Honoris Causa
Gelar Honoris Causa (H.C.) (bahasa Latin: "demi kehormatan") adalah gelar akademik kehormatan yang diberikan oleh perguruan tinggi kepada seseorang tanpa perlu menempuh pendidikan formal di institusi tersebut. Gelar ini diberikan sebagai penghargaan atas kontribusi luar biasa seseorang di bidang tertentu atau pencapaian hidup yang istimewa.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Praktik pemberian gelar honoris causa berawal dari Abad Pertengahan di Eropa. Universitas Oxford tercatat memberikan gelar kehormatan pertama kali pada tahun 1470 kepada Lionel Woodville, yang kemudian menjadi Uskup Salisbury.[1]
Kriteria pemberian
[sunting | sunting sumber]Kriteria pemberian gelar honoris causa bervariasi antar institusi, namun umumnya mencakup:
- Kontribusi signifikan di bidang akademik, seni, atau profesi tertentu
- Pencapaian luar biasa dalam pelayanan publik atau kemanusiaan
- Dedikasi jangka panjang untuk kemajuan masyarakat
Pelaksanaan
[sunting | sunting sumber]Tidak semua penerima gelar doktor kehormatan dapat secara leluasa mencantumkan gelar doktor (Dr. xxx) di awal namanya. Di beberapa negara termasuk Inggris, Australia, dan Selandia Baru, merupakan hal yang tidak biasa bagi seseorang penerima gelar doktor kehormatan untuk mencantumkan gelar doktor di awal namanya.[2][3] Namun ada beberapa pengecualian yang diberikan kepada beberapa orang di bawah ini:
- Benjamin Franklin, yang menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas St. Andrews pada 1759 dan Universitas Oxford pada 1762. Dia menamakan dirinya sendiri sebagai Doctor Benjamin[4]
- Billy Graham dijuluki dan dipanggil sebagai "Dr. Graham",[5] walaupun gelar akademik tertinggi yang ia peroleh adalah BA (Sarjana) dalam antropologi di Wheaton College.[6]
- Edwin Herbert Land, yang menemukan kamera polaroid Land Camera, serta pendiri Polaroid Corporation, menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Harvard dan terkadang dirujuk sebagai "Dr. Land", walaupun ia tidak memiliki gelar akademik.[7]
- Penulis memoir dan penyair Maya Angelou tidak memiliki gelar akademik, namun ia menerima puluhan gelar kehormatan dan ia lebih suka disebut sebagai "Dr. Angelou" oleh orang-orang selain keluarga dan teman dekat.[8]
- Soekarno, Presiden Indonesia, dianugerahi 26 gelar kehormatan dari berbagai universitas internasional seperti Universitas Columbia, Universitas Michigan, Universitas Bebas Berlin, Universitas Al-Azhar, Universitas Beograd, Universitas Lomonosov dan lainnya, serta dari universitas dalam negeri seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Padjadjaran. Ia terkadang dirujuk oleh Pemerintah Indonesia saat itu sebagai 'Dr. Ir. Sukarno',[9] digabungkan dengan gelar akademiknya di bidang arsitektur (Ir.) dari Institut Teknologi Bandung.
Kontroversi
[sunting | sunting sumber]Pemberian gelar honoris causa terkadang menimbulkan kontroversi, terutama jika diberikan kepada tokoh politik atau public figure yang dianggap kontroversial.[10]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Buxton, L. H. Dudley; Gibson, Strickland (1935). Oxford University Ceremonies. Oxford University Press.
- ^ "The Honorary Degree". West Virginia University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 March 2015. Diakses tanggal 14 March 2015.
[H]onorary degree recipients should not refer to themselves as "Doctor", nor should they use the title on business cards or in correspondence. However, the recipient is entitled to use the appropriate honorary abbreviation behind his or her name
- ^ "How to Address Those With Honorary Degrees". Protocol School of Washington. Diakses tanggal 14 Maret 2015.
- ^ Honorary degree recipients Diarsipkan 5 July 2008 di Wayback Machine. on the Special Collections Research Center Wiki
- ^ "Dr. Billy Graham trying to avoid offending Soviets", UPI story in Minden Press-Herald, 10 Mei 1982, hlm. 1
- ^ Gibbs, Nancy; Richard N. Ostling (15 November 1993). "God's Billy Pulpit". Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 December 2007. Diakses tanggal 26 February 2014.
- ^ Bonanos, Christopher (2012). Instant: The Story of Polaroid, Princeton Architectural Press, hlm. 13. ISBN 978-1616890858
- ^ Gillespie, Marcia Ann, Rosa Johnson Butler, and Richard A. Long. (2008). Maya Angelou: A Glorious Celebration. New York: Random House. ISBN 978-0-385-51108-7
- ^ "KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA No.XXXIII/MPRS/1967 TENTANG PENCABUTAN KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA DARI PRESIDEN SUKARNO" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-08-13. Diakses tanggal 7 September 2013.
- ^ Stech, George (2004). "Honoris Causa: The Effacement of Violence in the Colonial Archive". History in Africa. 31: 347–368.