Tengar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 22: Baris 22:
Di Indonesia dikenal dua spesiesnya. Yakni '''''Ceriops tagal''''' (Perr.) C.B. Rob. (terkadang disebut ''Ceriops candolleana'' W.& A.), dan '''''C. decandra''''' (Griff.) Ding Hou yang lebih kecil.
Di Indonesia dikenal dua spesiesnya. Yakni '''''Ceriops tagal''''' (Perr.) C.B. Rob. (terkadang disebut ''Ceriops candolleana'' W.& A.), dan '''''C. decandra''''' (Griff.) Ding Hou yang lebih kecil.


==Habitus==
== Habitus ==
Pohon kecil atau perdu, dengan tinggi 10 – 15 [[meter|m]] atau kurang (''C. tagal'' dapat mencapai 25 m). Batang menggembung di bagian pangkal, sering dengan [[akar tunjang]] yang kecil.
Pohon kecil atau perdu, dengan tinggi 10 – 15 [[meter|m]] atau kurang (''C. tagal'' dapat mencapai 25 m). Batang menggembung di bagian pangkal, sering dengan [[akar tunjang]] yang kecil.


Baris 31: Baris 31:
Buah kecil, bentuk telur hingga mengerucut, kecoklatan, s/d 2 cm. Taju kelopak buah melengkung ke belakang. [[Hipokotil]] silindris, berkulit halus, berbintil, agak menggelembung di ujung, sekitar 15 cm (''C. decandra'') dan dapat mencapai 25 cm (''C. tagal''). Leher [[kotiledon]] berwarna merah tua (''C. decandra'') atau kuning (''C. tagal'') jika tua.
Buah kecil, bentuk telur hingga mengerucut, kecoklatan, s/d 2 cm. Taju kelopak buah melengkung ke belakang. [[Hipokotil]] silindris, berkulit halus, berbintil, agak menggelembung di ujung, sekitar 15 cm (''C. decandra'') dan dapat mencapai 25 cm (''C. tagal''). Leher [[kotiledon]] berwarna merah tua (''C. decandra'') atau kuning (''C. tagal'') jika tua.


==Habitat dan penyebaran==
== Habitat dan penyebaran ==
Umumnya ditemukan pada bagian yang kering dari [[hutan bakau]], atau yang hanya tergenang pasang tinggi. Menyukai substrat pasir (terutama ''C. decandra'') atau lumpur tanah liat, namun yang memiliki drainase yang baik. Sering pula ditemukan di sekitar [[tambak]] ikan.
Umumnya ditemukan pada bagian yang kering dari [[hutan bakau]], atau yang hanya tergenang pasang tinggi. Menyukai substrat pasir (terutama ''C. decandra'') atau lumpur tanah liat, namun yang memiliki drainase yang baik. Sering pula ditemukan di sekitar [[tambak]] ikan.


Baris 38: Baris 38:
''C. tagal'' diketahui menyebar mulai dari [[Mozambik]] di [[Afrika]], hingga ke [[Pasifik]] barat, termasuk Australia, Indonesia dan [[Malaysia]].
''C. tagal'' diketahui menyebar mulai dari [[Mozambik]] di [[Afrika]], hingga ke [[Pasifik]] barat, termasuk Australia, Indonesia dan [[Malaysia]].


==Kegunaan==
== Kegunaan ==
Tengar menghasilkan kayu yang kuat dan awet, paling kuat dari antara kayu hutan bakau lainnya. Kayu ini kerap digunakan dalam konstruksi bangunan, bantalan rel [[kereta api]], gagang peralatan dan lain-lain. Juga merupakan bahan [[kayu bakar]] dan [[arang]] yang baik.
Tengar menghasilkan kayu yang kuat dan awet, paling kuat dari antara kayu hutan bakau lainnya. Kayu ini kerap digunakan dalam konstruksi bangunan, bantalan rel [[kereta api]], gagang peralatan dan lain-lain. Juga merupakan bahan [[kayu bakar]] dan [[arang]] yang baik.


Baris 50: Baris 50:


{{tumbuhan-stub}}
{{tumbuhan-stub}}

[[Kategori:Tumbuhan]]
[[Kategori:Tumbuhan]]
[[Kategori:Pohon]]
[[Kategori:Pohon]]

Revisi per 11 Maret 2008 04.23

Tengar
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Ceriops
Spesies

Ceriops decandra
Ceriops tagal

Tengar adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Ceriops, suku Rhizophoraceae. Dari segi penampilan, tengar mirip dengan bakau, meski umumnya lebih kecil. Tumbuhan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti tangar, tengal, tengah, tingi, palun, parun, bido-bido dan lain-lain.

Di Indonesia dikenal dua spesiesnya. Yakni Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob. (terkadang disebut Ceriops candolleana W.& A.), dan C. decandra (Griff.) Ding Hou yang lebih kecil.

Habitus

Pohon kecil atau perdu, dengan tinggi 10 – 15 m atau kurang (C. tagal dapat mencapai 25 m). Batang menggembung di bagian pangkal, sering dengan akar tunjang yang kecil.

Daun tunggal, bulat telur terbalik, dengan ujung tumpul atau berlekuk, mengkilap seperti kulit, terletak berhadapan, maks 4 × 10 cm. Daun penumpu kecil, 1,5 – 2,5 cm, lekas gugur, meninggalkan bekas serupa cincin.

Bunga duduk atau bertangkai pendek, dalam payung tambahan yang bertangkai, 2-4 kuntum sekelompok (C. decandra) atau 5-10 (3-9) kuntum sekelompok pada C. tagal. Bunga berbilangan 5, dengan kelopak kehijauan dan daun mahkota putih, kecoklatan bila tua. Tangkai benang sari pendek, sama atau lebih pendek (C. decandra) atau lebih panjang dari kepala sari (C. tagal). Berbunga sepanjang tahun.

Buah kecil, bentuk telur hingga mengerucut, kecoklatan, s/d 2 cm. Taju kelopak buah melengkung ke belakang. Hipokotil silindris, berkulit halus, berbintil, agak menggelembung di ujung, sekitar 15 cm (C. decandra) dan dapat mencapai 25 cm (C. tagal). Leher kotiledon berwarna merah tua (C. decandra) atau kuning (C. tagal) jika tua.

Habitat dan penyebaran

Umumnya ditemukan pada bagian yang kering dari hutan bakau, atau yang hanya tergenang pasang tinggi. Menyukai substrat pasir (terutama C. decandra) atau lumpur tanah liat, namun yang memiliki drainase yang baik. Sering pula ditemukan di sekitar tambak ikan.

C. decandra ditemukan mulai dari India hingga ke Indocina, Semenanjung Malaya, Kepulauan Nusantara, Filipina, Papua Nugini dan Australia.

C. tagal diketahui menyebar mulai dari Mozambik di Afrika, hingga ke Pasifik barat, termasuk Australia, Indonesia dan Malaysia.

Kegunaan

Tengar menghasilkan kayu yang kuat dan awet, paling kuat dari antara kayu hutan bakau lainnya. Kayu ini kerap digunakan dalam konstruksi bangunan, bantalan rel kereta api, gagang peralatan dan lain-lain. Juga merupakan bahan kayu bakar dan arang yang baik.

Kulit kayu tengar, sebagaimana kayu bakau, menghasilkan tanin yang kerap digunakan sebagai bahan penyamak kulit, dan juga bahan pewarna untuk cat.

Rujukan

  • Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor.
  • van Steenis, CGGJ. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. Pradnya Paramita. Jakarta.