Lompat ke isi

Suìrén

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Suìrén

Suiren, dari: The Dragon, Image, and Demon oleh Hampden C. DuBose, London 1886
Hanzi tradisional: 燧人(燧人氏)
Hanzi sederhana: 福禄寿

Suiren (Pinyin: Suìrén-Shì; Hanzi: 燧人氏; terjemahan: "pembuat api") atau Suiren Shi (Suku Suiren) merupakan penemu api yang paling pertama dalam mitologi Tiongkok. Namanya memiliki arti pria pengebor api karena ia membuat api dengan cara menggosok sebatang kayu pada kayu yang lain sampai muncul api, kemudian mengajar masyarakat untuk menggunakannya dalam memasak.[1] Itulah sebabnya, ia juga diasosiasikan dengan teknik memanggang makanan di atas api.

Menurut tradisi, ia memperoleh penemuannya itu sebelum zaman Fuxi sehingga dalam beberapa tulisan ia dihormati sebagai yang pertama dari Tiga Maharaja. Catatan tentang Suiren dapat ditemukan dalam buku Hanfeizi, Wudu (韩非子 atau 五蠹). Ia merupakan pahlawan kebudayaan, yang menurut legenda, telah menuntun masyarakat China pada zaman batu selangkah demi selangkah menuju kebudayaan. Tradisi lain mengatakan bahwa Suiren hebat dalam mempersiapkan makanan.

Suiren hidup pada awal zaman batu baru (Neolitik) dalam suatu suku yang masih menganut matrialineal di tepi perairan sungai, dan hidup dengan berburu. Ketika menyerang binatang buruan, senjata dari batu berbenturan dengan batu gunung, sehingga menimbulkan percikan api. Suiren mendapat inspirasi, sehingga menciptakan metode zuanmuquhuo (Hanzi:钻木取火;Hanyu pinyin:zuān mù qŭ huŏ) atau mengebor kayu untuk memperoleh api.[2]

Pemakaman kekaisaran Sui memiliki luas lebih dari 40.000 meter persegi.[3]

Sumber kisah

[sunting | sunting sumber]

Versi legenda Suiren yang berkembang sekarang ini berasal dari tulisan Shiyiji (Hanzi=拾遗记; lit. 'Penelitian Catatan yang Hilang') yang disusun oleh Wang Zinian (Hanzi=王子年) yang hidup pada tahun 335-386. Kisahnya tidak dimasukkan dalam Shiyiji yang direkonstruksi pada abad ke-6 M oleh Xiao Qi (Hanzi=萧绮), tetapi tetap dimasukkan dalam Taiping Yulan (Hanzi=太平御览; lit. 'Catatan Kekaisaran mengenai Tulisan dari masa Taiping'). Legenda Suiren berada pada Bab 869 ensiklopedia dari Dinasti Song tersebut.

Versi kedua legenda Suiren tertulis pada Hanfeizi, karya Tuan Han Fei (韩非, 280-233 SM). Pada bagian ke-49 (五 蠹, Wudu), legenda Suiren dikombinasikan dengan Youchao, raja sarang burung. Cerita selanjutnya menyebutkan bahwa Suiren merupakan orang paling pertama yang memasak daging mentah dengan membakarnya di atas api. Ia melepaskan umat manusia dari berbagai penyakit pencernaan yang dialami mereka selama ini.

Legenda menurut Shiyiji

[sunting | sunting sumber]
Prinsip menggosok kayu untuk menghasilkan api

Menurut legenda dalam Shiyiji, sebuah negara bernama Suiming terletak sejauh 10.000 li dari ibu kota Kerajaan Shenmi. Tidak ada perubahan musim, bahkan siang dan malam, di Suiming. Penduduknya tidak ada yang meninggal, tetapi langsung naik ke surga setelah cukup lama hidup. Di sana terdapat sebuah "pencetus api" yang disebut Hutan Sui. Cabang-cabang pohonnya menutupi area yang sangat luas, dan banyak awan serta kabut melayang. Jika dua cabang pohon ini saling bergesakan, akan timbul api.

Setelah beberapa generasi berganti, hiduplah seorang pria bijak yang dapat berkelana di antara matahari dan bulan. Ia menyediakan makanan dan menyelamatkan banyak makhluk hidup. Suatu ketika ia tiba di Nanchui, ia mengawasi sebuah pohon dan melihat seekor burung yang menyerupai burung hantu. Saat burung itu mematuk cabang pohon, percikan api muncul dari dahan tersebut. Sang pria bijak memahami apa yang terjadi. Ia mengambil sebuah ranting kemudian menggosok-gosokkannya seperti bor di atas ranting yang lain. Pria tersebut kemudian disebut Suiren, sang penyala api, yang menemukan cara menyalakan api. Semenjak saat itu, manusia memasak makanannya dengan api. Masa itu terjadi sebelum zaman Fuxi.

Berdasarkan Hanfeizi

[sunting | sunting sumber]

Hanfeizi mengisahkan bahwa pada masa itu manusia membuat sarang di atas pohon untuk menghindari binatang buas. Mereka memperoleh cara tersebut dari Youchao, 'raja sarang burung'. Mereka menyembahnya dan mengangkatnya sebagai raja di langit. Manusia tidak hanya makan buah-buahan dan kerang, tetapi juga daging mentah yang bau. Hal tersebut membuat pencernaan mereka rusak dan sakit. Kemudian datanglah seorang pria yang pertama kali membuat api dengan cara menggosok kayu dan semenjak itu daging mentah dibakar terlebih dahulu sebelum dimakan. Orang-orang menyembahnya dan membuatnya raja di langit serta menyebutnya "raja penggosok api", Suiren.

Interpretasi

[sunting | sunting sumber]

Nama Suiren merupakan sebuah permainan kata-kata. Aksara Sui dalam Suiming dan Hutan Sui adalah sama, yaitu 檖. Aksara Sui dalam Suiren memiliki persamaan bunyi dengan aksara Sui dalam Suiming dan Hutan Sui, tetapi ditulis dalam huruf berbeda, yaitu 燧. Radikal Sui 燧 adalah api (huǒ, 火), sementara dalam 檖 adalah kayu (mu, 木).

Dalam legenda, Suiren tidak digambarkan sebagai sesosok dewa yang sebenarnya, tetapi tambahan ren (人, "manusia") juga tidak menggambarkan manusia yang seutuhnya. Ia dapat pindah melintasi alam semesta. Seorang sinologis Amerika bernama Anne Birrell menyebutnya sebagai "sesosok makhluk mitologi semi-kosmis".

Dalam legenda, burung merupakan elemen pencipta. Suiren belajar untuk membuat api dengan meniru dari alam. Dengan menerapkan pengetahuan yang merupakan teknologi baru, Suiren menjadi pahlawan kebudayaan. Kualitas moral yang dimiliki seorang pahlawan kebudayaan ditampilkan dalam legenda tersebut. Suiren bersumbangsih dalam memasak makanan untuk menyelamatkan semua makhluk hidup.

Tiga Maharaja

[sunting | sunting sumber]

Dalam beberapa literatur klasik China, terutama Shangshu Dazhuan, Baihu Tongyi (白虎通 义), dan Lihan Wenjia (礼含文嘉), Suiren digolongkan ke dalam Tiga Maharaja. Berdasarkan Shiyiji, penemuan Suiren muncul sebelum masa Paoxi (nama lain dari Fuxi), sehingga menjadi alasan ia dikelompokkan sebagai satu dari "Tiga Maharaja". Menurut Shizi (尸子), Suiren mengajari umat manusia cara menggunakan jaring untuk menangkap ikan. Berburu merupakan salah satu tahap dalam perkembangan kebudayaan manusia, sehingga alasan tersebut juga menjadikan Suiren digolongkan ke dalam "Tiga Maharaja".

Pada literatur lain, termasuk diantaranya Dazhuan 大传, penemu jaring penangkap ikan adalah Fuxi sehingga dirinyalah yang dimasukkan ke dalam daftar "Tiga Maharaja". Menurut Hanfeizi, agrikultur dan sistem barter yang merupakan tahap perkembangan manusia setelah berburu diakreditasikan kepada Shennong, yang berada dalam urutan kedua pada Tiga Maharaja.

Suiren berada pada urutan ke tiga dalam daftar "Tiga Maharaja" karena karena dirinya maka manusia dapat memasak makanan. Setelah berburu dan agrikultur (atau komersial), Hanfeizi menyebutkan proses memasak makanan merupakan tahapan ketiga dalam tahap perkembangan kebudayaan manusia. Selain itu, juga ada daftar "Tiga Maharaja" yang tidak memasukkan Suiren ke dalam daftar, tetapi digantikan oleh Nuwa, Zhurong, Gong Gong, atau Kaisar Kuning.

Para penemu api yang lain dalam mitologi China

[sunting | sunting sumber]

Selain Suiren, Fuxi dan Huangdi juga diberi atribut sebagai penemu api. Menurut Taiping yulan juan ke-78, Fuxi mendapatkan penemuan tersebut dari mengamati petir. Menurut guangzi (dicantumkan pula di Taiping yulan pada juan ke-79), Kaisar Kuning merupakan penemu api yang muncul dari gesekan, kemudian mengajarkan manusia untuk memasak daging mentah.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • (Inggris) Birrell, Anne, Chinese Mythology. An Introduction, Baltimore (Johns Hopkins University Press) 1993, ISBN 0-8018-4595-5; pbk. editie (1999): ISBN 0-8018-6183-7, pp. 42–44.
  • (Jerman) 'Suei-jen' in: Münke, Wolfgang, Die klassische chinesische Mythologie, Stuttgart (Klett) 1976, ISBN 3-12-906010-3, p. 313.
  • (Inggris) 'Fire Driller' in: Roberts, Jeremy, Chinese Mythology A to Z, New York (Facts of File, Inc.) 2004, ISBN 0-8160-4870-3, p. 40.
  1. ^ nciku Dictionary. Unduh= 18 Maret 2013. 燧人氏 (suìrénshì)[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ HKTV. Unduh=18 Maret 2013. 钻木取火 zuān mù qŭ huŏ.
  3. ^ 新華網. 14-10-2010. Unduh= 30-10-2011. 燧人氏陵風景區[pranala nonaktif permanen]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]