Lompat ke isi

Anyang-anyang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Rejasa)
Anyang-anyang
Elaeocarpus grandiflorus Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanPlantae
DivisiTracheophytes
OrdoOxalidales
FamiliElaeocarpaceae
GenusElaeocarpus
SpesiesElaeocarpus grandiflorus Edit nilai pada Wikidata
Sm., 1809

Anyang-anyang (Elaeocarpus grandiflorus) adalah tumbuhan yang tumbuh pada ketinggian mencapai 25 m meter. Pada umumnya, tumbuhan ini menjadi tanaman hias dan dapat bertahan dalam kondisi kering dan rendah nutrisi.

Nama Lain

[sunting | sunting sumber]

Pada masyarakat Jawa, tanaman ini bernama ayang-anyang atau kayu anyang. Sedangkan pada masyarakat Sunda, tanaman ini disebut dengan nama rejasa, ambit, raja sor atau kemaitan. Tanaman ini memiliki rasa pahit. Hampir seluruh bagian dari tanaman anyang-anyang dapat dijadikan sebagai bahan obat tradisional yaitu bagian daun, buah, batang, biji, bahkan getahnya. Tanaman ini memiliki efek farmakologis sebagai anti inflamasi, penurun panas, dan sebagai astrigen.[1]

Ciri Tanaman

[sunting | sunting sumber]

Bentuk daun pohon anyang-anyang merupakan daun tunggal dan berseling yang tumbuh berdesakan di ujung ranting. Bentuk daun berbentuk lonjong dengan bagian tepinya rata. Ujung dan pangkal daun meruncing, bertangkai daun pendek serta bertulang menyirip. Bunga pohon anyang-anyang muncul pada ketiak daun dan memiliki panjang kurang lebih 5–10 mm, bermahkota putih dengan kepala sari berwarna coklat. Kekhasan pada bunga anyang-anyang adalah pertumbuhan bunga yang mengarah ke tanah, berbeda dengan bunga pada umumnya yang tumbuh mengarah pada sinar matahari.

Anyang-anyang memiliki buah dengan tipe kendaga, berbentuk bulat telur, bertekstur keras dan memiliki rambut, berwarna hijau pucat. Biji pada tumbuhan ini berdiameter kurang lebih 3 mm. perakaran pada tumbuhan ini adalah perakaran tunggang.

Persebaran

[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan ini tersebar di wilayah Indo-China meliputi Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Persebaran di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan.

Klasifikasi Cronquist

[sunting | sunting sumber]

Tanaman anyang-anyang merupakan jenis tanaman hias yang tumbuh menyebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hampir setiap provinsi di Indonesia, tumbuhan ini dapat tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baikk pada kondisi tanah berair dengan sinar matahari yang minim. Oleh karena itu, tanaman anyang-anyang dapat ditemui di daerah rawa dan pinggir pantai.[2]

Anyang-Anyang memiliki nama latin Elaeocarpus Grandiflora yang tergolong ke dalam tanaman jenis bunga dengan kingdom plantae. Sedangkan genus-nya adalah elaecarpus dengan kelas magnoliopyta. Ini dia klasifikasi ilmiah yang lebih lengkap:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas  : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo  : Malvales

Famili  : Elaeocarpaceae

Genus  : Elaeocarpus Spesies : Elaeocarpus grandiflora J.E.Smith

Morfologi

[sunting | sunting sumber]

1. Batang

Batang Tanaman Anyang-Anyang tumbuh tegak lurus. Memiliki ketinggian mencapai 6 hingga 10 meter. Dengan ketinggian seperti ini membuat tanaman anyang-anyang seakang tidak memiliki batang inti yang menjulang. Batang memiliki tekstur tidak berkayu dan memiliki sedikit getah. Pada bagian cabangnya memiliki tekstur lemah dan beruas dengan jarak 2–5 cm antara ruas yang satu dengan ruas yang lainnya. Pada saat tanaman anyanag-anyang sudah dewasa, tanaman ini memilik bentuk daun dan cabang yang tidak beraturan. Meskipun demikian tidak menyebabkan cabang-cabang itu patah karena tanaman ini memiliki kelenturan karena kandungan getah yang dimiliki oleh anyang-anyang. Cabang-cabang dari pohon Ayang Ayang sedikit condong akibat tidak mampu menahan daun dan bunga. Maka dari itu, jika tanaman ayang ayang sudah dewasa, bentuk daun dan cabangnya menjadi tidak beraturan. Sekalipun demikian, ini tidak membuat cabang patah karena teksturnya memang lemah tetapi lentur. Hal ini disebabkan pula oleh kandungan getah yang ada di dalamnya yang menjadi penopang cabang dan ranting supaya tetap kokoh.

2. Daun

Ayang-anyang tumbuh bergerumbul pada ujung ranting dahan. Ukurannya hanya beberap mili meter. Daun muda berwarna hijau tua. Bula sudah tua menjadi berwarna merah api. Bentuk daun anyang-anyang memanjang dan lancing ke ujungnya. Bergerigi di sisi meski tidak tajam. Tulang daun menyirip dengan tulang pinggir menghadap kea rah ujung daun.

3. Bunga

Bunga tanaman ayang berwarna kuning kuning. Terdapat tonjolan-tonjolan berambut berwarna aneka ragam putih, oranye dan terkadang merah api. Tekstur bunga mirip benang yang menjuntai ke bawah dengan bentuk lemah dan mudah diterbangkan angin. Keunikan bunga anyang-anyang adalah memiliki rambut yang satu dengan yang lain berukuran sama dan menggantung pada satu kelopak. Tanaman ayang ayang memiliki bunga berjumlah 4-6 bunga. Diameternya berukuran 2 cm hingga 5 cm. Semuanya menggantung pada tangkai yang berukuran 4 cm.

4. Buah

Buah tanaman anyang-anyang berbentuk jorong dengan panjang dan ujung runcing. Tepi buah berduri dan bertekstur kasar. Pada buah terdapat satu biji dengan bentuk memanjang dan celah membujur. Bagian luar buah keras seperti kayu berwarna kuning hingga kuning kecokelatan dengan aroma lemah dan rasa pahit. Buah mengandung flavonoid > 0,15% sebagai rutin[3].

  1. Meluruhkan urine manusia (deuritik).
  2. Dapat mengobati sakit sipilis atau kencing nanah.
  3. Menyembuhkan peradangan atau infeksi kandung kemih.
  4. Mengobati sakit demam.
  5. Berkhasiat mengobati cacingan.
  6. Radang usus akut.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "250 Jenis TANAMAN OBAT Lengkap dengan Manfaat dan Khasiatnya (Page 1)". mitalom. Diakses tanggal 2021-09-15. 
  2. ^ agrotek (2020-06-20). "Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Anyang-anyang". Ilmu Pertanian. Diakses tanggal 2021-09-15. 
  3. ^ Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. hlm. 21. ISBN 978-602-416-329-7.