Rantau Embacang, Tanah Sepenggal Lintas, Bungo
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Rantau Embacang | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jambi |
Kabupaten | Bungo |
Kecamatan | Tanah Sepenggal Lintas |
Kodepos | 37263 |
Luas | 12 km² |
Jumlah penduduk | 4.000 jiwa |
Kepadatan | 167 jiwa/km² |
Rantau Embacang adalah salah satu dusun di wilayah Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, Indonesia.
Dusun Rantau Embacang merupakan salah satu dusun yang memiliki wilayah yang cukup luas di wilayah Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas. Walaupun demikian jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan Dusun Lubuk Landai maupun Dusun Tanah Periuk. Dusun ini merupakan salah satu dusun tertua di Kabupaten Bungo, ada tiga buah dusun yang merupakan hasil pemekaran dari dusun ini, yaitu Dusun Pasar Rantau Embacang, Dusun Paku Aji, dan yang baru dimekarkan yaitu Dusun Rantau Makmur.
Masyarakat Rantau Embacang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Peran Alim Ulama', Cerdik Pandai dan Tuo Tengganai begitu dominan dalam kehidupan masyarakat. Seperti dalam hal kelahiran, perkawinan, maupun kematian. Selain itu dalam perayaan hari-hari besar keagamaan, masyarakat Rantau Embacang juga mempunyai tradisi unik, seperti membawa nasi beng (nampan yang berisi nasi serta lauk pauknya) pada acara Maulid Nabi, Isra' Mi'raj, Khatam Al-Qur'an, dan juga Imtihan. Dan juga tradisi ziarah kubur pada hari pertama dan kedua Idul Fitri. Berbeda dengan daerah lain yang menyelenggarakan acara lomba panjat pinang, tarik tambang, pacu karung, dan sebagainya pada acara 17 agustus, di Dusun Rantau Embacang kegiatan semacam ini justru diselenggarakan pada perayaan Idul Fitri.
Masyarakat Rantau Embacang sebagian besar berprofesi sebagai petani karet. Oleh karena itulah getah karet adalah komoditas utama yang dihasilkan dari dusun ini. Selain itu harga karet sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat Rantau Embacang. Karena karet itulah satu-satunya yang menjadi sumber penghidupan masyarakat Rantau Embacang.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Dusun Rantau Embacang merupakan salah satu dusun tertua di Kabupaten Bungo. Dusun ini berdiri diperkirakan pada abad ke 17 seiring kedatangan Sultan Mangkubumi besama rombongannya ke wilayah ini. Saat itu Sultan Mangkubumi hanya tinggal sementara waktu di wilayah ini, tetapi bebarapa dari pengikutnya sudah ada yang menetap di daerah ini. Saat itu Rantau Embacang masih berupa hutan belantara, mereka menuju daerah ini melalui sungai batang tebo dengan menggunakan jung (perahu tradisional). Konon persinggahan mereka pertama kali itu di seberang Dusun Rantau Embacang saat ini. Setelah itu datang lagi Sultan Anum yang merupakan keponakan dari Sultan Mangkubumi ke wilayah ini. Pada saat itu penduduk awal Dusun Rantau Embacang berasal dari pengikut Sultan Mangkubumi yang menetap, ditambah pendatang-pendatang dari darah lain. Tercatat beberapa orang dari tanah Minangkabau juga pernah menatap di wilayah ini. Menurut Alm. H. Abu Bakar, seorang tokoh masyarakat Rantau Embacang mengatakan bahwa Sultan Mangkubumi berasal dari Mataram. Dia mengatakan orang-orang Mataram ini lah pada mulanya yang menginjakkan kaki ke wilayah Rantau Embacang saat ini. Bahkan nama Rantau Embacang sendiri pun diambil dari kata "rantau" yang berarti bahwa penduduk asal wilayah ini merupakan perantau dari daerah lain. Sedangkan "Embacang" berasal dari kata Babancang atau Babincang, yang mana konon anak dari Sultan Mangkubumi yaitu Puti Bensu tidak bisa bicara atau berbincang dengan orang lain padahal ia tidak bisu, tetapi pada suatu hari datang pemuda dari Kerinci yang rupawan menemui sang putri diajaklah ia basaghambah, ajaib sang putri rupanya jatuh hati dengan pemuda asal Kerinci itu, dan mereka pun terlihat berbicara satu sama lain dalam bahasa saghambah. Tercatat lokasi Dusun Rantau Embacang sering berpindah-pindah, pada awalnya lokasi dusun ini berada di seberang Rantau Embacang saat ini, tetapi karena daerah tersebut sering kebanjiran pada saat musim penghujan, lokasi dusun Rantau Embacang berpindah ke lokasi saat ini tepatnya di Kampung Sungai Samak dan Kampung Air Mancur. Itulah dua kampung yang menjadi akar dari Dusun Rantau Embacang saat ini.
Ekonomi
[sunting | sunting sumber]Sebagian besar masyarakat Rantau Embacang berprofesi sebagai petani, sebagian lainnya, berprofesi sebagai pedagang, pegawai negeri/honorer, tentara/polisi dan lain sebagainya. Dan karet merupakan komoditas utama yang dihasilkan dari dusun ini. Para petani sebagian besar menjual karetnya kepada para tengkulak (toke) yang ada di Dusun Rantau Embacang, sebagian yang lain ada menjual ke pasar lelang karet dan ada yang menjual langsung ke pabrik.
Geografis
[sunting | sunting sumber]Batas wilayah
[sunting | sunting sumber]Batas-batas wilayah desa Rantau Embacang adalah sebagai berikut:
Utara | Dusun Pematang Panjang |
Timur | Dusun Tebing Tinggi |
Selatan | Kecamatan Tanah Sepenggal |
Barat | Dusun Paku Aji |
Pembagian administratif
[sunting | sunting sumber]Dusun Rantau Embacang memiliki enam kampung, di antaranya:
- Sungai Samak
- Air Mancur
- Bukit Cermin
- Bukit Jaya Inpres
- Taman Jaya
- Kerang Jaya