkheden vanwege het sultanaat te Ternate, KITLV 160296.tiff|300px]]
|image_caption = Penampilan ''{{lang|tft|[[Soya-soya]]}}'', tarian khas etnis Ternate
|population = 50.000
|total_year = 2010
| regions = '''{{flag|Indonesia}}''' (42.000 di [[Pulau Ternate]])<ref name="BPS10">{{citation|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia (Hasil Sensus Penduduk 2010)|language=id|trans-title=Citizenship Status, Ethnicities, Religions, and Languages of Indonesia (2010 Population Census Result) |url=https://www.bps.go.id/pressrelease/download.html?nrbvfeve=MTg1NA%3D%3D&sdfs=ldjfdifsdjkfahi&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wNy0xOSAxNzoyNzo0Ng%3D%3D|location=Jakarta|publisher=Central Bureau of National Statistics of the Republic of Indonesia|year=2010|ref={{sfnref|BPS|2021b}}}}</ref>
| tablehdr = Daerah lainnya
| region1 = [[Pulau Tidore]]
| pop1 = 6.900
| region2 = [[Pulau Halmahera]]
| pop2 = 1.100
|languages ={{plainlist|
* '''Pribumi'''
* [[Bahasa Ternate|Ternate]]
* '''Lainnya'''
* {{hlist|[[Bahasa Tidore|Tidore]]|[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]}}}}
|religions ={{plainlist|
* [[File:Allah-green.svg|18px]] [[Islam di Indonesia|Islam]] ([[Sunni]])
* [[File:AnimismSymbol.PNG|21px]] [[Animisme]]}}
|related_groups = {{hlist|[[Suku Bacan|Bacan]]|[[Suku Tidore|Tidore]]|[[Suku Tobelo|Tobelo]]|[[Suku Makian|Makian]]|[[Suku Tobana|Tobana]]}}
}}
'''Suku Ternate''' ({{lang-tft|Fa Ternate}}) adalah [[kelompok etnis]] atau suku bangsa Indonesia yang berasal dari [[pulau Ternate]] di wilayah utara [[Kepulauan Maluku]].


== Bahasa Ternate ==
== Sejarah ==
[[File:D'berg van Tarnate -Montagne de Ternate- - Costumes des quatre parties du monde, gravés dans la manière de Luycken (1670).jpg|thumb|left|300px|Penggambaran dua pria etnis Ternate mengenakan pakaian tradisional Ternate, dalam sebuah gambaran tahun 1670 berjudul ''Costumes des quatre parties du monde'' ({{lit}} 'Busana dari empat belahan dunia')]]
Orang Ternate mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Ternate. Para ahli berpendapat bahwa bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Halmahera Utara, yang merupakan kelompok bahasa non-Austronesia. Bahasa Ternate banyak mempengaruhi [[bahasa Melayu Maluku Utara]], bahasa Melayu di Tidore dan bahasa Melayu di Tanah Minahasa (Manado).
Kata-kata dalam bahasa Melayu Maluku Utara seperti: ngoni,ngana dll diambil dari bahasa Ternate


== Mata Pencaharian ==
=== Genealogi ===
Secara genealoginya, masyarakat etnis Ternate masih berserumpun dengan masyarakat etnis [[Suku Tidore|Tidore]], [[Suku Makian|Makian]], maupun [[Suku Bacan|Bacan]]; hal tersebut dikarenakan pada zaman [[Pleistosen]] wilayah antar kepulauan ini masih berupa satu kesatuan pulau sebelum akhirnya masing-masing kelompok etnis melakukan migrasi ke daerah masing-masing dan proses berabad-abad tersebut membuahkan evolusi yang membentuk suatu gejala antropologi berupa terciptanya identitas etnisitas yang berlainan satu sama lain.
Mata pencaharian orang Ternate bertani dan nelayan. Dalam bidang pertanian mereka menanam padi, sayur mayur, kacang-kacangan, ubi kayu, dan ubi jalar. Tanaman keras yang mereka usahakan adalah cengkih, kelapa dan pala. Cengkih merupakan tanaman rempah-rempah yang sudah mempunyai sejarah panjang di Ternate. Cengkih merupakan daya tarik yang mengundang kedatangan bangsa Eropa ke daerah ini. orang-orang Ternate juga dikenal sebagai pelaut-pelaut yang ulung.selain itu,ternate memiliki beberapa perusahaan tambang yang menjadi sumber mata pencaharian dari masyarakat sekitar ternate (maluku utara).


== Pola Pemukiman ==
=== Peradaban ===
==== Kerajaan Gapi ====
Pemukiman penduduk umumnya membentang di sepanjang garis pantai. Rumah-rumah mereka dibangun di sepanjang jalan-jalan dan sejajar dengan garis pantai di daerah perkotaan. Struktur bangunannya beraneka ragam sesuai dengan gaya para pendatang dari luar Halmahera di perdesaan. Di pedesaan, rumah-rumah penduduk terbuat dari rumput ilalang.
{{main|Kerjaan Gapi}}
==== Kesultanan Ternate ====
{{main|Kesultanan Ternate}}
Kesultanan Ternate merupakan lanjutan dari Kerajaan Gapi; namun telah memperoleh pengaruh keislaman, sehingga sistem [[monarki]]nya berubah yang mulanya berupa [[kerajaan]] kemudian mengadopsi sistem [[kesultanan]].

== Subetnik ==
Pada masa pra-Islam, etnis Ternate terbagi menjadi 4 golongan utama yakni:
#'''''{{lang|tft|Tubo}}''''', yang mendiami kawasan puncak ataupun lereng di wilayah utara pulau Ternate.
#'''''{{lang|tft|Tobona}}''''', yang mendiami kawasan lereng di wilayah selatan pulau Ternate (terutama di Foramadiyahi), kelompok ini kemudian juga bermigrasi ke pulau Sulawesi dan membentuk identitas etnis berlainan yang kerap dikenali sebagai [[suku Tobana|etnis Tobana]] yang mayoritasnya mendiami wilayah [[Kabupaten Luwu]] di Sulawesi Selatan.
#'''''{{lang|tft|Tabanga}}''''', yang mendiami kawasan pesisir di utara pulau Ternate.
#'''''{{lang|tft|Toboleu}}''''', yang mendiami kawasan pesisir timur pulau Ternate, kelompok ini juga kemudian menyatakan diri sebagai kelompok etnis tersendiri yang pada masa kini lebih dikenali sebagai [[suku Tobelo|etnis Tobelo]].

== Bahasa dan kesusastraan ==
{{main|Bahasa Ternate}}
Bahasa yang dituturkan oleh etnis Ternate adalah [[bahasa Ternate]], yang merupakan sebuah bahasa dalam [[rumpun bahasa Halmahera Utara]].

== Mata pencaharian ==
Mata pencaharian orang Ternate bertani dan nelayan. Dalam bidang pertanian mereka menanam padi, sayur mayur, kacang-kacangan, ubi kayu, dan ubi jalar. Tanaman keras yang mereka usahakan adalah cengkih, kelapa dan pala.

Cengkih merupakan tanaman rempah-rempah yang sudah mempunyai sejarah panjang di Ternate. Cengkih merupakan daya tarik yang mengundang kedatangan bangsa Eropa ke daerah ini. orang-orang Ternate juga dikenal sebagai pelaut-pelaut yang ulung.selain itu,ternate memiliki beberapa perusahaan tambang yang menjadi sumber mata pencaharian dari masyarakat sekitar ternate (maluku utara).

== Pola pemukiman ==
Pemukiman penduduk umumnya membentang di sepanjang garis pantai. Rumah-rumah mereka dibangun di sepanjang jalan-jalan dan sejajar dengan garis pantai di daerah perkotaan.

Struktur bangunannya beraneka ragam sesuai dengan gaya para pendatang dari luar Halmahera di perdesaan. Di pedesaan, rumah-rumah penduduk terbuat dari rumput ilalang.


== Agama ==
== Agama ==
Sebelum agama Islam masuk ke P. Ternate, suku ini terbagi dalam kelompok-kelompok masyarakat. Masing-masing kelompok kerabat suku Ternate dipimpin oleh mamole. Seiring dengan masuknya Islam. mamole ini bergabung menjadi satu konfederasi yang dipimpin oleh kolano. Kemudian, setelah Islam menjadi lebih mantap, struktur kepemimpinan kolano berubah menjadi kesultanan. Dalam struktur kolano, ikatan genealogis dan teritorial berperan sebagai faktor pemersatu, sedangkan dalam kesultanan agama Islamlah yang menjadi faktor pemersatu. Dalam struktur kesultanan, selain lembaga tradisional yang sudah ada, dibentuk pula lembaga keagamaan. Kesultanan Ternate masih ada sampai saat ini meskipun hanya dalam arti simbolik. Namun belakangan ini kesultanan Ternate tampak bangkit kembali.
Sebelum agama Islam masuk ke P. Ternate, suku ini terbagi dalam kelompok-kelompok masyarakat. Masing-masing kelompok kerabat suku Ternate dipimpin oleh mamole. Seiring dengan masuknya Islam. mamole ini bergabung menjadi satu konfederasi yang dipimpin oleh kolano. Kemudian, setelah Islam menjadi lebih mantap, struktur kepemimpinan kolano berubah menjadi kesultanan.
Dalam struktur kolano, ikatan genealogis dan teritorial berperan sebagai faktor pemersatu, sedangkan dalam kesultanan agama Islamlah yang menjadi faktor pemersatu. Dalam struktur kesultanan, selain lembaga tradisional yang sudah ada, dibentuk pula lembaga keagamaan. Kesultanan Ternate masih ada sampai saat ini meskipun hanya dalam arti simbolik. Namun belakangan ini kesultanan Ternate tampak bangkit kembali.


Umumnya orang Ternate beragama Islam. Pada masa lalu kesultanan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah Indonesia bagian Timur.
Umumnya orang Ternate beragama Islam. Pada masa lalu kesultanan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah Indonesia bagian Timur.
Saat ini masyarakat Ternate membutuhkan bantuan penanam modal untuk menggali dan mengelola hasil-hasil kekayaan alam daerah ini yang berlimpah. Bidang kehutanan, kelautan dan pertanian merupakan tiga bidang utama bagi orang Ternate. Selama ini, dari tiga kekuatan utama tersebut, hanya sektor kehutanan yang telah digarap besar-besaran. Daerah Ternate juga memiliki kekayaan wisata alam dan wisata budaya seperti bangunan bekas benteng Portugis, istana Kesultanan Ternate, dan lain-lain. Hal ini menjadi sektor pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan, baik melalui pembangunan sarana transportasi maupun akomodasi yang memadai. Samapi sekarang, menurut sensus 2010 bahwa 97 % suku Ternate adalah orang [[Islam Sunni]] dan sedikit yang menganut agama [[Kristen Protestan]].
Saat ini masyarakat Ternate membutuhkan bantuan penanam modal untuk menggali dan mengelola hasil-hasil kekayaan alam daerah ini yang berlimpah. Bidang kehutanan, kelautan dan pertanian merupakan tiga bidang utama bagi orang Ternate. Selama ini, dari tiga kekuatan utama tersebut, hanya sektor kehutanan yang telah digarap besar-besaran.
Daerah Ternate juga memiliki kekayaan wisata alam dan wisata budaya seperti bangunan bekas benteng Portugis, istana Kesultanan Ternate, dan lain-lain. Hal ini menjadi sektor pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan, baik melalui pembangunan sarana transportasi maupun akomodasi yang memadai. Samapi sekarang, menurut sensus 2010 bahwa 97% suku Ternate adalah orang [[Islam Sunni]] dan sedikit yang menganut agama [[Kristen Protestan]].
==Referensi==
{{Reflist}}


{{DEFAULTSORT:Ternate}}
{{DEFAULTSORT:Ternate}}

Revisi terkini sejak 17 Juni 2023 17.20

Ternate
Fa Ternate
Penampilan Soya-soya, tarian khas etnis Ternate
Jumlah populasi
50.000 (2010)
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia (42.000 di Pulau Ternate)[1]
Daerah lainnya
Pulau Tidore6.900
Pulau Halmahera1.100
Bahasa
  • Pribumi
  • Ternate
  • Lainnya
Agama
Kelompok etnik terkait

Suku Ternate (Ternate: Fa Ternate) adalah kelompok etnis atau suku bangsa Indonesia yang berasal dari pulau Ternate di wilayah utara Kepulauan Maluku.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Penggambaran dua pria etnis Ternate mengenakan pakaian tradisional Ternate, dalam sebuah gambaran tahun 1670 berjudul Costumes des quatre parties du monde (terj. har. 'Busana dari empat belahan dunia')

Genealogi[sunting | sunting sumber]

Secara genealoginya, masyarakat etnis Ternate masih berserumpun dengan masyarakat etnis Tidore, Makian, maupun Bacan; hal tersebut dikarenakan pada zaman Pleistosen wilayah antar kepulauan ini masih berupa satu kesatuan pulau sebelum akhirnya masing-masing kelompok etnis melakukan migrasi ke daerah masing-masing dan proses berabad-abad tersebut membuahkan evolusi yang membentuk suatu gejala antropologi berupa terciptanya identitas etnisitas yang berlainan satu sama lain.

Peradaban[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Gapi[sunting | sunting sumber]

Kesultanan Ternate[sunting | sunting sumber]

Kesultanan Ternate merupakan lanjutan dari Kerajaan Gapi; namun telah memperoleh pengaruh keislaman, sehingga sistem monarkinya berubah yang mulanya berupa kerajaan kemudian mengadopsi sistem kesultanan.

Subetnik[sunting | sunting sumber]

Pada masa pra-Islam, etnis Ternate terbagi menjadi 4 golongan utama yakni:

  1. Tubo, yang mendiami kawasan puncak ataupun lereng di wilayah utara pulau Ternate.
  2. Tobona, yang mendiami kawasan lereng di wilayah selatan pulau Ternate (terutama di Foramadiyahi), kelompok ini kemudian juga bermigrasi ke pulau Sulawesi dan membentuk identitas etnis berlainan yang kerap dikenali sebagai etnis Tobana yang mayoritasnya mendiami wilayah Kabupaten Luwu di Sulawesi Selatan.
  3. Tabanga, yang mendiami kawasan pesisir di utara pulau Ternate.
  4. Toboleu, yang mendiami kawasan pesisir timur pulau Ternate, kelompok ini juga kemudian menyatakan diri sebagai kelompok etnis tersendiri yang pada masa kini lebih dikenali sebagai etnis Tobelo.

Bahasa dan kesusastraan[sunting | sunting sumber]

Bahasa yang dituturkan oleh etnis Ternate adalah bahasa Ternate, yang merupakan sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Halmahera Utara.

Mata pencaharian[sunting | sunting sumber]

Mata pencaharian orang Ternate bertani dan nelayan. Dalam bidang pertanian mereka menanam padi, sayur mayur, kacang-kacangan, ubi kayu, dan ubi jalar. Tanaman keras yang mereka usahakan adalah cengkih, kelapa dan pala.

Cengkih merupakan tanaman rempah-rempah yang sudah mempunyai sejarah panjang di Ternate. Cengkih merupakan daya tarik yang mengundang kedatangan bangsa Eropa ke daerah ini. orang-orang Ternate juga dikenal sebagai pelaut-pelaut yang ulung.selain itu,ternate memiliki beberapa perusahaan tambang yang menjadi sumber mata pencaharian dari masyarakat sekitar ternate (maluku utara).

Pola pemukiman[sunting | sunting sumber]

Pemukiman penduduk umumnya membentang di sepanjang garis pantai. Rumah-rumah mereka dibangun di sepanjang jalan-jalan dan sejajar dengan garis pantai di daerah perkotaan.

Struktur bangunannya beraneka ragam sesuai dengan gaya para pendatang dari luar Halmahera di perdesaan. Di pedesaan, rumah-rumah penduduk terbuat dari rumput ilalang.

Agama[sunting | sunting sumber]

Sebelum agama Islam masuk ke P. Ternate, suku ini terbagi dalam kelompok-kelompok masyarakat. Masing-masing kelompok kerabat suku Ternate dipimpin oleh mamole. Seiring dengan masuknya Islam. mamole ini bergabung menjadi satu konfederasi yang dipimpin oleh kolano. Kemudian, setelah Islam menjadi lebih mantap, struktur kepemimpinan kolano berubah menjadi kesultanan.

Dalam struktur kolano, ikatan genealogis dan teritorial berperan sebagai faktor pemersatu, sedangkan dalam kesultanan agama Islamlah yang menjadi faktor pemersatu. Dalam struktur kesultanan, selain lembaga tradisional yang sudah ada, dibentuk pula lembaga keagamaan. Kesultanan Ternate masih ada sampai saat ini meskipun hanya dalam arti simbolik. Namun belakangan ini kesultanan Ternate tampak bangkit kembali.

Umumnya orang Ternate beragama Islam. Pada masa lalu kesultanan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah Indonesia bagian Timur. Saat ini masyarakat Ternate membutuhkan bantuan penanam modal untuk menggali dan mengelola hasil-hasil kekayaan alam daerah ini yang berlimpah. Bidang kehutanan, kelautan dan pertanian merupakan tiga bidang utama bagi orang Ternate. Selama ini, dari tiga kekuatan utama tersebut, hanya sektor kehutanan yang telah digarap besar-besaran.

Daerah Ternate juga memiliki kekayaan wisata alam dan wisata budaya seperti bangunan bekas benteng Portugis, istana Kesultanan Ternate, dan lain-lain. Hal ini menjadi sektor pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan, baik melalui pembangunan sarana transportasi maupun akomodasi yang memadai. Samapi sekarang, menurut sensus 2010 bahwa 97% suku Ternate adalah orang Islam Sunni dan sedikit yang menganut agama Kristen Protestan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia (Hasil Sensus Penduduk 2010) [Citizenship Status, Ethnicities, Religions, and Languages of Indonesia (2010 Population Census Result)], Jakarta: Central Bureau of National Statistics of the Republic of Indonesia, 2010