Vaksin RNA

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 April 2021 17.31 oleh HaEr48 (bicara | kontrib)
Vaksin COVID-19 Moderna, salah satu vaksin RNA yang pertama kali mendapat izin penggunaan oleh badan pengawas obat.

Vaksin RNA atau vaksin mRNA adalah jenis vaksin yang menggunakan sebuah molekul alamiah yaitu RNA duta (dikenal juga dengan singkatan bahasa Inggrisnya mRNA, dari messenger RNA) untuk mengaktifkan respons imun.

Vaksin mRNA telah diteliti selama beberapa dasawarsa untuk berbagai penyakit seperti flu, Zika, rabies dan sitomegalovirus CMV, dan penelitian berkembang pesat dengan adanya pandemi COVID-19.[1] Pada Desember 2020, untuk pertama kalinya dua vaksin COVID-19 dari jenis ini mendapat izin dari badan pengawas obat untuk penggunaan umum bagi dewasa, yaitu Vaksin COVID-19 Pfizer–BioNTech dan Vaksin COVID-19 Moderna. Setelah peninjauan hasil uji klinisnya, vaksin Pfizer–BioNTech mendapat izin penggunaan darurat oleh badan pengawas obat di Britania pada 2 Desember 2020 dan kemudian diikuti banyak negara lainnya,[2] sedangkan vaksin Moderna pertama kali mendapat izin penggunaan darurat dari badan pengawas obat Amerika Serikat pada 19 Desember, yang kemudian juga diikuti negara-negara lainnya.[3][4][5][6]

Mekanisme

Diagram yang menjelaskan mekanisme vaksin RNA (dalam bahasa Inggris).

Tidak seperti vaksin mati (kadang disebut "vaksin tradisional") yang mengandalkan patogen (virus atau bakteri) asli yang telah dilemahkan, vaksin RNA menggunakan molekul asam ribunukleat duta (RNA duta) yang dapat memerintahkan sel manusia untuk membuat protein khusus yang mampu mengaktifkan respons imun. Respons imun dari tubuh ini menghasilkan antibodi, yang memberikan proteksi jika terjadi infeksi sebenarnya.[1][7]

Dalam vaksin-vaksin COVID-19 jenis mRNA, molekul RNA duta di dalam vaksin mengandung kode instruksi agar sel manusia dapat membuat protein "duri" serupa dengan yang ditemui dalam permukaan virus COVID-19. Tanpa disertai virus secara keseluruhan, protein duri ini tidak menimbulkan bahaya, tetapi dapat dikenali sebagai molekul asing oleh sistem imun manusia.[1] Akibatnya, sistem imum manusia mulai mengaktifkan respons imun dan membuat antibodi terhadap protein ini, melibatkan sel T pembunuh, sel B, dan sel T pembantu.[7] Hasilnya, tubuh manusia tersebut dapat "mengingat" cara melawan protein ini. Jika di kemudian hari terjadi infeksi COVID-19, tubuh akan mengenali protein duri yang ada di permukaan virus dan mampu membuat respons kuat untuk melindungi diri, seperti halnya vaksin jenis lainnya.[1]

Molekul RNA duta sendiri dipecah dan dibuang oleh sel setelah digunakan untuk membuat protein.[1] Karena molekul RNA duta berumur pendek, tidak ada risiko bahwa materi vaksin ini akan tercampur dengan materi genetis tubuh yang divaksinasi.[7]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e Centers for Disease Control and Prevention (4 Maret 2021). "Understanding mRNA COVID-19 Vaccines" (dalam bahasa Inggris). 
  2. ^ Neergaard L, Kirka D (2 December 2020). "Britain OKs Pfizer vaccine and will begin shots within days". Associated Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 December 2020. Diakses tanggal 6 December 2020. 
  3. ^ Cohen, Elizabeth (30 November 2020). "Moderna applies for FDA authorization for its Covid-19 vaccine". CNN. Diakses tanggal 4 December 2020. 
  4. ^ Burger, Ludwig (1 December 2020). "COVID-19 vaccine sprint as Pfizer-BioNTech, Moderna seek emergency EU approval". Reuters. Diakses tanggal 4 December 2020. 
  5. ^ Kuchler, Hannah (30 November 2020). "Canada could be among the first to clear Moderna's COVID-19 vaccine for use". The Financial Post. Diakses tanggal 4 December 2020. 
  6. ^ Parsons, Lucy (28 October 2020). "UK's MHRA starts rolling review of Moderna's COVID-19 vaccine". PharmaTimes. Diakses tanggal 4 December 2020. 
  7. ^ a b c Gavi, the Vaccine Alliance (Desember 2020). "What are nucleic acid vaccines and how could they be turned against COVID-19?" (dalam bahasa Inggris).