Ngali Hasyim

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari KH. Ngali Hasyim)

KH Ngali Hasyim adalah kiai kharismatik asal Lampung Tengah, Mursyid Thariqah An-Naqsyabandiyah Al-Kholidiyah di provinsi Lampung. Ia adalah pendiri Pondok Pesantren Baitul Mustaqim, Punggur Lampung Tengah Lampung.[1]

KH Ngali Hasyim adalah putra pertama dari lima bersaudara, ia merupakan putra dari pasangan Mbah Hasyim dan Siti Khofiyah. KH Ngali Hasyim dilahirkan dan dibesarkan di Desa Kelutan, Kecamatan Ngrongkot, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Mengenai usianya, terdapat beberapa pendapat dari keterangan narasumber. Sebagian berpendapat mencapai usia 105 tahun. Dalam keterangan lain, ia pernah mengatakan sebaya dengan Presiden Soekarno.

Untuk mendekati data yang akurat, dalam buku Agenda Santri TA 2015/2016 Istihsan Pondok Pesantren Baitul Mustaqim, dilakukan perhitungan mundur, yang dimulai dari Abah KH Muchtar Ghozali. Perhitungan ini menggunakan asumsi jarak kelahiran anak pertama dengan jarak tahun pernikahan setelah dua tahun.

  • Abah KH Muchtar Ghozali lahir tahun 1968
  • Mbah Was Menikah tahun ± 1966 (Saat berumur 17 tahun), mbah Was adalah anak keenam (lahir ± 1949)
  • Anak kelima bernama Maslikhatun (lahir ± 1946)
  • Anak keempat bernama Haris (lahir ± 1943)
  • Anak ketiga bernama Khoiriyah (lahir ± 1940)
  • Anak kedua bernama Siti Mutamimmah (lahir ± 1937)
  • Anak Pertama bernama Siti Komariyah (lahir ± 1934)
  • KH Ngali Hasyim menikah pada tahun ± 1932 (saat beliau berumur 30 tahun)
  • KH Ngali Hasyim lahir ± 1932 dikurangi umur beliau ketika menikah yakni 30 tahun, maka hasilnya tahun 1901

Dengan perhitungan di atas, bahwa KH Ngali Hasyim sebaya dengan Soekarno lebih mendekati kebenaran, karena Presiden Soekarno lahir pada tahun 1901. Kemudian diperoleh informasi dari Usman, menggunakan kalender komputer bahwa KH. Ngali Hasyim lahir pada hari Sabtu Wage 5 Oktober 1901. Dengan demikian sampai saat ini umur beliau sudah mencapai 108 tahun (dalam buku yang ditulis tahun 2016).

Riwayat Pendidikan dan Keluarga[sunting | sunting sumber]

KH Ngali Hasyim pertama kali menimba ilmu agama di pesantren yakni di Pondok Pesantren Tremas. Di situ ia banyak dipercaya menangani berbagai urusan. Ketika pulang kampung, tak lama kemudian, ia membina rumah tangga dengan menikahi seorang wanita bernama Siti Khalimah.

Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, ia berjualan bumbu dapur yang dibawa dari desanya untuk dijual ke Kota Surabaya. Perjalanan menuju Surabaya dengan melalui sungai Brantas. Perjalanan melewati sungai ini biasanya ditempuh selama tiga hari tiga malam, bahkan bisa lebih, dengan menggunakan perahu rakit bambu yang dihanyutkan.

Selama membina rumah tangga dengan Ibu Nyai Siti Khalimah. Beliau dikaruniai 7 anak diantaranya dua putra dan 5 putri.

Hijrah ke Lampung[sunting | sunting sumber]

KH Ngali Hasyim hijrah ke Lampung ± tahun 1955. Daerah yang pertama kali dituju adalah desa Banjarsari Metro. Setahun kemudian beliau berpindah ke Sido Rahayu Punggur. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, ia membuat usaha home industry yakni pembuatan tempe.

Pada masa G 30S PKI, suasana yang sangat amat mencekam membuat masyarakat sangat membutuhkan perlindungan para alim ulama, salah satunya KH Ngali Hasyim. Saat itu, ia cukup aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan. Bahkan, ia pernah ditangkap aparat saat memimpin pembacaan Shalawat Nariyah.

Setelah peristiwa itu ia kembali ke pulau Jawa untuk mencari bekal di pondok pesantren Mbaran. Saat itu pondok pesantren Mbaran di asuh oleh KH Umar Sofyan. Niat awal yang hanya 10 hari menjadi 40 hari. Ia diminta KH Umar Sofyan untuk memperdalam ilmu thoriqoh hingga diangkat sebagai mursyid.

Setelah selesai, ia kembali ke Lampung. Saat itu kegiatan pesantren dipimpin oleh KH Abdillah. Setelah ia wafat, KH Ngali Hasyim menggantikan posisinya sekitar tahun 1970-an.

Wafat[sunting | sunting sumber]

Rasa kehilangan yang sangat mendalam dirasakan para keluarga, santri, masyarakat, khususnya masyarakat Sidorahayu, saat wafatnya KH Ngali Hasyim pada tanggal 14 Februari 2009 silam. Rasa sedih yang sangat mendalam, karena mereka semua telah kehilangan guru yang sangat mereka cintai. Sepeninggal beliau guru kemursyidan Pondok Pesulukan Baitul Mustaqim digantikan oleh cucu beliau yaitu KH. Muchtar Ghozali.

Referensi[sunting | sunting sumber]