Polemik impor KRL bekas tahun 2023

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Polemik impor KRL bekas)

Di awal 2023, suatu polemik timbul ketika PT Kereta Api Indonesia (KAI) berniat mengimpor gerbong-gerbong kereta api bekas dari Jepang. Gerbong-gerbong bekas ini ditujukan untuk menggantikan gerbong KRL Commuter Line yang lebih tua dan untuk meningkatkan kapasitas penumpang. Polemik ini muncul karena penolakan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Kedua kementerian tersebut lebih memilih gerbong baru produksi domestik PT INKA, meskipun lebih mahal. Impor gerbong bekas dibatalkan, dan KAI setuju untuk mengimpor gerbong Jepang produksi baru sembari memesan gerbong PT INKA dan merekondisikan gerbong lama.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Gerbong Tokyo Metro 6000 series bekas di KRL Commuterline .

Sejak tahun 2000, operator kereta api milik negara Kereta Api Indonesia (KAI) telah mengimpor atau menerima sebagai hibah gerbong bekas dari Jepang yang digunakan jaringan kereta api komuter Jabodetabek. Impor ini semakin membesar sejak 2010, dan di tahun 2018 armada KAI (atau anak perusahaannya KAI Commuter) mencakup lebih dari 900 gerbong Jepang.[1] Karena peraturan perlindungan lingkungan, perusahaan kereta api Jepang menganggap bahwa lebih hemat untuk mengekspor gerbong bekas daripada membuangnya di dalam negeri.[2] Selain itu, Jepang dan Indonesia sama-sama menggunakan rel lebar 1.067 mm, sehingga gerbong Jepang dapat langsung digunakan di Indonesia tanpa modifikasi.[3]

Gerbong-gerbong ini dijual dengan harga rendah – antara 1999 dan 2017 lebih dari seribu gerbong Jepang dijual ke Indonesia dengan harga satuan di bawah 10 juta yen (masing-masing ~Rp 1 milyar).[4] Menurut KAI, perusahaan menyiapkan Rp 150 miliar untuk mengimpor sepuluh rangkai kereta bekas (100 gerbong, Rp 1,5 milyar per gerbong) dari Jepang di tahun 2023. Gerbong baru produksi PT Industri Kereta Api (INKA) dihargai Rp 4 triliun untuk 160 gerbong (Rp 25 milyar per gerbong).[5] Gerbong bekas Jepang umumnya disukai penumpang. Salah satu tipe gerbong bekas yang diimpor, Tokyo Metro 6000, biasanya datang dalam kondisi terawat dan berpendingin udara.[6] Karena kapasitas produksi INKA tidak memadai untuk meningkatkan kapasitas layanan komuter, KAI dibawah pimpinan Ignasius Jonan memilih untuk terus mengimpor sejumlah besar gerbong Jepang sepanjang dekade 2010-an.[7]

Impor tahun 2023[sunting | sunting sumber]

Rangkaian kereta seri E217 yang ingin diimpor oleh KAI

Pada bulan September 2022, KAI mengajukan izin untuk mengimpor 348 gerbong Jepang seri E217 bekas. KAI sudah berencana untuk mempensiunkan sejumlah gerbong yang lebih tua dan meningkatkan kapasitas penumpang di tahun 2023. Di bulan Januari 2023, Kementerian Perindustrian menolak menerbitkan izin, dengan alasan INKA mampu memproduksi gerbong yang dibutuhkan. INKA sendiri baru bisa memproduksi gerbong KAI di tahun 2025, karena INKA sudah mengerjakan pesanan LRT Jabodebek dan KA Trans Sulawesi.[8]

Setelah penolakan Kementerian Perindustrian, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) melakukan kajian dan merekomendasikan agar KAI tidak mengimpor gerbong tersebut. Sebagai gantinya, BPKP mengusulkan agar KAI merekondisi 29 rangkaian yang sebelumnya akan dipensiunkan.[9] Tinjauan BPKP juga menilai kapasitas KRL saat ini sudah mencukupi dengan melihat okupansi secara keseluruhan. Meskipun begitu, BPKP mengakui adanya kekurangan kapasitas pada jam sibuk.[10] BPKP menambahkan bahwa jumlah penumpang yang diproyeksikan di tahun 2023 lebih rendah dari jumlah penumpang sepanjang tahun 2019, meskipun jumlah gerbong sedikit lebih banyak di tahun 2023.[11] Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi juga menolak menerbitkan izin impor dengan mengutip rekomendasi BPKP.[10]

Pada tanggal 22 Juni 2023, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa impor gerbong bekas akan dibatalkan, namun pemerintah akan mengizinkan KAI untuk mengimpor tiga rangkaian kereta baru dari Jepang.[12] Rangkaian-rangkaian tersebut diperkirakan tiba tahun 2024.[13] Di kemudian hari, keputusan ini berubah menjadi impor KRL dari Cina.[14] Luhut juga menyatakan bahwa peraturan Kementerian Perdagangan melarang impor barang modal yang berusia lebih dari 20 tahun.[15] Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan impor diizinkan untuk memenuhi kebutuhan dalam waktu dekat, mengingat peningkatan jumlah penumpang setelah pemulihan dari pandemi Covid-19 melebihi proyeksi KAI.[16] KAI juga akan merekondisi 19 rangkaian lama dan memesan 16 rangkaian baru dari INKA yang akan diserahkan secara bertahap antara 2025 dan 2026.[17]

Reaksi[sunting | sunting sumber]

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Gerindra Andre Rosiade awalnya menentang impor tersebut, namun berubah sikap setelah naik KRL pada jam sibuk karena permintaan masyarakat.[18] Anggota DPR lainnya, Evita Nursanty dari PDI-P, juga menentang impor tersebut dan mempertanyakan urgensinya.[19]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "'Japanese style' train culture booming in Jakarta". Mainichi Daily News (dalam bahasa Inggris). 11 November 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 11 April 2023. 
  2. ^ Kojima, Michikazu; Sakata, Shozo (28 September 2021). International Trade of Secondhand Goods: Flow of Secondhand Goods, Actors and Environmental Impact (dalam bahasa Inggris). Springer Nature. hlm. 31. ISBN 978-3-030-55579-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 2 Juli 2023. 
  3. ^ "Cuma Indonesia yang Beli Kereta Bekas Jepang". Republika. 4 Desember 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 11 April 2023. 
  4. ^ Kojima & Sakata 2021, hlm. 38.
  5. ^ Rizky, Martyasari (3 Maret 2023). "Wah Murah Banget! Ternyata Segini Harga KRL Bekas Jepang". CNBC Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 11 April 2023. 
  6. ^ Kojima & Sakata 2021, hlm. 43.
  7. ^ Kojima & Sakata 2021, hlm. 44.
  8. ^ "Melihat Urgensi Impor KRL Bekas Jepang yang Ditolak Kemenperin". CNN Indonesia. 2 Maret 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 11 April 2023. 
  9. ^ "BPKP Tak Anjurkan Impor KRL Bekas dari Jepang". Kompas. 6 April 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 16 April 2023. 
  10. ^ a b "Impor KRL tidak dapat restu pemerintah, 'pengguna bisa kembali ke zaman atapers'". BBC News Indonesia. 6 April 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 16 April 2023. 
  11. ^ "Pemerintah bilang tidak untuk impor KRL bekas". ANTARA News Megapolitan. 6 April 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 29 Juni 2023. 
  12. ^ "Batal Impor KRL Bekas, Luhut Bakal Impor 3 Rangkaian KRL Baru dari Jepang". KOMPAS.com. 23 Juni 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 29 Juni 2023. 
  13. ^ "Tiga KRL Baru Impor dari Jepang Masuk ke Indonesia pada 2024". KOMPAS.com. 12 Juli 2023. Diakses tanggal 20 Juli 2023. 
  14. ^ "KAI Commuter Impor 3 Rangkaian KRL Baru dari China Rp 783 Miliar". kumparan. Diakses tanggal 2024-01-31. 
  15. ^ "Luhut pastikan pemerintah impor KRL baru dari Jepang, bukan bekas". Antara News. 23 Juni 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 29 Juni 2023. 
  16. ^ "Akhiri "Tarik Ulur" Rencana Impor KRL Bekas, Luhut: Jika Dilakukan, Langgar 3 Aturan". KOMPAS.com. 23 Juni 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 29 Juni 2023. 
  17. ^ "Gagal Impor KRL Bekas dari Jepang, KAI Commuter Permak 19 Kereta Tahun Ini". liputan6.com. 25 Juni 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 29 Juni 2023. 
  18. ^ "Dulu Gebrak Meja Menolak, Andre Rosiade Sekarang Dukung Impor KRL Bekas Jepang". VIVA.co.id. 14 April 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 29 Juni 2023. 
  19. ^ "Pertanyakan Urgensi, Anggota DPR Tolak Rencana Impor Kereta Bekas dari Jepang, Banjir Cibiran: Udah Pernah Coba Naik KRL?". suara.com. 27 Maret 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2023. Diakses tanggal 29 Juni 2023.