Sigríð Storråda
Sigríð Storråda | |
---|---|
Ratu Swedia, Ratu Denmark | |
Pasangan | Erik Segersäll; Svend Tveskæg |
Keturunan | Olof Skötkonung |
Ayah | Skagul Toste |
Sigríð Storråda, merupakan seorang ratu yang muncul di dalam Saga sebagai istri pertama-tama dengan Erik Segersäll dari Swedia, dan kemudian Svend Tveskæg dari Denmark. Sigríð muncul di dalam banyak kumpulan kisah-kisah namun tidak ada bukti yang dapat diandalkan keberadaannya karena mereka menggambarkan dirinya. Sosok Sigríð muncul terutama di akhir kisah-kisah islandik, dan sumber-sumber yang lebih kontemporer seperti Thietmar dari Merseburg dan Adam dari Bremen sebaliknya menyatakan bahwa Svend menikah dengan seorang putri Polandia yang disebut Świętosława.[1]
Catatan yang ada di dalam Heimskringla
[sunting | sunting sumber]Heimskringla menggambarkan Sigríð sebagai seorang putri yang cantik dan pendendam, putri Skogul-Tosti, seorang bangsawan Swedia yang berkuasa. Sebagai janda Erik Segersäll, ia memiliki banyak wilayah besar, dan ia tinggal bersama putranya Olav, ketika saudara angkatnya Harald Grenske, raja di Vestfold, meminangnya. Ia juga memiliki pengagum lainnya, Vissavald dari Gardarik, yang tewas terbakar diikut dengan sebuah pesta.[1]
Sejarahwan Denmark, Saxo Grammaticus menuliskan bahwa janda Erik, Syritha, telah menikah dengan Svend Tveskæg setelah ditolak Olaf Trygvasson.[1]
Selain itu, untuk mendukung keberadaan sejarah Sigríð adalah bahwa kepemilikan raja-raja Denmark pada abad pertengahan Swedia yang dikenal sebagai "Syghridslef" - 'peninggalan Sigríð'.[1]
Arkeologi
[sunting | sunting sumber]Kebimbangan selanjutnya muncul dari interpretasi tanggal penemuan arkeologi. Pada tahun 1835, ditemukan sebuah kerangka Wanita Haraldskær di sebuah rawa gambut di Jutland. Kerangka wanita yang berasal dari abad ke-11 ini diidentifikasikan sebagai Sigríð (atau Gunhild). Dari radiokarbon kemudian membuktikan bahwa tanggal ini tidak benar. Namun kesalahan tanggal itu terkait dengan berbagai intrik Skandinavia, seperti teori yang diuraikan untuk menyatakan berbagai agenda raja-raja dan bangsawan sebelum melakukan penanggalan kembali.
Di dalam Kesusastraan
[sunting | sunting sumber]Henry Wadsworth Longfellow mengarang sebuah puisi dengan judul Queen Sigrid The Haughty.
Karen Blixen, di dalam sebuah cerita pendek "The Deluge at Norderney" di dalam Seven Gothic Tales, meyinggung Sigríð, yang menyatakan bahwa ia mengundang semua pengagumnya ke rumahnya dan membakar mereka dengan upaya untuk mematahkan semangat para pengagumnya yang lain.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d Birgitta Fritz (2004), "Sigrid Storråda", Svenskt Biografiskt Lexikon, 32