Sunaryati Hartono

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sunaryati Hartono atau Prof. Dr.CFG Sunaryati Hartono, SH memiliki nama lengkap Carolina Felicita Gerardine Sunaryati Sastrowardoyo. Ia merupakan putri pertama pasangan Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo, SH dan Dina Maria Geraldine Maranta Pantouw. Meskipun Sunaryati lahir di Medan, namun ia berada dikota itu sampai umur 4 bulan saja karena setelah itu, Sunaryati dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Makassar. Selama tinggal disana, ayahnya yang merupakan salah satu anggota pendiri Partai Nasional Indonesia meneruskan upaya sosialisasi untuk mengajak dan menyadarkan masyarakat disana agar mau bersama-sama menganggap dirinya sebagai orang Indonesia. Tidak hanya itu, ayah Sunaryati juga berharap agar masyarakat bersedia menjadi anak bangsa Indonesia (Indonesian nation building) dan memupuk kesadaran berbangsa satu untuk kelak mendirikan negara Indonesia.[1] Sunaryati hartono atau yang biasa dipanggil Prof Sunaryati atau Dr. Hartono adalah seseorang yang memiliki banyak keahlian yang membuatnya disegani oleh banyak pihak. Beberapa pekerjaan yang dijalani oleh Sunaryati Hartono adalah beliau menjadi seorang pengacara Landraad dan Hoog Gerechtshof di Makassar, Sunaryati juga berprofesi sebagai profesor hukum, diplomat, penulis dan juga sebagai pejabat pemerintah Indonesia. Sejak tahun 2000 beliau terpilih menjadi wakil ketua Komisi Ombudsman Nasional Indonesia.

Biografi[sunting | sunting sumber]

Carolina Felicita Gerardine Sunaryati Sastrowardoyo atau yang lebih dikenal dengan panggilan Prof. Dr.CFG Sunaryati Hartono, SH lahir di Medan Sumatera Utara, pada tanggal 7 Juli 1931. Ia memiliki orangtua kandung yang bernama Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo, SH Dina Maria Geraldine Maranta Pantouw. Ayahnya Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo adalah tokoh penting di Indonesia, Prof Sunario merupakan tokoh yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi tonggak sejarah nasional yaitu Konggres Pemuda IIdan Manifesto 1925. Selain itu Prof Sunario juga merupakan mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, pernah menjabat pada pertengahan 1990an, tepatnya 9 April 1957 – 10 Juli 1959.[2] Sunaryati memiliki adik perempuan bernama Astrid Susanto atau lebih dikenal dengan sebutan Prof Dr. Maria Antonia Astrid Sunarti Susanto yang pernah menjabat sebagai Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Suami dari Prof. Dr.CFG Sunaryati Hartono, SH adalah Antonius Borromaeus Hartono Sosroseputro.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan semua orang di dunia ini. Pada saat ini, pendidikan tidak hanya ditunjukan kepada laki-laki, tapi juga untuk perempuan. Kesetaraan gender menuntut menuntut setiap wanita untuk dapat meningkatkan kualitas dirinya agar mampu bersaing dengan laki-laki.[3] Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap wanita karena akan memberikan banyak manfaat, adapun beberapa manfaat yang akan didapatkan dari seseorang yang mempunyai pendidikan adalah sebagai berikut :

  1. Pendidikan dapat membantu membentuk pola pikir yang kritis, sehingga dalam mengambil sebuah keputusan sudah dipertimbangkan dengan seksama baik buruknya.
  2. Pendidikan membuat seseorang memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, sehingga bisa menjadi wanita bisa menjadi aktif, kreatif inovatif.
  3. Pendidikan membuat seseorang memiliki kesempatan untuk memiliki karier atau pekerjaan yang lebih baik, karena pendidikan dapat menghapus segala bentuk diskriminasi yang selama ini membatasi wanita untuk berkarya.
  4. Pendidikan sebagai salah satu wujud bakti kepada orangtua. Wawasan dan karier yang baik, setiap wanita tentu akan memiliki kesempatan untuk mengangkat derajat orangtua maupun keluarganya, sehingga bisa menjadi penopang kehidupan orangtuanya di masa depan.
  5. Pendidikan dapat membantu mengatasi masalah-masalah finansial keluarga di masa depan. Pendidikan yang dimiliki wanita tentu akan sangat berguna untuk dapat bekerja pada seseorang maupun dengan berbisnis secara mandiri. Jadi selain menjadi ibu rumah tangga, setiap wanita pun akan mampu berkontribusi untuk membantu suami menopang kehidupan keluarganya kelak.
  6. Pendidikan sebagai bekal untuk dapat mendidik anak-anak di masa depan. Seorang wanita yang berpendidikan akan mampu menjadi sarana positif untuk dapat mendidik dan berkontribusi bagi tumbuh kembang anak-anaknya kelak.
  7. Pendidikan menjadi bukti bahwa seorang wanita adalah sosok yang hebat. Karena wanita mampu berkontribusi bagi masa depan dunia dengan mendidik calon-calon generasi yang akan memimpin dunia kelak.

Itulah manfaat- manfat yang bisa didapatkan dari pendidikan, maka tidak heran jika Carolina Felicita Gerardine Sunaryati Sastrowardoyo menempuh pendidikan dengan setinggi-tingginya. Orang tua Prof. Sunaryati, terutama ibunya adalah sosok yang menginginkan agar anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik. Oleh karena itu Sunaryati kecil disekolahkan di Fröbelschool Katolik dan Sekolah Dasar ruropese Lagere School Katolik itu juga. Beberapa gelar sarjananya beliau peroleh dari beberapa universitas, baik itu dalam negeri ataupun luar negeri. Sunaryati Hartono mendapat gelar hukumnya di fakultas hukum Universitas Indonesia pada tahun 1955 dan pada usia 41 tahun Sunaryati Hartono meraih gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Padjajaran tahun 1972. Tidak hanya 2 Universitas itu, Prof. Dr.CFG Sunaryati Hartono, SH kemudian melanjutkan menempuh pendidikan pascasarjana dibeberapa perguruan tinggi luar negeri. Seperti Universitas College, Universitas London (1962), Academi of America dan international law 1976), Southern Methodist Universitas Dallas, Texas USA 1980.

Pekerjaan[sunting | sunting sumber]

Menilik sosok Raden Ajeng Kartini yang merupakan pejuang emansipasi wanita yang memperjuangkan haknya sejajar dengan kaum pria. Selain itu, perempuan asal Jepara ini menjadi inspirasi bagi wanita Indonesia hingga sekarang.[4] Sekarang sudah terbukti bahwa jenjang pendidikan dan jabatan kaum hawa memiliki kesamaan yang tinggi dengan kaum adam. Hak generasi Kartini sekarang ini dalam menempuh pendidikan juga tak mengalami hambatan dan diskriminasi. Selain itu, Kartini juga memberikan pembelajaran contoh menjadi ibu rumah tangga yang baik. Serta menjadikan kedudukan wanita beriringan dengan laki-laki dalam hal bersaing dalam bidang pekerjaan. Prof. Dr.CFG Sunaryati Hartono, SH adalah Kartini pada zaman sekarang itu dibuktikan melalui kakir beliau yang dipercaya menjadi Kepala Badan pembinaan hukum Nasional departemen kehakiman RI. Selain itu Prof. Dr.CFG Sunaryati Hartono, SH juga merupakan seorang pengacara Landraad dan Hoog Gerechtshof di Makassar, guru besar tetap di Fakultas Hukum dan Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Tidak hanya sampai disana, beliau juga terpilih menjadi Anggota Panel of Arbitrations American Arbitration Association New York, Anggota AALCC Arbitration Center Kuala Lumpur, dan AALCC Arbitration Center Kairo. Karier Prof Sunaryati masih terus berlanjut, pada tahun 1985, Prof. Dr.CFG Sunaryati Hartono, SH menjadi bagian dari Program Pertukaran Profesional Hukum Asosiasi Hukum ASEAN. Dalam kegiatan itu beliau mengunjungi negara-negara anggota ASEAN untuk berbagi ilmu tentang sistem hukum yang ada di Indonesia. Prof. Dr.CFG Sunaryati Hartono, SH tidak sendirian, beliau ditemani oleh dua dosen lainnya yaitu Ricardo Puno yang merupakan Menteri Kehakiman Filipina dan Dr. Apirat Petchsiri yang berasal dari Thailand. Kemudian pada tahun 1998, Dr. Hartono adalah delegasi Indonesia ke CEDAW . Setelah itu pada 20 Maret 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan dekrit presiden untuk membentuk Komisi Ombudsman Nasional . Komisi tersebut diketuai oleh Antonius Sujata dan Prof. Dr.CFG Sunaryati Hartono, SH sebagai wakil ketua.

Hasil Karya[sunting | sunting sumber]

Prof Dr CFG Sunaryati Hartono, SH mengabdikan dirinya dalam berbagai hal mulai dari bidang hukum, kampus hingga birokrat.[5] Dalam jangka waktu selama itu, Prof Sunaryati menuangkan segala hal yang ada di dalam pikirannya hingga menjadi sebuah buku atau artikel - artikel. Belasan buku telah berhasil beliau persembahkan bagi dunia, salah satunya adalah adalah Konpedium Etika Kehidupan Berbangsa. Buku tersebut terbit pada tahun 2008.[6] Pemikirannya tentang rule of law dan konsep pembangunan hukum nasional telah mewarnai dinamika hukum di Tanah Air, oleh karena itu kolega dan muridnya mempersembahkan sebuah liber amicorum berupa buku setebal 404 halaman. Buku tersebut berisi tentang beberapa pemikiran - pemikiran Prof Sunaryati beserta kolega dan muridnya tentang pembangunan hukum Nasional Indonesia.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Sunaryati Hartono, Prof. Dr. C.F.G. S.H." www.myedisi.com. Diakses tanggal 2020-01-19. 
  2. ^ "Surgery Today April–Juli 1999". Der Chirurg. 70 (10): 1123–1125. 1999-10. doi:10.1007/s001040050873. ISSN 0009-4722. 
  3. ^ Yohana, Martaria; Yohana, Martaria (2018-11-10). "Bukan Formalitas, 7 Alasan Kenapa Pendidikan itu Penting bagi Wanita". IDN Times. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  4. ^ "Kartini Mengangkat Martabat Kaum Wanita". Malang TIMES. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  5. ^ "Album Hukum Bernama Liber Amicorum". hukumonline.com (dalam bahasa Indonesia). 2012-01-09. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  6. ^ "Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kota Banjarbaru". www.jdih.banjarbarukota.go.id. Diakses tanggal 2020-01-21.