Zhou Enlai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 26 Agustus 2019 10.00 oleh Mulyo777 (bicara | kontrib) (Kegiatan politik awal)
Zhou Enlai
周恩来
Zhou pada tahun 1946
Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok ke-1
Masa jabatan
1 Oktober 1949 – 8 Januari 1976
PresidenMao Zedong (sampai 1959)
Liu Shaoqi (sampai 1968)
Pengganti
Hua Guofeng
Sebelum
Wakil Ketua Partai Komunis Tiongkok
Masa jabatan
28 September 1956 – 1 Agustus 1966
Masa jabatan
Desember 1954 – 8 Januari 1976
PresidenMao Zedong
Sebelum
Pendahulu
Liu Shaoqi
Pengganti
Zhu De
Sebelum
Ketua Komite Nasional ke-2
Sebelum
Pendahulu
Mao Zedong
Pengganti
Deng Xiaoping
Sebelum
Anggota
Nasional Kongres Rakyat
Masa jabatan
15 September 1954 – 8 Januari 1976
Menteri Luar Negeri dari Republik Rakyat Tiongkok ke-1
Masa jabatan
1949–1958
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada
Pengganti
Chen Yi
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1898-03-05)5 Maret 1898
Huai'an, Jiangsu, Dinasti Qing
Meninggal8 Januari 1976(1976-01-08) (umur 77)
Beijing, RRC
KebangsaanTiongkok
Partai politikPartai Komunis Tiongkok
Suami/istriDeng Yingchao
Tanda tangan
Karier militer
Pertempuran/perangEkspedisi Timur
Nanchang Uprising
Pengepungan Kampanye
Perang Tiongkok-Jepang Kedua
Perang Saudara Tiongkok
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini
Zhou Enlai

Zhou Enlai (Hanzi sederhana: 周恩来; Hanzi tradisional: 周恩來; pinyin: Zhōu Ēnlái; Wade-Giles: Chou En-lai); 5 Maret 18988 Januari 1976) adalah seorang negarawan penting di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok dari sejak kemerdekaan negara itu tahun 1949 sampai dengan sepeninggalnya. Zhou bertugas di bawah Ketua Mao Zedong dan berperan penting dalam Partai Komunis Tiongkok untuk menjadi untuk menjadi partai yang berkuasa, dan kemudian dalam mengkonsolidasikan kontrolnya, membentuk kebijakan luar negeri, dan mengembangkan ekonomi Tiongkok.

Seorang diplomat yang cakap dan handal, Zhou menjabat sebagai Menteri Luar Negeri RRT dari tahun 1949 hingga 1958. Mendukung perdamaian dan hidup berdampingan dengan Blok Barat setelah Perang Korea, ia berpartisipasi dalam Konferensi Jenewa 1954 dan Konferensi Asia-Afrika 1955, dan membantu mengatur kunjungan Nixon ke Tiongkok 1972. Dia juga membantu menyusun kebijakan mengenai perselisihan pahit dengan Amerika Serikat, Taiwan, perpecahan Tiongkok-Soviet, India dan Vietnam.

Zhou selamat dari pembersihan para pejabat tinggi lainnya selama Revolusi Kebudayaan. Sementara Mao mendedikasikan sebagian besar tahun-tahun terakhirnya untuk perjuangan politik dan pekerjaan ideologisnya, Zhou adalah kekuatan pendorong utama di balik urusan negara selama banyak Revolusi Kebudayaan. Usahanya untuk mengurangi kerusakan yang dilakukan Pengawal Merah dan upayanya untuk melindungi orang-orang dari amukan kemarahan para Pengawal Merah tersebut membuatnya sangat populer di tahap akhir masa Revolusi Kebudayaan.

Ketika kesehatan Mao mulai menurun pada tahun 1971-1972 dan setelah kematian Lin Biao yang dinyatakan sebagai seorang pengkhianat, Zhou terpilih sebagai Wakil Ketua Partai Komunis Tiongkok oleh Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok ke-10 pada tahun 1973 dan dengan demikian ditunjuk sebagai penerus Mao, tetapi ia masih tetap harus berjuang melawan Kelompok Empat secara internal perihal kepemimpinan Tiongkok. Penampilan terakhirnya di depan umum adalah pada pertemuan pertama Kongres Rakyat Nasional ke-4 pada 13 Januari 1975, di mana ia mempresentasikan laporan kerja pemerintah. Dia kemudian menjauh dari mata publik karena perlu perawatan medis dan meninggal satu tahun kemudian. Kesedihan publik yang begitu besar di Beijing berubah menjadi kemarahan terhadap Kelompok Empat, yang memicu terjadinya Insiden Tiananmen 1976. Meskipun Zhou digantikan oleh Hua Guofeng, sekutu Zhou: Deng Xiaoping dapat mengalahkan Kelompok Empat secara politis dan menggantikan Hua sebagai Pemimpin Tertinggi Tiongkok pada tahun 1978.

Masa awal kehidupan

Masa muda

Zhou Enlai lahir di provinsi Huai'an, Jiangsu pada tanggal 5 Maret 1898, putra pertama dari silsilah keluarga Zhou. Keluarga Zhou berasal dari Shaoxing di provinsi Zhejiang. Selama akhir Dinasti Qing, Shaoxing terkenal sebagai rumah keluarga seperti keluarga Zhou, yang anggota-anggotanya bekerja sebagai pegawai pemerintah (師爷, shiye) dari generasi ke generasi.[1] Untuk naik jabatan dalam dinas sipil, orang-orang di keluarga ini sering harus pindah, dan pada akhir tahun masa kekuasaan dinasti Qing, cabang keluarga Zhou Enlai pindah ke Huai'an. Bahkan setelah pindahpun, keluarga itu masih menganggap Shaoxing sebagai rumah leluhurnya.[2]

Kakek Zhou, Zhou Panlong, dan paman kakeknya, Zhou Jun'ang, adalah anggota keluarga pertama yang pindah ke Huai'an. Panlong tampaknya lulus ujian provinsi, dan Zhou Enlai pernah mengatakan bahwa Panlong menjabat sebagai hakim di wilayah Huai'an.[3] Ayah Zhou, Zhou Yineng, adalah anak kedua dari empat putra Zhou Panlong. Ibu kandungnya bermarga Wan, yang adalah putri seorang pejabat penting Jiangsu. [note 1]

Seperti pada kebanyakan orang lainnya, kekayaan ekonomi keluarga besar pejabat-pejabat Zhou hancur oleh resesi ekonomi besar yang melanda Tiongkok pada akhir abad ke-19. Zhou Yineng memiliki reputasi karena kejujuran, kelembutan, kecerdasan, dan kepeduliannya terhadap orang lain, tetapi dia juga dianggap lemah dan kurang dalam hal disiplin dan tekad. Dia tidak berhasil dalam kehidupan pribadinya, dan merantau ke berbagai kota di Tiongkok untuk bekerja dalam berbagai bidang di Beijing, Shandong, Anhui, Shenyang, Mongolia Dalam dan Sichuan. Zhou Enlai mengingat bahwa ayahnya selalu jauh dari rumah dan secara umum tidak mampu menghidupi keluarganya.[5]

Tidak lama setelah lahir, Zhou Enlai diadopsi oleh adik bungsu ayahnya, Zhou Yigan, yang menderita TBC. Nampaknya adopsi sudah diatur sedemikian rupa karena keluarga kuatir Yigan akan meninggal tanpa ahli waris. [note 2] Zhou Yigan kemudian meninggal setelah adopsi tersebut, dan Zhou Enlai dibesarkan oleh janda Yigan, yang nama keluarganya adalah Chen. Nyonya Chen juga berasal dari keluarga terpelajar dan mengenyam pendidikan sastra tradisional. Menurut kisah Zhou sendiri, dia sangat dekat dengan ibu angkatnya dan memperoleh minat yang mendalam pada sastra dan opera Tiongkok darinya. Nyonya Chen mengajari Zhou baca tulis sejak usia dini, dan Zhou kemudian mengklaim telah membaca novel terkenal Perjalanan ke Barat dalam bahasa daerah pada usia enam tahun.[6] Pada usia delapan tahun, ia membaca novel-novel tradisional Tiongkok lainnya, termasuk Batas Air, Kisah Tiga Negara , dan Impian Paviliun Merah . [7]

Ibu kandung Zhou, Wan, meninggal pada tahun 1907 ketika Zhou berusia 9 tahun, dan ibu angkatnya Chen meninggal pada tahun 1908 ketika Zhou berusia 10 tahun. Ayah Zhou bekerja di Hubei, jauh dari Jiangsu, sehingga Zhou dan dua adik lelakinya kembali ke Huai'an dan tinggal bersama adik laki-laki ayahnya yang tersisa Yikui selama dua tahun.[8] Pada tahun 1910, paman Zhou, Yigeng, kakak lelaki ayahnya, menawarkan untuk mengasuh Zhou. Keluarga di Huai'an setuju, dan Zhou dikirim untuk tinggal bersama pamannya di kota Shenyang yang masuk wilayah Manchuria, tempat Zhou Yigeng bekerja di kantor pemerintahan. [note 3]

Pendidikan

Di Shenyang, Zhou sekolah di Dongguan Model Academy, sebuah sekolah bergaya modern. Pendidikan sebelumnya diperoleh seluruhnya dari sekolah rumah. Selain mata pelajaran baru seperti bahasa Inggris dan sains, Zhou juga terpengaruh oleh tulisan-tulisan para kaum reformis dan radikal seperti Liang Qichao, Kang Youwei, Chen Tianhua, Zou Rong dan Zhang Binglin. [9] [10] Pada usia empat belas tahun, Zhou menyatakan bahwa motivasinya mengejar pendidikan adalah untuk "menjadi orang hebat yang akan memikul tanggung jawab berat negara di masa depan."[11] Pada tahun 1913, paman Zhou dipindahkan ke Tianjin, tempat Zhou masuk sekolah terkenal Sekolah Menengah Tianjin Nankai.

Sekolah Menengah Tianjin Nankai didirikan oleh Yan Xiu, seorang sarjana dan dermawan terkemuka, dan dipimpin oleh Zhang Boling, salah seorang pendidik Tiongkok terpenting di abad ke-20. [12] Metode pengajaran Nankai tidak umum menurut standar Tiongkok kontemporer. Pada saat Zhou mulai sekolah di sana, model pendidikan yang digunakan diadopsi dari Phillips Academy, Massachusetts, Amerika Serikat. [13] Reputasi sekolah, dengan rutinitas harian yang "sangat disiplin" dan " standar moral yang ketat", [14] menarik banyak siswa yang di kemudian hari menjadi orang-orang terkemuka dalam kehidupan publik. Teman-teman dan teman sekelas Zhou sendiri seperti Ma Jun (seorang pemimpin masa awal komunis Tiongkok yang dieksekusi pada tahun 1927) dan Wu Guozhen atau K. C. Wu (walikota Shanghai dan gubernur Taiwan di bawah Partai Nasionalis). [15] Bakat Zhou juga menarik perhatian Yan Xiu dan Zhang Boling. Yan khususnya sangat memikirkan Zhou, dia bahkan membayarkan biaya sekolahnya di Jepang dan kemudian Prancis.[16]

Yan sangat terkesan dengan Zhou sehingga dia mendorong Zhou untuk menikahi putrinya, tetapi Zhou menolak. Zhou kemudian mengungkapkan kepada teman sekelasnya Zhang Honghao, alasan keputusannya untuk tidak menikahi putri Yan. Zhou mengatakan bahwa dia menolak pernikahan tersebut karena dia takut prospek keuangannya tidak akan menjanjikan, dan bahwa Yan, sebagai ayah mertuanya, akan mendominasi hidupnya. [17]

Zhou berhasil dalam sekolahnya di Nankai; dia unggul dalam mata pelajaran bahasa Tionghoa, memenangkan beberapa penghargaan di klub pidato sekolah, dan menjadi editor koran sekolah di tahun terakhirnya. Zhou juga sangat aktif dalam akting dan memproduksi serta bermain drama di Nankai; banyak siswa yang sebelumnya tidak mengenalnya kemudian mengenalnya melalui aktingnya. [18] Nankai masih menyimpan sejumlah esai dan artikel yang ditulis oleh Zhou sampai saat ini, dan hal ini mencerminkan disiplin, pelatihan, dan kepedulian terhadap negara yang coba ditanamkan oleh pendiri Nankai kepada para siswa mereka. Saat upacara kelulusan angkatan ke-10 sekolah itu pada bulan Juni 1917, Zhou adalah satu dari lima siswa penyandang predikat lulusan terbaik pada upacara tersebut, dan salah satu dari dua pembaca pidato perpisahan. [19]

Pada saat ia lulus dari Nankai, ajaran Zhang Boling tentang gong (semangat publik) dan neng (kemampuan) sangat berkesan baginya. Partisipasinya dalam acara debat dan melakoni pertunjukan drama di atas panggung teater telah berkontribusi besar pada kefasihan dan keterampilannya dalam membujuk. Zhou meninggalkan Nankai dengan keinginan besar untuk menjadi seorang pelayan publik, dan berusaha memperoleh keterampilan yang diperlukan sebagai seorang pelayan publik. [20]

Mengikuti banyak teman sekelasnya, Zhou pergi ke Jepang pada Juli 1917 untuk belajar lebih lanjut. Selama dua tahun di Jepang, Zhou menghabiskan sebagian besar waktunya di Sekolah Persiapan Tinggi Asia Timur, sebuah sekolah bahasa untuk siswa Tiongkok. Sekolah Zhou didukung oleh pamannya, dan juga oleh Yan Xiu pendiri Nankai, tetapi dana mereka terbatas dan selama periode itu Jepang menderita inflasi yang parah. [21] Zhou awalnya berencana memenangkan salah satu beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah Tiongkok; beasiswa ini mewajibkan siswa Tiongkok untuk lulus ujian masuk di universitas Jepang. Zhou mengikuti ujian masuk untuk setidaknya di dua sekolah, tetapi gagal diterima. [22] Zhou menceritakan kegelisahannya pada saat itu yang diperparah oleh kematian pamannya, Zhou Yikui, ketidakmampuannya untuk menguasai bahasa Jepang, dan sauvinisme budaya Jepang akut yang diskriminatif terhadap orang-orang Tionghoa. Pada saat Zhou kembali ke Tiongkok pada musim semi 1919, dia menjadi sangat kecewa dengan budaya Jepang, menolak gagasan bahwa model politik Jepang relevan dengan Tiongkok dan merendahkan nilai-nilai elitisme dan militerisme yang dia amati. [23]

Buku harian dan surat-surat Zhou pada saat di Tokyo menunjukkan minat yang mendalam pada politik dan peristiwa terkini saat itu, khususnya, Revolusi Rusia tahun 1917 dan kebijakan baru Bolshevik. Dia mulai rajin membaca majalah Chen Duxiu yang progresif dan majalah yang condong ke kiri, New Youth. [26] Dia mungkin membaca beberapa karya penulis Jepang awal tentang Karl Marx, dikabarkan bahwa dia bahkan menghadiri kuliah Kawakami Hajime di Universitas Kyoto. Kawakami adalah tokoh penting dalam sejarah awal Marxisme Jepang, dan terjemahan serta artikelnya mempengaruhi generasi komunis Tiongkok. [27] Namun, sekarang sepertinya tidak mungkin Zhou bertemu dengannya atau mendengar salah satu ceramahnya pada waktu itu. [28] Buku harian Zhou juga menunjukkan keprihatinannya terhadap aksi mogok mahasiswa Tiongkok di Jepang pada Mei 1918, ketika pemerintah Tiongkok gagal mengirim beasiswa para mahasiswa, tetapi ia tampaknya tidak terlibat dalam protes tersebut. Peran aktifnya dalam gerakan politik dimulai setelah kembali ke Tiongkok.

Kegiatan politik awal

Zhou Enlai muda (1919)

Zhou kembali ke Tianjin sekitar musim semi 1919. Sejarawan tidak setuju bahwa ia pernah ikut berpartisipasi Gerakan Empat Mei (Mei hingga Juni 1919). Biografi Zhou versi resmi Tiongkok menyatakan bahwa ia adalah pemimpin protes mahasiswa Tianjin dalam Gerakan Empat Mei, [24] tetapi banyak sarjana modern percaya bahwa Zhou tidak mungkin pernah berpartisipasi dalam gerakan itu, berdasarkan pada kurangnya bukti langsung pada catatan-catatan periode itu yang masih bisa diselamatkan. [24] [25] Pada bulan Juli 1919 , bagaimanapun juga, Zhou pernah menjadi editor Buletin Serikat Pelajar Tianjin, tampaknya atas permintaan teman sekelas Nankai-nya, Ma Jun, seorang pendiri organisasi komunis. [26] Selama keberadaannya yang singkat dari Juli 1919 hingga awal 1920, Buletin itu telah dibaca secara luas oleh kelompok mahasiswa di seluruh negeri dan pernah diperingatkan setidaknya satu kali oleh pemerintah nasional sebagai sesuatu hal yang "berbahaya bagi keselamatan publik dan ketertiban sosial." [27]

Ketika Sekolah Tinggi Nankai menjadi Universitas Nankai pada Agustus 1919, Zhou berada di kelas satu, tetapi menjadi seorang aktivis penuh waktu. Kegiatan politiknya terus berkembang, dan pada bulan September, ia dan beberapa siswa lainnya sepakat untuk mendirikan organisasi Awakening Society (Perhimpunan Kebangkitan), sebuah kelompok kecil, tidak pernah berjumlah lebih dari 25 orang. [28] Dalam menjelaskan visi dan misi dari organisasi Perhimpunan Kebangkitan itu, Zhou menyatakan bahwa "segala sesuatu yang tidak sesuai dengan perkembangan kemajuan zaman sekarang, seperti militerisme, borjuis, birokrat, ketidaksetaraan gender antara pria dan wanita, dewa-dewa partai, ide-ide keras kepala, moral usang, etika lama ... harus dihapus atau direformasi", dan menegaskan bahwa itu adalah tujuan organisasi untuk menyebarkan kesadaran ini di antara orang-orang Tiongkok. Dalam organisasi inilah Zhou pertama kali bertemu calon istrinya, Deng Yingchao. [29] Dalam beberapa hal, Perhimpunan Kebangkitan ini menyerupai kelompok belajar Marxis klandestin di Universitas Peking yang dipimpin oleh Li Dazhao, di mana para anggota kelompok ini menggunakan angka alih-alih nama untuk menjaga "kerahasiaan" identitas. (Zhou adalah "Nomor Lima", nama samaran yang terus ia gunakan di tahun-tahun kemudian.) [30] Tentu saja, segera setelah organisasi itu didirikan, mereka mengundang Li Dazhao untuk memberikan ceramah tentang Marxisme.   Beberapa bulan kemudian, Zhou mengambil peran aktif yang lebih menonjol dalam kegiatan politik. [31] Yang terbesar dari kegiatan ini adalah aksi unjuk rasa untuk mendukung boikot barang-barang produksi Jepang secara nasional. Ketika boikot menjadi lebih efektif, pemerintah nasional di bawah tekanan dari Jepang, berusaha meredamnya. Pada tanggal 23 Januari 1920, akibat dari konfrontasi kegiatan boikot di Tianjin menyebabkan penangkapan sejumlah orang, termasuk beberapa anggota Pehimpunan Kebangkitan, dan pada tanggal 29 Januari Zhou memimpin pawai di depan Kantor Gubernur Tianjin untuk mengajukan petisi yang menyerukan pembebasan tahanan. Zhou dan tiga pemimpin lainnya ditangkap. Para tahanan ditahan selama lebih dari enam bulan; selama penahanan mereka, Zhou seharusnya mengorganisir diskusi tentang Marxisme.[32] Dalam persidangan mereka pada bulan Juli, Zhou dan enam lainnya dijatuhi hukuman dua bulan; sisanya ditemukan tidak bersalah. Semua segera dibebaskan karena mereka sudah ditahan selama enam bulan.

Setelah Zhou dibebaskan, ia dan Perhimpunan Kebangkitan bertemu dengan beberapa organisasi Beijing dan setuju untuk membentuk "Federasi Reformasi"; selama kegiatan ini Zhou menjadi lebih akrab dengan Li Dazhao dan bertemu Zhang Shenfu, yang merupakan seorang perantara antara Li di Beijing dan Chen Duxiu di Shanghai. Kedua pria itu mengorganisir sel-sel Komunis bawah tanah bekerja sama dengan Grigori Voitinsky,[33] seorang agen Internasionale Ketiga, tetapi Zhou tampaknya tidak bertemu dengan Voitinsky pada saat itu.

Segera setelah dibebaskan, Zhou memutuskan pergi ke Eropa untuk belajar. (Dia dikeluarkan dari Universitas Nankai selama penahanannya.) Meskipun bermasalah dalam hal keuangan, dia menerima beasiswa dari Yan Xiu. [34] Untuk mendapatkan dana yang lebih besar, dia berhasil mendekati koran Tianjin, Yishi bao, untuk bekerja sebagai "koresponden khusus" di Eropa. Zhou meninggalkan Shanghai menuju Eropa pada tanggal 7 November 1920 dengan sekelompok 196 mahasiswa yang akan belajar sambil bekerja, termasuk teman-teman dari Nankai dan Tianjin. [35]

Pengalaman Zhou setelah insiden Gerakan Empat Mei tampaknya sangat penting bagi karier Komunisnya. Teman-teman Zhou di organisasi Perhimpunan Kebangkitan juga terpengaruh. 15 anggota kelompok menjadi Komunis setidaknya untuk beberapa waktu, dan setelah itu anggota kelompok tersebut tetap akrab. Zhou dan enam anggota kelompok lainnya pergi ke Eropa selama dua tahun berikutnya, Zhou akhirnya menikahi Deng Yingchao, anggota termuda kelompok itu.

Aktivitas di Eropa

Dimulainya kembali Perang Saudara

Zhou Enlai
Zhou Enlai tahun 1949
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini


Notes

  1. ^ Selama Revolusi Kebudayaan, ketika latar belakang keluarga "merah" (miskin) menjadi penting untuk semuanya, mulai dari penerimaan di perguruan tinggi hingga layanan pemerintah, Zhou harus kembali ke Ibu ibunya yang ia klaim sebagai anak perempuan seorang petani, untuk menemukan anggota keluarga yang memenuhi syarat sebagai "merah". [4]
  2. ^ Ini adalah alasan untuk adopsi yang diberikan dalam Gao (23). Lee (11) mengemukakan alasan dilakukannya adopsi karena adanya kepercayaan tradisional bahwa jika memiliki seorang putra dapat menyembuhkan penyakit seorang ayah.
  3. ^ Ayah Zhou mungkin juga berada di Manchuria pada saat itu, dan Zhou kemungkinan pernah tinggal bersamanya untuk beberapa saat. Setelah itu kontak Zhou dengan ayahnya berkurang. Dia meninggal pada tahun 1941. Lihat Lee 19–21 untuk diskusi tentang hubungan Zhou dengan ayahnya.

References

Kutipan

  1. ^ Lee 7
  2. ^ Lee 6
  3. ^ Lee (180 n7) mengutip sebuah penelitian baru-baru ini bahwa Zhou Panlong tidak benar-benar menjalankan fungsinya sebagai hakim di willayah itu.
  4. ^ Barnouin dan Yu 11
  5. ^ Barnouin and Yu 9
  6. ^ Lee 17, 21
  7. ^ Barnouin and Yu 11
  8. ^ Lee 16–17
  9. ^ Lee 25–26
  10. ^ Barnouin dan Yu 13–14
  11. ^ Barnouin dan Yu 14
  12. ^ Boorman memanggilnya "Chang Po-ling "(101) "salah satu pendiri pendidikan modern di Tiongkok ".
  13. ^ Lee 39, 46
  14. ^ Lee 43
  15. ^ Lee 55 dan 44
  16. ^ Lee 77 dan 152
  17. ^ Barnouin dan Yu 16
  18. ^ Lee 64-66
  19. ^ Lee 74
  20. ^ Barnouin dan Yu 18
  21. ^ Lee 86 103
  22. ^ Lee 89
  23. ^ Barnouin dan Yu 29-30
  24. ^ a b Barnouin dan Yu 22
  25. ^ Lee 118–119
  26. ^ Lee 125
  27. ^ Lee 127–8
  28. ^ Lee 133.
  29. ^ Barnouin dan Yu 23
  30. ^ Lee 137
  31. ^ Lee 138
  32. ^ Lee 139
  33. ^ "July 1, 1921, "Foundation of the Communist Party of China" - CINAFORUM". CINAFORUM (dalam bahasa Italia). 2014-07-01. Diakses tanggal 2018-05-20. 
  34. ^ Lee 152
  35. ^ Barnouin dan Yu 25


Didahului oleh
tidak ada
Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok
1949–1976
Dilanjutkan oleh
Hua Guofeng