KRI Diponegoro (365)
KRI Diponegoro pada 18 Januari 2007
| |
Sejarah | |
---|---|
Indonesia | |
Nama | Diponegoro |
Asal nama | Diponegoro |
Pembangun | Damen Group, Vlissingen |
Pasang lunas | 24 Maret 2005 |
Diluncurkan | 16 September 2006 |
Mulai berlayar | 5 Juli 2007 |
Identifikasi |
|
Status | Aktif |
Ciri-ciri umum (Corvette 9113) | |
Jenis | Korvet kelas Diponegoro |
Berat benaman | 1,692 ton |
Panjang | 90,71 m (297 ft 7 in) |
Lebar | 13,02 m (42 ft 9 in) |
Sarat air | 3,60 m (11 ft 10 in) |
Pendorong |
|
Kecepatan |
|
Jangkauan |
|
Awak kapal | 20-80 kru |
Sensor dan sistem pemroses |
|
Peralatan perang elektronik dan tipuan |
|
Senjata |
1 × meriam OTO Melara 76 mm (posisi A) 2 × Meriam Denel GI-2 20 mm (posisi B) 2 × quad (8) Mistral TETRAL peluru kendali anti-udara, haluan & buritan 4 × peluru kendali anti- kapal permukaan Exocet MM40 Blok III 2 × peluncur laras tiga untuk WASS A244-S mod.3 |
Fasilitas penerbangan | Helipad |
KRI Diponegoro (365) merupakan kapal korvet pemimpin di kelas Diponegoro dari total 8 kapal yang direncanakan dan merupakan salah satu kapal kelas SIGMA 9113 milik TNI Angkatan Laut. Kapal korvet ini dibuat oleh galangan kapal Schelde, Belanda dimulai pada tahun 2005 khusus untuk TNI-AL. Bertugas sebagai kapal patroli dengan kemampuan anti-kapal permukaan, anti-kapal selam dan anti-pesawat udara.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pembuatan
[sunting | sunting sumber]Kontrak pembelian dan pembuatan KRI Diponegoro dan KRI Hasanuddin (366) dilakukan pada bulan Januari 2004 dan efektif berlaku sejak 12 Juli 2004. Keduanya dibuat di galangan kapal Schelde Naval Shipbuilding (SNS), Vlissingen, Belanda.[4]
Peletakan lunas KRI Diponegoro dilakukan bersamaan dengan KRI Hasanuddin (366) pada tanggal 24 Maret 2005. KRI Diponegoro diletakkan lunasnya oleh Laksamana Muda Deradjatun Soetisna dan KRI Hasanuddin oleh Komodor Djoko Soerjanto. Upacara dimulainya perakitan kapal dilakukan Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Slamet Soebijanto pada 25 Agustus 2005.[4]
Nama
[sunting | sunting sumber]Menggunakan nama Pangeran Diponegoro, salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang berjasa melawan Belanda dalam Perang Jawa 1825-1830. Begitu pula kapal-kapal dari kelas ini, dinamai menurut nama-nama pahlawan nasional, seperti Sultan Hasanuddin, Sultan Iskandar Muda, dan Frans Kaisiepo.[butuh rujukan]
Upacara penahbisan nama terhadap KRI Diponegoro dan KRI Hasanuddin dilakukan oleh KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto pada tanggal 16 September 2006. Penamaan ini, menurut beberapa orang Indonesia yang hadir pada upacara tersebut merupakan lambang yang mewakili Presiden dan Wakil Presiden. Pangeran Diponegoro adalah pahlawan dari Jawa seperti tempat asal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Sultan Hasanuddin mewakili Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.[4]
Kapal
[sunting | sunting sumber]Persenjataan
[sunting | sunting sumber]Torpedo
[sunting | sunting sumber]KRI Diponegoro dilengkapi dengan torpedo A 244S Mode 3/MU 90 yang dilengkapi dengan 2 peluncur torpedo tipe B515.[5]
Peluru kendali
[sunting | sunting sumber]Dipasang dua tipe rudal di atas kapal ini, yaitu:
- Peluru kendali anti kapal: MBDA Exocet varian terbaru MM40 block 2 yang mampu menjangkau target berjarak 180 km.[5]
- Peluru kendali darat ke udara: MBDA Mistral versi terbaru TETRAL. Mistral adalah sistem rudal pertahanan udara jarak pendek, yang dapat digunakan dari berbagai platform, bisa dari kendaraan di darat, kapal, helikopter, bahkan dengan konfigurasi jinjing ala Stinger.[5]
Meriam
[sunting | sunting sumber]Meriam utama di posisi A dipasang Super Rapid OtoMelara 76 mm buatan Italia. Sedangkan kanon ringan tambahan pada posisi B dipasang Auxiliary Gun 2 x 20 mm Vector G12.[5]
Persenjataan elektronik
[sunting | sunting sumber]- Sistem manajemen tempur Thales TACTICOS buatan Thales, sebuah perusahan hi-tech Belanda, spesialis dalam bidang disain dan produksi sistem integral untuk komando dan kontrol, sensor dan komunikasi. Sistem ini dikenal dengan nama Combat Management System (CMS). Keunggulan teknologi yang dikembangkan Thales kini menjadi standar pertahanan NATO.[5]
- Data Link: LINK Y Mk2 datalink system
- Komunikasi elektronik: Thales/Signaal FOCON
- Sistem Pengumpan: TERMA SKWS
- Platform integrasi utama: Imtech UniMACs 3000 Integrated Bridge System
Sensor dan elektronis
[sunting | sunting sumber]Radar
[sunting | sunting sumber]Radar utama MW08 3D multibeam surveillance buatan Thales, sebuah radar dengan G-band, yang merupakan famili 3D multibeam jarak menengah (105 km) untuk survei, menentukan sasaran, dan penjejakan. MW08 ini dilengkapi dengan teknologi radar termutakhir yang pendeteksiannya serba otomatis. Radar ini juga dilengkapi dengan kontrol tembak untuk mengendalikan senjata terhadap sasaran permukaan. Ini juga diperkuat dengan radar kontrol tembak LIROD Mk2.
Sonar
[sunting | sunting sumber]Thales Kingklip frekuensi menengah aktif/pasif ASW hull mounted sonar.[butuh rujukan]
Tenaga penggerak
[sunting | sunting sumber]Kapal kelas sigma ini dilengkapi dua buah mesin diesel V28-33D STC (sequintial turbo charging) diproduksi oleh MAN Diesel (Jerman) berkonfigurasi V 20 silinder. Mesin berkekuatan 8900 kW ini masing-masing menggerakan sebuah baling-baling yang bisa diatur kemiringan bilahnya melalui sebuah gir pengurang putaran satu tingkat. Mesin berbobot 46 ton ini berukuran panjang x lebar x tinggi = 7330 x 2100 x 3180 mm.[butuh rujukan
Penugasan
[sunting | sunting sumber]2007
[sunting | sunting sumber]- 2 Juli, Bertempat di galangan kapal Royal Schelde, Belanda, KRI Diponegoro secara resmi diserahkan oleh pemerintah Belanda kepada Departemen Pertahanan untuk selanjutnya diserahkan kepada TNI Angkatan Laut. KSAL sekaligus melantik pula komandan pertama kapal tersebut yang dijabat oleh Letkol Laut (P) Arsyad Abdullah.
- 8-11 Agustus, KRI Diponegoro tiba di Riyadh, Arab Saudi dimana awak kapal melakukan bekal ulang logistik serta melakukan ibadah umrah ke Mekkah. Selanjut tanggal 11 Agustus, kapal melanjutkan pelayarannya ke Jibuti.
- 30 Agustus, KRI Diponegoro tiba di perairan nusantara dan disambut oleh KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto di atas kapal KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355) yang berlayar di Selat Sunda. Selain itu didampingi oleh KRI Patimura, KRI Teuku Umar dan KRI Lemadang.
- 31 Agustus, KRI Diponegoro tiba di Dermaga 115, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kedatangan kapal perang jenis korvet kelas Sigma disambut langsung oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Agus Suhartono, SE bersama Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Moechlas Sidik, Kepala Staf Koarmabar Laksma TNI Budhi Suyitno, Komandan Lantamal III Laksma TNI Moch. Jurianto serta sejumlah pejabat teras Koarmabar lainnya.
- 17 September, diadakan peresmian KRI Diponegoro dan KRI DR Soeharso (990) di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang dengan mengundang ahli waris dari kedua pahlawan nasional tersebut.
- 13 Desember, KRI Diponegoro melakukan latihan perang di Laut Balikpapan dan pertama kalinya menembakkan meriam Oto-Melara 76 mm. Latihan ini melibatkan pula 15 KRI lainnya.
2009
[sunting | sunting sumber]- April - 20 Oktober, KRI Diponegoro menjadi bagian dari Garuda XXVIII-A tergabung dalam Satuan Tugas Maritim (Maritime Task Force/MTF) UNIFIL, di bawah komando Comander Task Force (CTF 448) yang bertugas di Lebanon.
Konstruksi dan karir
[sunting | sunting sumber]Peletakan lunas Diponegoro dilakukan pada tanggal 24 Maret 2005 dan diluncurkan pada tanggal 16 September 2006 oleh Damen Group, Vlissingen. Kapal ini ditugaskan pada tanggal 5 Juli 2007 oleh Laksamana Slamet Soebijanto, Kepala Staf TNI Angkatan Laut.[6]
Pada tanggal 21 April 2021, segera setelah hilangnya KRI Nanggala (402), TNI Angkatan Laut mengerahkan KRI Diponegoro, KRI Raden Eddy Martadinata, dan KRI I Gusti Ngurah Rai untuk mencari kapal selam yang hilang tersebut.[7]
Sejak keikutsertaannya pertama kali pada tahun 2009, Diponegoro telah beberapa kali mengikuti Satgas Maritim Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon.[8][9][10]
Komandan
[sunting | sunting sumber]- Letkol Laut (P) Lewis Nainggolan
- Letkol Laut (P) Arsyad Abdullah, S.E., M.A.P. (2007-2008)⭐⭐
- Letkol Laut (P) Hersan, S.H., M.Si.
- Kolonel Laut (P) Adam Tjahja Saputra, S.T., M.Tr.Hanla, M.M. (2022)
- Letkol Laut (P) Kurniawan Koes Atmadja, S.E. (2022—2023)
- Letkol Laut (P) Wirastyo Haprabu (2023—Sekarang)
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
KRI Diponegoro pada poster perekrutan.
-
KRI Diponegoro di Málaga pada 2008.
-
Naval jack KRI Diponegoro pada 6 Oktober 2018.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "RENK AG Press Release, September 2006, Diesel Propulsion Drives: When perfection arises from tradition". Renk.de. Diakses tanggal 2016-01-19.
- ^ "Thales to supply key systems for new corvettes Indonesian Navy worth 60m euro". Thales-nederland.nl. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-09. Diakses tanggal 2016-01-19.
- ^ "Imtech Naval Projects Reference List" (PDF). Marine.imtech.nl. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-09-28. Diakses tanggal 2016-01-19.
- ^ a b c Drias, Junito (2007). Korvet Itu Akhirnya Jadi KRI. Radio Netherland.
- ^ a b c d e Drias, Junito (2007). Korvet Itu Akhirnya Jadi KRI. Radio Netherland.
- ^ "Navy chief takes delivery of corvette made in Netherlands". 2009-04-10. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-10. Diakses tanggal 2021-04-25.
- ^ Yahya, Achmad Nasrudin (2021-04-22). Meiliana, Diamanty, ed. "TNI AL Pastikan Stok Oksigen Aman bagi 53 Personel Kapal Selam KRI Nanggala-402". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-04-25.
- ^ "KRI Diponegoro-365 Tiba di Lebanon". KOMPAS.com. 16 April 2009. Diakses tanggal 1 January 2024.
- ^ "KRI Diponegoro akhiri tugas misi perdamaian". Antara News. 24 October 2013. Diakses tanggal 1 January 2024.
- ^ "KRI Diponegoro siap menjalankan misi perdamaian di perbatasan Lebanon". Antara News. 16 December 2023. Diakses tanggal 1 January 2024.