Muhammad VII dari Granada

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Muhammad VII
Sultan
Sultan Granadaa
Berkuasa3 Oktober 1392 – 13 Mei 1408
PendahuluYusuf II dari Granada
PenerusYusuf III dari Granada
Informasi pribadi
Kelahiransekitar 1370
Kematian13 Mei 1408
WangsaDinasti Nasrid
Nama lengkap
Abu Abdallah Muhammad VII ibn Yusuf[1]
AyahYusuf II
AgamaIslam
Catatan
aSelain gelar sultan, gelar raja dan amir juga digunakan dalam dokumen resmi dan oleh ahli sejarah.[2]

Muhammad VII dari Granada Arab: محمد السابع lahir sekitar 1370, meninggal tanggal 13 Mei 1408, adalah penguasa Keemiratan Granada di Andalusia, di Semenanjung Iberia. Ia anak dari Yusuf II (berkuasa 1391-1392) dan cucu dari Muhammad V (berkuasa 1354-1359 dan 1362-1391). Ia naik tahta menyusul kematian ayahnya. Tahun 1394, ia mematahkan invasi dari Orde Alcantara. Perang ini hampir saja meluas, tetapi Muhammad VII dan Henry III dari Castile kemudian berhasil menyepakati perdamaian.

Ancaman Castile[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1404-1405, Muhammad VII berhasil menyepakati perjanjian persahabatan dengan Martin I dari Aragon dan mengadakan pembicaraan dengan Charles III dari Navarre. Akibatnya upaya Henry III untuk menghasut dua kerajaan ini untuk ikut memusuhi Granada gagal total. Tahun 1406, ia dan Henry III memperbaharui perjanjian gencatan senjatan, tetapi dengan kondisi serangan mendadak mungkin saja dilakukan oleh pasukan liar muslim yang tidak berada di bawah pengaruh Muhammad VII di daerah Castilian. Henry III kemudian berniat mengobarkan perang kembali melawan Grananda, tetapi keburu meninggal pada tanggal 15 Desember 1406. Anak Henry yang baru berumur 1 tahun, John II dari Castile menjadi raja dengan walinya Ferdinand I dari Aragon dan ibunya Catherine dari Lancaster. Ferdinand menyerbu wilayah barat Granada pada September 1407 dan merebut Zahara de la Sierra, sementera Muhammad VII melakukan serangan mendadak dan pengepungan di wilayah utara.

Pada bulan April 1408, Muhammad VII dan Ferdinand akhirnya menyepakati tujuh bulan gencatan senjata. Namun pada tanggal 13 Mei, Muhammad VII meninggal, dengan penerusnya Yusuf III dari Granada. Ia meneruskan gencatan senjata hingga April 1410, sampai akhirnya permusuhan antara Granada dan Castile berkobar kembali.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Peta Keemiratan Granada, memperlihatkan kota-kota penting di bawah penguasaannya
Granada dan kerajaan-kerajaan di sekitarnya

Muhammad VII adalah anak dari Yusuf II yang hanya berkuasa singkat. Yusuf II adalah penerus dari Muhammad V dari Granada. Ia sebenarnya memiliki saudara, Yusuf III dari Granada, yang kemudian dipenjara atas tuduhan keterlibatan dalam konspirasi melawan kerajaan.

Sumber yang bisa menjelaskan kejadian-kejadian pada masa Muhammad VII sangat langka, terutama dari kalangan umat Islam. Namun pihak Kristen memiliki beberapa catatan interaksinya dengan Kerajaan Kristen di sekitar Semenanjung Iberia.

Masa kekuasaan[sunting | sunting sumber]

Masa awal[sunting | sunting sumber]

Muhammad VII naik tahta setelah kematian ayahnya, Yusuf II pada tangga 3 Oktober 1392 (16 Zulkaidah 794 H). Saat pengangkatan, ia menunjuk Muhammad al Hammami sebagai menteri utama. Ia juga membebaskan Ibnu Zamrak, penasihat Muhammad V sekaligus penyair yang dipenjara oleh Yusuf II. Ibnu Zamrak kemudian diangkat menjadi royal katib, atau sekretaris. Namun pada tahun 1393 ia dibunuh dan digantikan Abu Bakar Muhammad ibnu Asim. Segera setelah pelantikan, ia memperjuangkan perdamaian dengan Henry III dari Castile, John I dari Aragon.

Perang Salib 1394[sunting | sunting sumber]

Tahun 1394, Martín Yáñez de la Barbuda (atau tercatat juga sebagai Martín Yáñez "de Barbudo" di beberapa buku), master dari Ordo Alcántara dan vasal dari Castile, mengorganisasi perang salib terhadap Granada. Meskipun Henry III dan beberapa bangsawan Castilia berusaha sekuat tenaga menghentikan hasratnya, Martin tetap masuk ke Granada dan ia mendapat dukungan masyarakat Cordoba yang membenci Granada. Martin dan pasukannya memasuki teritori Granada pada tanggal 26 April 1394 dan maju terus menuju ibukota.

Muhammad VII mengirimkan utusan kepada Henry III, memprotes pelanggaran gencatan senjata ini. Henry III lalu mebalas bahwa ia tetap bertahan kepada janji perdamaian dan pasukan perang salib yang menuju ke Granada ada di luar kekuasaannya. Muhammad VII kemudian mengirimkan pasukan dan dengan mudah mengalahkan Martin. Sekitar 1.200 pasukan Castile tertangkap dan 1.500 melarikan diri ke Alcalá la Real, sementara Muhammad VII hanya kehilangan 500 pasukan tak berkuda. Martin terbunuh dan untuk menunjukkan ketidaksenangannya, Henry III mengangkat anggota Ordo rivalnya, Calatrava untuk menjadi master baru bagi Ordo Alcántara.

Setelah upaya perang salib yang gagal ini, ketegangan antara Granada dan Kerajaan-Kerajaan Kristen tetangganya meningkat, sehingga dikhawatirkan perang akan pecah. Henry III kemudian mengunjungi Valencia, dan meminta Martin I dari Aragon memperkuat pertahanan untuk mengantisipasi serangan dari Granada. Muhammad VII memang mempersiapkan pasukan, tetapi lebih sebagai upaya antisipasi untuk mempertahankan perdamaian. Pada akhirnya, tak ada kerajaan yang berniat berperang, sehingga perang tak pernah terjadi.

Berulangnya ketegangan[sunting | sunting sumber]

Meskipun secara umum Muhammad VII dan Henry III masih ingin mempertahankan perdamaian, namun perseteruan di perbatasan terus terjadi, karena pasukan liar di kedua belah pihak. Pada bulan Bei 1397, sebuah group pendeta Fransican masuk ke Granada dan mulai memurtadkan penduduk Granada. Muhammad VII melarang upaya seperti itu dan saat mereka melawan, dihukum cambuk. Karena tidak juga berhenti, Muhammad VII akhirnya memerintahkan eksekusi mati dan tubuh mereka diseret di jalanan.

Sebagai tambahan dari insiden pemurtadan di atas, penyerangan tiba-tiba dan serangan kecil lainnya bertambah sering terjadi. Kedua penguasa resmi menghadapi kenyataan bahwa serangan yang tak berizin sulit sekali dikendalikan. Dan tiap kali serangan terjadi, sulit sekali mengembalikan kedamaian tanpa harus kehilangan muka. Dalam sebuah serangan tiba-tiba, pasukan dari Granada masuk sampai ke Kartagena di pantai Murcia. Bahkan pada tahun 1405, di front timur, serangan muslim melawan Vera dan Lorca berhasil dipukul mundur, tetapi penyerangnya terlanjur mencaplok Ayamonte, kastil Castilia di perbatasan barat Granada. Henry III kemudian mengirim utusan, Guiterre Diaz, untuk memprotes Granada.

Manuver diplomatik[sunting | sunting sumber]

Sementara itu, Granada, Aragon, Castile, dan Navarre terlibat dalam komunikasi diplomatik. Tahun 1904. Granada dan Aragon menyelenggarakan pembicaraan di Barcelona. Pada waktu yang sama, Henry III mengajukan pertemuan dengan Logroño bersama Martín I dari Aragon dan Charles III dan Navarre untuk membangun permusuhan bersama terhadap Granada. Hanya saja Charles III dari Navarre lebih memilih membantu Granada. Kerajaannya yang kecil menjadi pertimbangan akan terlalu dominannya Castile. Navarre juga memiliki persahabatan turun-temurun dengan komunitas minoritas muslim di negaranya sendiri, sehingga turut mempengaruhi sikap diplomatis Navarre. Charles bahkan menulis "saudara kami" untuk Muhammad VII, dan membocorkan pertemuan di Logroño dan menjanjikan akan menginformasikan isi dari pertemuan tersebut. Dia juga mengirimkan tiga kapal penuh dengan gandum, dan 300 mesin perang untuk membantu Granada menghadapi kemungkinan invasi. Komunikasi intens antara Granada dan Navarre memang sedikit terhalang karena kondisi geografis. Granada ada di selatan, sementara Navarre ada di utara semenanjung Iberia, dengan Castile menjadi pemisah. Akibatnya suatu saat utusan Navarre yang melintasi Castile dengan menyamar sebagai pedagang akhirnya tertangkap, dan pertemuan di Logroño dibatalkan.

Sementara Martin I dari Aragon, lebih berfokus kepada ancaman di Sisilia dan Sardinia, sehingga juga tak tertarik untuk membuka front baru melawan Granada. Akibatnya, ia lebih memilih mengadakan perjanjian persahabatan dengan Granada pada tanggal 4 Mei 1405. Perjanjian tersebut memungkinkan terjadinya perdagangan dan pertukaran tahanan antara dua kerajaan. Muhammad VII juga setuju mengirimkan 400-500 ksatria ke Aragon dan membayar biaya hidup mereka sebesar 2.840 hingga 3.540 dobla per bulan. Sebagai balasannya, Aragon setuju mengirimkan 4-5 kapal galley yang dipersenjatai dengan 30 pasukan crossbow dan 220 pelaut di setiap kapalnya yang biayanya akan dibayarkan oleh Granada sebesar 900 dobla per bulan.

Pecahnya perang[sunting | sunting sumber]

Namun gencatan senjata ini sama sekali tidak dihormati oleh pasukan-pasukan liar yang tetap saja ada di kedua belah negara. Serangan besar dilancarkan di Jaén, termasuk juga serangan kilat terhadap Quesada dan Baeza. Pasukan pimpinan Pedro Manrique menghadapi serangan muslim di Pertempuran Collejares yang tak jelas hasilnya. Karena sedikit sekali catatan dari dunia muslim, sangat sulit mengetahui motivasi serangan ini. Namun kepemimpinan yang lemah di antara kedua kerajaan

Henry III menyalahkan Muhammad VII sebagai penyebab rusaknya perjanjian damai. Ia lalu mengundang Cortes to Toledo pada bulan Desember 1406 untuk menegosiasikan dukungan untuk perang. Namun kemudian Henry tiba-tiba sakit dan meninggal. Anaknya, John II, baru berusia satu tahun. Karena itu paman John, Ferdinand menjadi walinya bersama Catherine dari Lancester. Cortes kemudian setuju memberikakn dukungan 45,000,000 maravedíes untuk kampanye perang ini.

Meskipun perang ini diwarnai saling caplok kota dan kastil, dan pada dasarnya Castile sebagai kerajaan yang lebih besar jelas lebih kuat, kenyataannya perang ini berakhir dengan perjanjian damai dan Castile maupun Granada tetap eksis hingga kematian Muhammad VII.

Kematian[sunting | sunting sumber]

Muhammad VII meninggal pada 13 Mei 1408 dan digantikan oleh kakaknya, Yusuf III yang sebelumnya dipenjara. Berdasarkan legenda, sebelum Muhammad sempat memerintahkan hukuman mati terhadap Yusuf, ia masih sempat menantang algojonya untuk bermain catur untuk terakhir kali. Permainan catur ini begitu lamanya, sehingga Muhammad VII akhirnya meninggal. Pendukung Yusuf III akhirnya menyerbu penjara dan menaruhnya kembali ke tahta.

Kesimpulan[sunting | sunting sumber]

Muhammad VII tidak terlalu memaksakan perdamaian seperti Muhammad V. Sebaliknya, ia sering terlibat langsung memimpin serangan terhadap negara tetangganya, termasuk Castile. Namun kerajaan Granada yang terlalu kecil dan tidak begitu menguasai senjata dengan peledak, membuat Granada inferior dibandingkan Castile. Seain itu faktor Afrika Utara yang tidak terlalu akrab membuat Granada kesulitan mendapat dukungan dari sesama penguasa muslim. Akibatnya secara keseluruhan Granada mengalami kemunduran penguasaan wilayah pada masa Muhammad VII, terutama dengan lepasnya Zahara de la Sierra.

Referensi[sunting | sunting sumber]