Pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayat merupakan sebuah konsep yang menyatakan bahwa proses pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, tanpa dibatasi oleh usia.[1] Tujuannya adalah untuk mengembangkan seutuhnya seluruh kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan sepanjang hayat juga menyelaraskan pendidikan wajib belajar dengan pengembangan kepribadian manusia.[2] Penerapan pendidikan sepanjang hayat dapat dilakukan pada lingkungan rumah tangga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.[3] Melalui proses pendidikan sepanjang hayat ini, manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara berkesinambungan, mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, serta mampu mengikuti perkembangan masyarakat dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi peluang.[4][5]
Konsep
[sunting | sunting sumber]Pendidikan sepanjang hayat dipahami sebagai sebuah konsep yang menyatakan bahwa proses pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, tanpa dibatasi oleh usia. Pendidikan sepanjang hayat bermakna bahwa di sepanjang kehidupan, manusia akan selalu membutuhkan proses pendidikan. Konsep pendidikan sepanjang hayat ini merupakan jawaban atas beragam bentuk dan variasi perubahan sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[1] Pendidikan Sepanjang Hayat mencakup konsep pedagogi dan andragogi.[6] Oleh karenanya, pendidikan diperoleh melalui pengalaman-pengalaman kehidupan yang telah dijalani. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berlangsung sejak manusia dilahirkan hingga ia meninggal dunia.[2]
Pendidikan sepanjang hayat didasarkan pada pemikiran yang ditinjau dari aspek filosofis, psikofisis, sosial budaya, ekonomi, politik, dan aspek tekonologi. Dasar pemikiran ini menjadikan pendidikan sepanjang hayat sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan manusia.[3] Dorongan untuk belajar sepanjang hayat telah dijadikan sebagai suatu kebutuhan. Kenyataan hidup sehari-hari memperlihatkan bahwa manusia belajar sepanjang hidupnya, meski dengan cara dan proses yang berbeda-beda. Proses pendidikan sepanjang hayat dapat dilakukan melalui pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pelaksanaan pendidikan sepanjang hayat berlangsung di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan dan dalam lingkungan masyarakat.[4]
Tujuan
[sunting | sunting sumber]Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah untuk mengembangkan potensi manusia secara optimal. Selain itu, pendidikan sepanjang hayat juga bertujuan untuk menyelaraskan antara pendidikan wajib belajar dengan proses pengembangan kepribadian manusia yang bersifat berubah-ubah.[2]
Penerapan
[sunting | sunting sumber]Penerapan pendidikan sepanjang hayat dapat dilakukan pada lingkungan rumah tangga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan sepanjang hayat diemban bersama oleh keluarga, sekolah, dan pemerintah.[3] Konsep pendidikan sepanjang hayat sesuai untuk diterapkan pada kehidupan manusia dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat.[3] Pendidikan sepanjang hayat secara umum berlaku untuk semua manusia. Sedangkan secara khusus, pendidikan sepanjang hayat dapat diterapkan dalam pendidikan baca tulis, pendidikan vokasi, pendidikan profesi, pendidikan inovasi, serta pendidikan kewargenegaraan.[3]
Peran
[sunting | sunting sumber]Pendidikan sepanjang hayat memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk belajar sesuai dengan minat, usia, dan kebutuhan belajarnya. Kesempatan ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk belajar di berbagai tempat dan kondisi. Kegiatan belajar tersebut dapat dilakukan secara berkelompok maupun perorangan. Pendidikan sepanjang hayat juga dapat meningkatkan kebermaknaan seseorang dalam kehidupan dirinya, keluarganya dan lingkungan masyarakatnya. Seseorang menjadi pribadi yang memiliki kemampuan untuk menjadi diri sendiri, bersikap mandiri, serta memiliki tujuan hidup yang jelas dan terarah. Kebermaknaan ini berdampak pada sikap dan perilaku serta harapan yang lebih positif dari peserta didik bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Peserta didik menjadi pembelajar yang selalu optimis terhadap lingkungan dan masa depan.[6] Melalui proses pendidikan sepanjang hayat ini, manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara berkesinambungan, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, serta mampu mengikuti perkembangan masyarakat dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi peluang.[4] Pendidikan sepanjang hayat juga menjadi landasan berbagai usaha reformasi pendidikan, terutama pembaruan sistem persekolahan.[4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Yusuf, Arba'iyah (2012). "Long Life Education, Belajar Tanpa Batas". Pedagogia. 1 (2): 111—129.
- ^ a b c Suhartono (2017). "Konsep Pendidikan Seumur Hidup dalam Tinjauan Pendidikan Islam". Jurnal Pendidikan Islam Al I’tibar. 3 (1): 17—26.
- ^ a b c d e Azis, Nur Ani (2013). "Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)". Jurnal Pilar. 2 (2): 100—112.
- ^ a b c d Fawait, Agus (2017). "Pendidikan Pesantren; Sebagai Suksesi Life Long Education di Indonesia". Vicratina. 1 (2): 53—60.
- ^ Kaplan, Andreas (2021). "Higher Education at the Crossroads of Disruption: the University of the 21st Century". Emerald.
- ^ a b Andiyanto, Tri (2018). "Konsep Pendidikan Pranatal, Postnatal, dan Pendidikan Sepanjang Hayat". Elementary. 4: 195—204.