Umbu Landu Paranggi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan Informari untuk kategori Penghargaan
Baris 34: Baris 34:


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Pada tahun 2019, Umbu menerima penghargaan dari [[Akademi Jakarta]] atas "pencapaian sepanjang hayat" di bidang humaniora melalui pengabdiannya di bidang kesusateraan, yang diterima dengan diwakilkan putranya, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi.<ref>{{Cite web|last=Andri|first=Setiawan|date=17 Desember 2019|title=Umbu Landu Paranggi dan Yori Antar Raih Penghargaan Akademi Jakarta 2019|url=https://historia.id/kultur/articles/umbu-landu-paranggi-dan-yori-antar-raih-penghargaan-akademi-jakarta-2019-P7eR2/page/1|website=www.historia.id|access-date=16 September 2021}}</ref> Di tahun yang sama, [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]] [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI]], melalui ''Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra'', memberikan penghargaan kepada Umbu yang telah berjasa mendedikasikan dirinya untuk perkembangan kesusastraan modern Indonesia. Pada tahun 2020, ia mendapatkan penghargaan dari Festival Bali Jani di bidang sastra.<ref>{{Cite web|title=BALI JANI NUGRAHA : UMBU LANDU PARANGGI BIDANG SASTRA - YouTube|url=https://www.youtube.com/watch?v=riTgDImhz9g|website=www.youtube.com|access-date=2020-11-14}}</ref> Pada tahun yang sama, Umbu juga menerima Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020 kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaru’ dari [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI]].
Pada tahun 2019, Umbu menerima penghargaan dari [[Akademi Jakarta]] atas "pencapaian sepanjang hayat" di bidang humaniora melalui pengabdiannya di bidang kesusateraan, yang diterima dengan diwakilkan putranya, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi.<ref>{{Cite web|last=Andri|first=Setiawan|date=17 Desember 2019|title=Umbu Landu Paranggi dan Yori Antar Raih Penghargaan Akademi Jakarta 2019|url=https://historia.id/kultur/articles/umbu-landu-paranggi-dan-yori-antar-raih-penghargaan-akademi-jakarta-2019-P7eR2/page/1|website=www.historia.id|access-date=16 September 2021}}</ref> Di tahun yang sama, [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]] [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI]], melalui ''Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra'', memberikan ''Penghargaan Sastra 2019'' kepada Umbu yang telah berjasa mendedikasikan dirinya untuk perkembangan kesusastraan modern Indonesia. Pada tahun 2020, ia mendapatkan penghargaan dari Festival Bali Jani di bidang sastra.<ref>{{Cite web|title=BALI JANI NUGRAHA : UMBU LANDU PARANGGI BIDANG SASTRA - YouTube|url=https://www.youtube.com/watch?v=riTgDImhz9g|website=www.youtube.com|access-date=2020-11-14}}</ref> Pada tahun yang sama, Umbu juga menerima ''Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020'' kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaru’ dari [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI]].


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 15 September 2021 16.29

Umbu Wulang Landu Paranggi
Lahir(1943-08-10)10 Agustus 1943
Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur
Meninggal6 April 2021(2021-04-06) (umur 77)
Sanur, Bali
KebangsaanIndonesia
Dikenal atasSastrawan

Umbu Wulang Landu Paranggi (10 Agustus 1943 – 6 April 2021) adalah seniman Indonesia berasal dari Sumba yang sering disebut sebagai tokoh misterius dalam dunia sastra Indonesia sejak 1960-an. Melalui komunitas Persada Studi Klub di Malioboro, Umbu menjalankan peran sebagai mentor sekaligus guru yang membimbing kelompok penyair dan seniman muda tahun 1970-an di Yogyakarta, seperti Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas, Korie Layun Rampan, Linus Suryadi AG, dan Ebiet G. Ade.[1][2][3][4]

Hari tuanya dihabiskan tinggal di Bali untuk mengasuh rubrik Apresiasi di Bali Post dan membimbing generasi muda penulis seperti Wayan Jengki Sunarta, Warih Wisatsana, Putu Fajar Arcana, Cokorda Sawitri, Oka Rusmini, dan lain-lain. Sembari membina komunitas Jatijagat Kampung Puisi (JKP) di Bali, Umbu masih membantu komunitas Rumahlebah Yogyakarta melahirkan jurnal antologi Ruang Puisi dengan duduk di dewan redaksi bersama Raudal Tanjung Banua, Frans Nadjira, dan Nur Wahida Idris.

Umbu meninggal di Sanur, Bali, akibat COVID-19 pada 6 April 2021.[5] Sebelum dimakamkan secara tetap dan permanen di tanah kelahirannya, Sumba, jenazah Umbu dimakamkan sementara di Taman Pemakaman Kristen Mumbul Kabupaten Badung, Senin, 12 April 2021, setelah diantarkan ke ruang sunyi melalui liturgi peribadatan Kristiani dan upacara kurukudu, sebuah ritual adat Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Pendidikan

  • SMA BOPKRI Yogyakarta
  • Sarjana Sosiatri, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
  • Sarjana Hukum, Universitas Janabadra, Yogyakarta

Kehidupan di Yogyakarta

Umbu dilahirkan di Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur. Ia merantau ke Pulau Jawa untuk meneruskan sekolah di SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Di sekolah tersebut, Umbu tertarik untuk menulis sastra setelah bertemu dengan seorang guru Bahasa Inggris yang memberinya inspirasi, Lasiyah Soetanto, yang kelak menjadi Menteri Negara Peranan Wanita (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan) pertama di Indonesia.

Pada tahun 1970-an Umbu membentuk Persada Studi Klub (PSK), sebuah komunitas penyair, sastrawan, seniman yang berpusat di Malioboro Yogyakarta. PSK dikenal sebagai salah satu komunitas sastra yang sangat mempengaruhi perjalanan sastrawan-sastrawan besar di Indonesia. Umbu dipercaya mengasuh rubrik puisi dan sastra di Mingguan Pelopor Yogya. Walaupun dijuluki sebagai "Presiden Malioboro", ia hidup menjauhi polemik, popularitas, dan sorotan publik. Ia sering ditemukan menggelandang sambil membawa kantung plastik berisi kertas-kertas, yang tidak lain adalah naskah-naskah puisi koleksinya. Orang-orang menyebutnya "pohon rindang" yang menaungi bahkan telah membuahkan banyak sastrawan kelas atas, tetapi ia sendiri menyebut dirinya sebagai "pupuk" saja.

Penghargaan

Pada tahun 2019, Umbu menerima penghargaan dari Akademi Jakarta atas "pencapaian sepanjang hayat" di bidang humaniora melalui pengabdiannya di bidang kesusateraan, yang diterima dengan diwakilkan putranya, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi.[6] Di tahun yang sama, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, melalui Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, memberikan Penghargaan Sastra 2019 kepada Umbu yang telah berjasa mendedikasikan dirinya untuk perkembangan kesusastraan modern Indonesia. Pada tahun 2020, ia mendapatkan penghargaan dari Festival Bali Jani di bidang sastra.[7] Pada tahun yang sama, Umbu juga menerima Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020 kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaru’ dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Referensi

  1. ^ "Presiden Malioboro • CakNun.com". CakNun.com. 2012-12-17. Diakses tanggal 2020-11-14. 
  2. ^ "Perpustakaan dan Sadar Dokumentasi • CakNun.com". CakNun.com. 2013-04-07. Diakses tanggal 2020-11-14. 
  3. ^ "Peringatan 45 Tahun Persada Studi Klub • CakNun.com". CakNun.com. 2013-03-14. Diakses tanggal 2020-11-14. 
  4. ^ "Milad NM ke-3 dan Relaunching Majalah Sabana • CakNun.com". CakNun.com. 2014-08-04. Diakses tanggal 2020-11-14. 
  5. ^ Penyair Umbu Landu Paranggi Meninggal Akibat COVID-19, Sempat Dirawat di ICU
  6. ^ Andri, Setiawan (17 Desember 2019). "Umbu Landu Paranggi dan Yori Antar Raih Penghargaan Akademi Jakarta 2019". www.historia.id. Diakses tanggal 16 September 2021. 
  7. ^ "BALI JANI NUGRAHA : UMBU LANDU PARANGGI BIDANG SASTRA - YouTube". www.youtube.com. Diakses tanggal 2020-11-14.