Lompat ke isi

Toleransi nol

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Toleransi nol (bahasa Inggris: zero tolerance) adalah sebuah kebijakan yang memberikan hukuman ketat bagi para pelanggar suatu aturan, dengan tujuan menyingkirkan para pelanggar tanpa pandang bulu.[1][2][3]

Kebijakan toleransi nol dipelajari dalam kriminologi dan umum dalam sistem kebijakan formal dan informal di seluruh dunia. Kebijakan tersebut juga muncul dalam keadaan informal dimana terdapat penyimpangan seksual atau penyalahgunaan Internet di lingkungan tempat kerja dan pendidikan. Pada 2014, inkarkerasi massal di Amerika Serikat berdasarkan pada tawaran-tawaran kecil timbul akibat pemakaian toleransi nol di sekolah dan masyarakat.[4][5]

Sedikit bukti mendukung keefektifan yang diklaim dari kebijakan toleransi nol.[6] Satu masalah terkait adalah bahwa terdapat beberapa alasan besar kenapa orang enggan untuk berintervensi, atau melaporkan perilaku yang mereka anggap tak dapat diterima atau melanggar hukum. Kebijakan toleransi nol setidaknya dilakukan untuk sedikit alasan.[7]

  1. ^ zero tolerance, n. (under zero, n.). The Oxford English Dictionary, Second Edition 1989. Retrieved 10 November 2009 from oed.com website. [1]
  2. ^ zero tolerance. (n.d.). The American Heritage Dictionary of the English Language, Fourth Edition. Retrieved 10 November 2009, from Dictionary.com website. [2]
  3. ^ "Zero Tolerance - Cambridge English Dictionary". Cambridge Dictionaries Online. Cambridge University. Diakses tanggal 3 June 2016. 
  4. ^ Ben-Moshe, L., Chapman, C. & Carey, A.C. (2014). Disability Incarcerated: Imprisonment and Disability in the United States and Canada. NY, NY: Palgrave Macmillan.
  5. ^ Ervelles, N. (2014). Crippin' Jim Crow: Disability, Dis-location, and the School to Prison Pipeline. In: Carey, A., Ben-Moshe, L., & Chapman, C., Disability Incarcerated: Imprisonment and Disability in the United States and Canada. NY, NY: Palgrave MacMillan.
  6. ^ Rowe and Bendersky, 2002
  7. ^ "Dealing with—or Reporting—"Unacceptable" Behavior - with additional thoughts about the Bystander Effect" © 2009 Mary Rowe MIT, Linda Wilcox HMS, Howard Gadlin NIH, JIOA, vol 2, no 1, p52.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]