Yasunari Kawabata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Oktober 2011 14.33 oleh Aibot (bicara | kontrib) (r2.6.4) (bot Menambah: lv:Jasunari Kavabata)
Yasunari Kawabata
Kawabata Yasunari
Kawabata Yasunari
Pekerjaanpenulis
Genrenovel, cerpen

Yasunari Kawabata (川端 康成, Kawabata Yasunari, 14 Juni 1899 – 16 April 1972) adalah seorang novelis Jepang yang prosa liriknya membuat ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1968. Ia menjadi orang Jepang pertama yang memperoleh penghargaan tersebut. Karya-karyanya hingga kini masih dibaca bahkan di dunia internasional.

Biografi

Kawabata dilahirkan di Osaka, dan sejak usia dua tahun telah menjadi yatim. Setelah itu ia tinggal dengan kakek-neneknya. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang diasuh oleh seorang bibinya. Nenek Kawabata meninggal dunia ketika ia berusia tujuh tahun (September 1906), kakak perempuannya, yang hanya sekali dijumpainya setelah kematian orangtua mereka, menigngal ketika Kawabata berusia 10 tahun (Juli 1909), dan kakeknya ketika ia berusia 15 tahun (Mei 1914). Setelah kehilangan semua sanak keluarga dekatnya, ia pindah dengan keluarga ibunya (Keluarga Kuroda). Namun, pada Januari 1916, ia pindah ke sebuah asrama dekat SMP (setara SMA sekarang) yang hingga saat itu harus didatanginya bolak-balik dengan kereta api. Setelah lulus dari SMP pada Mei 1917, persis sebelum ulang tahunnya yang ke-18, ia pindah ke Tokyo, dan berharap untuk lulus ujian masuk Dai-ichi Koto-gakko' (Sekolah Menengah Atas Nomor Satu), yang berada di bawah asuhan langsung Universitas Kekaisaran Tokyo. Ia berhasil lulus dalam ujian itu pada tahun yang sama dan kemudian masuk ke Fakultas Sastra Inggris. Pada Juli 1920 Kawabata lulus dari Sekolah Menengah Atas dan memulai pendidikannya di Universitas Kekaisaran Tokyo pada bulan yang sama.

Selain menulis, ia juga bekerja sebagai wartawan, terutama untuk Mainichi Shimbun di Osaka dan Tokyo. Meskipunn ia menolak ikut serta dalam semangat militer yang menyertai Perang Dunia II, ia juga tidak terkesan oleh pembaruan-pembaruan politik di Jepang sesudahnya. Perang itu jelas merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh pada dirinya (ditambah dengan kematian seluruh anggota keluarganya ketika ia masih muda). Ia mengatakan tak lama kemudian bahwa sejak itu ia hanya sanggup menulis elegi.

Kawabata bunuh diri pada 1972 dengan meracuni dirinya dengan gas. Banyak teori telah dikemukakan tentang penyebabnya, antara lain kesehatannya yang buruk, kemungkin hubungan cinta gelap, atau keterkejutan yang disebabkan oleh kematian karena bunuh diri oleh sahabatnya Yukio Mishima pada 1970. Namun, berbeda dengan Mishima, Kawabata tidak meninggalkan catatan apapun, dan karena ia tidak pernah membahasnya secara sungguh-sungguh dalam tulisan-tulisannya, motifnya tetap tidak jelas.

Karier seni

Sementara masih menjadi mahasiswa, Kawabata menghidupkan kembali majalah sastra Universitas Tokyo, "Shin-shichō" (Arus Pemikiran Baru) yang telah mati lebih dari empat tahun. Di situ ia menerbitkan cerita pendeknya yang pertama, "Shokonsai Ikkei" ("Suasana pada suatu pemanggilan arwah") -- sebuah karya yang hingga kini masih diakui nilai sastranya. Ketika kuliah, ia beralih jurusan ke Sastra Jepang dan menulis skripsi yang berjudul, "Sejarah singkat novel-novel Jepang". Ia lulus pada Maret 1924. Pada Oktober 1924, ia, Kataoka Teppei, Yokomitsu Riichi dan sejumlah penulis muda lainnya memulai sebuah jurnal sastra baru Bungei Jidai (Zaman Artistik). Jurnal ini adalah reaksi terhadap aliran sastra Jepang yang lama dan mapan, khususnya aliran Naturalis, sementara pada saat yang sama juga bertentangan dengan sastra kaum buruh atau aliran Sosialis/Komunis. Ini adalah gerakan "seni untuk seni", yang dipengaruhi oleh Kubisme Eropa, Ekspresionisme, Dada dan gaya modernis lainnya. "Shinkankaku-ha" sering kali keliru ditafsirkan sebagai "Neo-Impresionisme." Istilah "Shinkankakuha," yang digunakan Kawabata dan Yokomitsu untuk menggambarkan filsafatnya, tidaklah dimaksudkan sebagai versi baru atau pemulihan dari Impresionisme; gerakan mereka dipusatkan pada upaya memberikan "impresi baru," atau, lebih tepatnya, "sensasi baru" dalam penulisan sastra. (Okubo Takaki [2004] Kawabata Yasunari--Utsukushi Nihon no Watashi. Minerva Shobo)

Kawabata mulai mendapatkan pengakuan dengan sejumlah cerita pendek tak lama setelah ia lulus, dan memperoleh kemasyhuran dengan "Gadis Penari dari Izu" pada 1926, sebuah cerita yang menjelajahi erotisisme orang muda yang sedang berkembang. Kebanyakan karyanya di kemudian hari menjelajahi tema-tema serupa.

Salah satu novelnya yang paling terkenal adalah Negeri Salju, yang dimulai pada 1934, dan pertama kali diterbitkan secara bertahap sejak 1935 hingga 1937. Negeri Salju adalah sebuah cerita yang gamblang mengenai sebuah hubungan cinta antara seorang amatir (dilettante) Tokyo dengan seorang geisha desa, yang berlangsung di sebuah kota dengan sumber air panas yang jauh di sebelah barat dari Pegunungan Alpen Jepang. Novel ini memantapkan Kawabata sebagai salah satu pengarang terkemuka Jepang dan langsung menjadi sebuah klasik, yang digambarkan oleh Edward G. Seidensticker "barangkali (merupakan) adikarya Kawabata".

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, suksesnya berlanjut dengan novel-novel seperti Seribu Burung Bangau (sebuah cerita tentang cinta yang bernasib malang), Suara Gunung, Rumah Perawan, Kecantikan dan Kesedihan, dan Ibu kota Lama .

Buku yang ia sendiri anggap sebagai karyanya yang terbaik adalah Empu Go (1951) adalah sebuah kontras yang tajam dengan karya-karyanya yang lain. Ini adalah sebuah kisah setengah fiksi tentang sebuah pertandingan besar Go pada 1938, yang benar-benar dilaporkannya dalam kelompok surat kabar Mainichi. Ini adalah permainan terakhir dari karier empu Shūsai, dan ia dikalahkan oleh penantang mudanya, dan meninggal sekitar setahun kemudian. Meskipun pada permukaannya cerita ini mengharukan, sebagai penceritaan kembali mengenai sebuah perjuangan puncak oleh sejumlah pembaca kisah ini dianggap sebagai paralel simbolis dari kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.

Sebagai presiden P.E.N. Jepang selama bertahun-tahun setelah perang, Kawabata merupakan kekuatan pendorong di balik penerjemahan sastra Jepang ke dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Barat lainnya.

Daftar karangannya

Pranala luar